Pengendara mengisi bahan bakar minyak (BBM) secara mandiri (self service) di SPBU Pertamina, Jalan Ir H Juanda, Kota Bandung, Kamis (23/12). Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali mengemukakan rencana penghapusan baha | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Ekonomi

Pertamina Perkuat Kebutuhan Petrokimia Domestik

Program VHS Pertamina ini merupakan skema baru penyaluran Paraxylene yang memastikan suplai Paraxylene bagi Ineos Aromatic Indonesia.

JAKARTA — Pertumbuhan pasar produk petrokimia dalam negeri terus menunjukkan tren positif dan permintaan terus meningkat. Di sisi lain, dengan adanya kebijakan untuk mengurangi impor barang komoditas hilir produk Petrokimia, pelayanan produk petrokimia harus dipenuhi secara domestik.

Pertamina Patra Niaga Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) hadir untuk memenuhi kebutuhan pasar produk petrokimia, salah satunya adalah aromatic, yakni Paraxylene. 

Direktur Pemasaran Pusat & Niaga Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan mengatakan, program VHS ini merupakan skema baru penyaluran Paraxylene yang akan mendukung kelancaran dan keamanan atau kepastian suplai Paraxylene bagi Ineos Aromatic Indonesia.

Dengan demikian, produksi komoditas hilir Petrokimia domestik dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Dalam kerja sama ini, akan disalurkan sekitar 170 ribu metrik ton (MT) Paraxylene untuk diolah Ineos Aromatic Indonesia.

Paraxylene ini adalah bahan dasar untuk membuat purified terephthalic acid (PTA). PTA ini digunakan untuk membuat polyester yang kemudian dibuat sebagai serat, tekstil, film, dan botol PET. Dengan VHS sendiri, suplai kami kepada Ineos Aromatic Indonesia juga akan makin efektif dan efisien karena Pertamina akan mengirim dan menyediakan storage kepada Ineos Aromatic Indonesia. Keamanan suplai ini adalah kunci utama agar produksi bisa berjalan maksimal dan memenuhi kebutuhan PTA dalam negeri,” kata Riva.

Riva melanjutkan, sebagai perusahaan energi dan storage, PT Pertamina Patra Niaga juga melihat pasar petrokimia ini menjadi salah satu pasar yang menjadi prioritas layanan pada 2022. Melalui Program Go Petrochemical, Pertamina Patra Niaga akan berkomitmen menjalankan kerja sama VHS bersama Ineos Aromatic Indonesia.

“Pertamina Patra Niaga akan memberikan jaminan suplai feedstock bagi Ineos Aromatic Indonesia. Kami berkomitmen menjalankan kerja sama ini dengan baik dan harapannya bersama-sama kita akan kembangkan serta perkuat peran pemenuhan produk petrokimia dalam negeri,” ujar Riva. 

President Director Ineos Aromatic Indonesia Frank Xu Yang menyambut baik program VHS penyaluran Paraxylene untuk kebutuhan perusahaannya dalam memproduksi kebutuhan PTA dalam menguatkan rantai pasokan nasional. Pertumbuhan pasar polyester Indonesia, produksi dan distribusi harus dipastikan berjalan dengan maksimal.

“Ineos merupakan produsen global petrokimia, dan PTA merupakan salah satu produk kami. Investasi 70 juta dolar AS yang baru kami selesaikan untuk modernisasi pabrik PTA kami di Merak menunjukkan komitmen kami meningkatkan pasokan dan daya saing industri polyester Indonesia,” kata Frank. 

Kurangi emisi karbon

Pertamina NRE dan Perhutani bersinergi untuk mempercepat target net zero emission tahun 2060. Sinergi ini dilakukan dalam bentuk upaya penyerapan dan pencegahan pelepasan emisi karbon dari pohon-pohon di area hutan yang dikelola Perhutani Group.

Akhir tahun 2021 lalu Pertamina, Perhutani, dan PTPN telah menandatangani nota kesepahaman tentang Dekarbonisasi BUMN. Tindak lanjut dari nota kesepahaman tersebut, saat ini Pertamina dan Perhutani tengah melakukan tahapan penyelesaian pre-feasibility study untuk proyek nature-based solution (NBS).

Hal ini juga sejalan dengan arahan dari Kementerian BUMN untuk program dekarbonisasi BUMN sektor industri guna mencapai target Nationally Determined Contribution pada tahun 2030 yang disampaikan dalam gelaran COP26. Pada kesempatan lain Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury menyampaikan,

"PTPN dan Perhutani dapat mendukung program pengurangan emisi melalui Nature-based climate solution dan bekerja sama dengan BUMN industri yang menghasilkan emisi seperti Pertamina dan PLN untuk mendukung pencapaian target menuju net-zero emission.”

“Pertamina NRE sangat menyambut baik sinergi BUMN ini. Pertamina NRE memiliki kompetensi dan resource yang mumpuni untuk melakukan penghitungan penyerapan karbon. Sinergi ini bagian dari proyek nature-based solution Pertamina NRE, suatu voluntary solution untuk menghambat perubahan iklim dan memberikan dampak signifikan bagi terwujudnya keberlanjutan melalui pengelolaan kawasan hutan dan ekosistem di sekitar kawasan hutan. Hal ini selaras dengan target pemerintah untuk mencapai net zero emission tahun 2060,” ujar CEO Pertamina NRE Dannif Danusaputro.

Sementara itu Direktur Utama Perum Perhutani Wahyu Kuncoro menyampaikan sebagai BUMN bidang Kehutanan, Perhutani group mendukung pemerintah dan berperan untuk mengurangi emisi karbon di kawasan hutan Indonesia.

"Kehutanan dan pertanian, selain sektor energi dan transportasi merupakan sektor prioritas dalam program dekarbonisasi," ujar Wahyu.

Saat ini sudah teridentifikasi sebanyak 3 calon lokasi NBS di wilayah Perhutani group berdasarkan high level feasibility study yang dilakukan berdasarkan luasan dan lokasi, vegetasi, trend deforestasi selama 20 tahun terakhir, pola penggunaan lahan saat ini, dan faktor lain meliputi ekonomi serta teknis maupun non teknisnya. Terhadap ketiga calon lokasi dimaksud akan dilanjutkan dengan  pre-feasibility study dan feasibility study untuk mengetahui kelayakan proyek NBS dimaksud.

Dalam aspirasi jangka panjangnya, Pertamina NRE memiliki 3 pilar strategis, yaitu low carbon solution, pengembangan energi baru dan terbarukan, serta pengembangan bisnis masa depan di sektor energi. Di dalam pilar low carbon solution terdapat inisiatif dekarbonisasi yang salah satunya melalui NBS.

Projek ini merupakan projek jangka menengah di mana harus melalui beberapa tahapan, termasuk di antaranya sertifikasi penurunan emisi karbon yang terstandarisasi secara global.

Sertifikasi ini dikeluarkan oleh lembaga internasional yang membuat standar penghitungan emisi, seperti Verra dan Gold Standard. Saat ini Pertamina NRE bersinergi dengan Perhutani tengah melakukan pre-feasibility study.

Sebagai negara yang berada di garis khatulistiwa, posisi strategis ini menjadikan Indonesia berpotensi menjadi salah satu pemasok forestry-based NBS carbon credit terbesar di dunia.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kawasan hutan di Indonesia mencapai lebih dari 51 persen dari total luas area Indonesia. Hutan di Indonesia adalah hutan tropis di mana karakteristik tumbuhan di hutan jenis ini terus hijau sepanjang tahun dan relatif tidak tergantung musim. Hal ini semakin mendukung daya penyerapan CO2.

Dengan visi untuk memimpin transisi energi Pertamina, dekarbonisasi nasional serta menjadi green energy champion di Indonesia dan sebagai perusahaan yang mengedepankan implementasi ESG dalam pengelolaan bisnisnya, Pertamina NRE sangat berkomitmen untuk Bersama dengan pemerintah mewujudkan net zero emission  pada tahun 2060.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat