ILUSTRASI Datangnya bulan Syaban menjadi momen untuk mempersiapkan diri jelang Ramadhan. | DOK ANTARA IRWANSYAH PUTRA

Khazanah

Manfaatkan Sya'ban Sebagai ‘Mukadimah’ Ramadhan

Para ulama menggelari Sya’ban sebagai bulannya para pembaca Alquran

Saat ini, kaum Muslimin berada dalam awal bulan Sya’ban. Artinya, dalam waktu yang tidak begitu lama, umat akan menyambut kedatangan Ramadhan.

Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mahbub Maafi mengatakan, Sya’ban dapat dipahami sebagai mukadimah Ramadhan. Karena itu, bulan ini sebaiknya dimanfaatkan untuk berbagai amal kebaikan, seperti membaca Alquran, berpuasa sunah, atau sedekah.

“Sya’ban merupakan mukadimah bulan Ramadhan. Sudah sepatutnya kita melakukan hal-hal yang biasa dilakukan di bulan Ramadhan, sebagai persiapan, pemanasan untuk menyambut bulan suci itu,” ujar Kiai Mahbub kepada Republika, Selasa (8/3).

Beberapa riwayat menuturkan, Nabi Muhammad SAW memperbanyak puasa sunah pada masa menjelang Ramadhan. Ummul mu`minin Ummu Salamah RA berkata, “Saya tidak pernah melihat Nabi Muhammad SAW berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali (pada) bulan Sya’ban dan Ramadhan” (HR an-Nasai).

Walaupun riwayat itu tidak menjelaskan berapa hari beliau berpuasa sunah, menurut Kiai Mahbub, pesan pentingnya adalah Sya’ban menjadi persiapan menuju Ramadhan. Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda, “Sya’ban merupakan bulan amal-amal diangkat menuju Rabb semesta alam. Dan saya suka jika amalanku diangkat dalam keadaan saya sedang berpuasa” (HR an-Nasai). 

Kiai Mahbub mengatakan, para ulama menggelari Sya’ban sebagai bulannya para pembaca Alquran, Syahr al-Qurra’. Adapun Ramadhan disebut Syahr al-Qur’an karena pada bulan itulah Allah menurunkan Alquran.

Pakar fikih itu memandang, alangkah baiknya bila kaum Muslimin semakin meningkatkan interaksi dengan Alquran selama bulan Sya’ban ini. Dengan demikian, mereka akan lebih terbiasa dalam mengaji dan menadaburi Kitabullah saat Ramadhan nanti.

“Jadi, kita sudah membiasakan diri dengan amalan-amalan sejak saat Sya’ban sebagai pengantar menuju bulan suci Ramadhan,” katanya.

Ketua Umum Ikatan Da'i Indonesia (Ikadi) KH Ahmad Kusyairi Suhail mengatakan, Sya’ban berposisi di antara dua bulan yang mulia, yakni Rajab dan Ramadhan. Karena “terjepit” itu, beberapa orang kemudian meremehkannya.

“Nabi Muhammad SAW dalam hadis sahih mengingatkan, karena posisi Sya’ban yang terjepit di antara dua bulan mulia (Rajab dan Ramadhan). Jadi, ia (Sya’ban) sering terlalaikan oleh banyak orang,” kata Kiai A Kusyairi Suhail kepada Republika, kemarin.

Menurut dia, memperbanyak ibadah sunah selama Sya’ban dapat menjadi pemanasan atau pembiasaan menjelang Ramadhan. Jadi, saat memasuki Ramadhan, seseorang bisa langsung mengoptimalkan ibadahnya.

Sya’ban juga menjadi waktu yang tepat untuk kembali memberikan pemahaman kepada keluarga, tetangga, dan masyarakat. Mereka dapat diingatkan kembali, pada saat Ramadhan kewajiban setiap Muslim tidak sekadar berpuasa, menahan haus dan lapar semata. Ada esensi yang semestinya bisa dihayati, yakni tujuan ibadah itu sendiri, sebagaimana ditegaskan dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 183.

Arti dari firman Allah Ta’ala itu, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

“Di antara hal-hal yang perlu kita perhatikan, bagaimana mewujudkan hakikat puasa supaya benar-benar mengantarkan kita menjadi pribadi, masyarakat, dan umat yang bertakwa,” kata sang kiai.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat