Petugas melakukan bongkar muat minyak goreng untuk didistribusikan saat operasi pasar minyak goreng di Kantor Kecamatan Cinambo, Jalan Cinambo, Kota Bandung, Rabu (9/3/2022). | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Tajuk

Tantangan Jelang Ramadhan

Mumpung Ramadhan masih tiga pekan lagi, tantangan harga minyak goreng ini harus dipecahkan.

Kurang lebih tiga pekan lagi, umat Islam menunaikan puasa Ramadhan. Selama Ramadhan, kebutuhan masyarakat terhadap bahan pokok biasanya lebih tinggi ketimbang bulan lainnya. Demikian pula, kebutuhan sandang.

Umat Islam punya kebiasaan berbuka bersama saat Ramadhan. Menjelang Ramadhan berakhir, sebagian umat Islam mudik untuk merayakan Idul Fitri di kampung halaman. Selama Ramadhan dan momentum Lebaran, mobilitas masyarakat meningkat.

Apalagi, jumlah kasus positif Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir di banyak wilayah trennya menurun.

Bukan tak mungkin, pemerintah menurunkan status pandemi Covid-19 menjadi endemi, sebagaimana Malaysia yang akan memberlakukan transisi ke endemi mulai 1 April. Adapun Thailand pada Juli 2022.

 
Jika status endemi ini juga terjadi pada Indonesia, momentum Ramadhan dan Lebaran tahun ini bakal jauh lebih ramai dibandingkan dua tahun masa pandemi.
 
 

Jika status endemi ini juga terjadi pada Indonesia, momentum Ramadhan dan Lebaran tahun ini bakal jauh lebih ramai dibandingkan dua tahun masa pandemi. Bergeliatnya mobilitas tersebut tentu berkorelasi dengan perekonomian rakyat.

Dengan asumsi kasus Covid-19 melandai sepanjang Ramadhan dan Lebaran tahun ini, daya beli masyarakat diharapkan terdongkrak.

Ini menyebabkan permintaan terhadap bahan pangan meningkat. Tingkat konsumsi masyarakat selama Ramadhan diprediksi meninggi. Untuk itulah, senyampang Ramadhan masih tiga pekan lagi, pasokan bahan pangan mesti terjaga dari sekarang.

Pasokan pangan mesti diamankan, mengingat pada April sudah melewati musim pancaroba. Musim panen raya padi juga diperkirakan pada Maret dan April. Artinya, hasil panen lagi tinggi-tingginya, tak ada alasan harga beras tinggi bila pasokan tercukupi.

 
Kalaupun harga pangan tetap di atas kewajaran, harus dicek, apakah pasokan mengiringi permintaan dan ada kendala pada distribusinya. 
 
 

Demikian pula, pola distribusi. Jika penyaluran produk pangan terkendala akibat gangguan bencana alam, bisa dimaklumi. Namun, bagi daerah tak terdampak, semestinya harga pangan normal.

Kalaupun harga pangan tetap di atas kewajaran, harus dicek, apakah pasokan mengiringi permintaan dan ada kendala pada distribusinya. Pembenahan rantai distribusi perlu guna mengantisipasi penyimpangan dan penimbunan.

Penegakan hukum terhadap siapa pun yang mengacaukan momentum Ramadhan harus ditindak. Mafia pangan dan yang serupa dengan itu mesti diseret ke meja hijau. Hukuman harus setimpal dengan kejahatan yang dilakukan.

Langkah Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi yang membenahi pasokan dan distribusi minyak goreng layak didukung.

Jika berdasarkan data ternyata pasokan minyak goreng berlimpah, tapi mengapa di sejumlah daerah masih kesulitan mendapatkan minyak goreng?  Itu pun beberapa di antaranya dijual melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.

Dugaan minyak sawit yang masuk kebijakan domestic market obligation (DMO) bocor ke industri besar, atau justru diekspor ke luar negeri secara ilegal patut diungkap lebih jauh. Bila dugaan tersebut benar, itu perbuatan melawan hukum.

 
Hingga kini, total pasokan minyak sawit hasil DMO mencapai 573,8 ribu ton, yang tersalurkan 415,7 ribu ton dalam bentuk minyak goreng.
 
 

Kebijakan DMO mewajibkan pengekspor CPO, RBD Olein, ataupun used cooked oil (UCO) mengalokasikan 20 persen pasokannya untuk pasar dalam negeri dari total yang akan diekspor.

Hingga kini, total pasokan minyak sawit hasil DMO mencapai 573,8 ribu ton, yang tersalurkan 415,7 ribu ton dalam bentuk minyak goreng. Jumlah itu melebihi perkiraan kebutuhan sebulan yang 327,3 ribu ton.

Artinya, tidak ada alasan pasokan kurang sehingga harga membubung. Mumpung Ramadhan masih tiga pekan lagi, tantangan harga minyak goreng ini harus dipecahkan. Stabilitas harga minyak goreng menjadi poin penting agar harga pangan sepanjang Ramadhan dan Lebaran tetap terjaga.

Demikian pula, dengan tantangan harga pangan lain, misal kedelai, cabai, daging, dan bawang. Faktor eksternal global memang tak bisa diabaikan.  Untuk itu, kemandirian pangan adalah jawabannya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat