Calon penumpang KRL antre memasuki Stasiun Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (3/11/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penumpang kereta commuter atau Kereta Rel Listrik (KRL) sebanyak 8,7 juta orang pada September 2021. Angka i | ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/hp.

Bodetabek

Jembatan Layang Bojonggede Segera Dibangun April 2022

Jembatan layang bisa mengurangi kesemrawutan lalu lintas di sekitar Stasiun Bojonggede

BOGOR — Proses pembangunan sky bridge atau jembatan layang yang menghubungkan Stasiun Bojonggede dengan Terminal Tipe C Bojonggede, Kabupaten Bogor, dijadwalkan dapat dimulai April 2022.

Saat ini proses pelelangan pekerjaan tersebut sedang berlangsung. Diharapkan pemenang lelang dapat ditetapkan akhir bulan ini. “Kita harapkan groundbreaking dapat dilakukan pada bulan April,” kata Direktur Prasarana Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Jumardi, Kamis (10/3).

Jumardi menjelaskan, jembatan tersebut sepenuhnya dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) senilai Rp 16,5 miliar, melalui anggaran BPTJ Tahun 2022. Sementara, Pemerintah Kabupaten Bogor mengalokasikan anggaran sekitar Rp 4 miliar untuk kebutuhan pembebasan lahan.

Menurut Jumardi, Stasiun Bojonggede merupakan salah satu stasiun kereta di Jabodetabek dengan jumlah penumpang kereta rel listrik (KRL) terpadat. Sehingga, keberadaan jembatan layang ini diharapkan dapat mengurangi kesemrawutan kondisi lalu lintas di sekitar Stasiun Bojonggede, yang masih terjadi saat ini.

“Sehari-hari sebelum pandemi Covid-19, Stasiun Bojonggede dipadati penumpang KRL hingga 65 ribu orang atau 1,86 juta orang per bulan. Terpadat ketiga setelah Stasiun Bogor dan Stasiun Bekasi,” katanya memaparkan.

Dengan jumlah penumpang yang demikian padat, dia melanjutkan, Stasiun Bojonggede belum didukung dengan keteraturan lingkungan di sekitarnya. Perpindahan moda penumpang KRL dari angkot, kendaraan pribadi, maupun ojek ke stasiun dilakukan di sembarang tempat.

Jumardi menyebutkan, hal itulah yang selalu menimbulkan kemacetan dan kesemrawutan yang parah. Terutama pada jam-jam sibuk saat orang berangkat dan pulang kerja.

Ketika jembatan layang itu hadir, Jumardi berharap, bisa memudahkan penataan perpindahan moda. Jadi, angkot cukup berhenti di terminal dan penumpang yang akan berlanjut naik KRL dapat mengakses jembatan layang menuju stasiun.

“Demikian pula untuk kendaraan pribadi maupun ojek nantinya akan diatur untuk berhenti atau parkir di terminal. Sehingga para penumpangnya yang akan ke Stasiun Bojonggede cukup mengakses jembatan layang,” ujarnya.

Lebih lanjut, Jumardi menjelaskan, jembatan layang tersebut akan membentang sepanjang 243 meter dengan lebar tiga meter. Jembatan ini menghubungkan Stasiun Bojonggede dan Terminal Angkutan Tipe C Bojonggede. Pada masing-masing ujungnya baik dari sisi stasiun dan terminal akan dilengkapi dengan area semacam hall atau ruang besar.

Hall tersebut akan dilengkapi dengan fasilitas eskalator, ramp, atau jalur melandai untuk penyandang disabilitas, toilet, mushala, tapping gate, dan ruangan loket. Sementara, hall pada sisi terminal akan dilengkapi dengan ramp untuk penyandang disabilitas, toilet, dan mushala.

photo
Calon penumpang KRL antre di Stasiun Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (3/11/2021). - ( ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/hp.)

Sekretaris Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bogor Muslim Akbar mengatakan, Pemkab Bogor dalam hal ini merupakan pendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh BPTJ. Sebab pembangunan jembatan layang ini dilakukan di wilayah Kabupaten Bogor.

Muslim mengatakan, Pemkab Bogor dalam pembangunan jembatan layang ini bertugas untuk melakukan pembebasan lahan. Di mana luas area lahan yang dibebaskan sekitar 280 meter persegi, yang ada di area terminal.

Saat ini, kata dia, Pemkab Bogor tengah melakukan pembebasan lahan secara bertahap. “Pembebasan lahan kita lakukan sesuai tahapan-tahapan dan mudah-mudahan dapat selesai sampai waktu pembangunan,” ujarnya.

Bupati Bogor Ade Munawaroh Yasin mengatakan, keberadaan jembatan layang tidak akan mengganggu warga yang berada di bawahnya. Apalagi lahan yang akan dibebaskan memang milik PT KAI.

Sky bridge nggak mengganggu mereka, ada di atas gitu untuk jalan ke stasiun, jadi nggak mengganggu di bawah. Kita hanya butuh tanah untuk mukanya dan belakangnya, kalau (jembatannya) kan di udara,” katanya.

Ade Yasin mengatakan, ditargetkan pembangunan jembatan layang ini selesai pada 2022. Dengan memindahkan arus penumpang KRL dan angkutan umum ke jembatan layang, diharapkan kemacetan bisa berkurang 50 persen. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat