Petani menanam padi jenis Inpera 42 di areal persawahan di Derwati, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, Rabu (2/2/2022). | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Kabar Utama

Wapres: Jaga Stok Pangan Jelang Ramadhan 

Kenaikan harga pangan harus selalu dievaluasi agar stabil dan tidak melonjak.

JAKARTA -- Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin meminta kementerian dan lembaga terus menjaga ketersediaan stok bahan pangan menjelang Ramadhan. Koordinasi para pemangku kepentingan terkait juga perlu dilakukan untuk mengendalikan kenaikan harga-harga bahan pokok. 

Pesan tersebut disampaikan Wapres saat memantau kondisi produksi dan ketersediaan pangan melalui fasilitas Agriculture War Room (AWR) di kantor Pusat Kementerian Pertanian, Selasa (8/3). AWR merupakan fasilitas yang menunjukkan data pangan secara real time. 

"Ini menjadi penting saya tekankan supaya tidak terjadi kekurangan seperti kemarin, misalnya tidak tersedianya minyak goreng, kedelai," kata Wapres, kemarin. 

Dalam kunjungannya tersebut, Wapres menerima laporan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo beserta jajaran tentang kondisi riil ketahanan pangan dan pasokan komoditas pertanian melalui AWR. Menurut Wapres, berdasarkan data yang disampaikan, stok pangan aman untuk memenuhi kebutuhan konsumsi hingga Hari Raya Idul Fitri.  

Wapres juga menyapa para petani dan penyuluh Indonesia melalui video virtual untuk mengecek kesiapan pasokan pangan dan menerima laporan tentang pasokan pangan mulai dari pertanian hingga ternak. Kepada mereka, Wapres meminta petani tetap menjaga semangat  dalam melakukan aktivitas produksi.

"Saya berharap ketersediaan dan kebutuhan ramadhan dan hari raya cukup tersedia dan jangan sampai terjadi kekurangan," ujar Wapres. 

Wapres mengatakan, Indonesia harus jauh lebih siap dalam menyediakan semua kebutuhan, meskipun kondisi pertanian global dalam kondisi yang tidak menentu dan banyak negara tengah mengalami kekurangan pangan.

"Iklim yang tidak baik membuat impor komoditas menjadi masalah. Ditambah lagi, beberapa masalah kenaikan harga di pasar internasional." 

Selain kesiapan pasokan bahan pangan, Wapres menekankan pentingnya pengendalian harga pangan agar tidak melonjak tinggi. Meskipun kenaikan harga jelang Ramadhan biasa terjadi, Kiai Ma'ruf berharap rentang kenaikannya masih dalam batas wajar. "Karena itu harus disiapkan langkah antisipasi jangan sampai ada kenaikan yang lebih," kata Wapres.

Kiai Ma'ruf juga mendorong koordinasi kementerian dan lembaga terkait dalam memastikan harga-harga bahan pangan tetap terkendali hingga Lebaran mendatang. Sebab, pengendalian harga bahan pangan tidak hanya menjadi urusan Kementerian Pertanian, tetapi juga kementerian lainnya. 

photo
Petani menunjukkan padi jenis Inpera 42 di areal persawahan di Derwati, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, Rabu (2/2/2022). Pemerintah Kota Bandung bersama Kementerian Pertanian mencanangkan program Indeks Pertanaman 400 (IP 400) atau penanaman empat kali setahun pada lahan yang sama di Kota Bandung untuk mendongkrak produksi padi guna meningkatkan stok beras nasional. Foto: Republika/Abdan Syakura - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

Wapres mengatakan, Kementerian Perdagangan serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga memiliki peran untuk menstabilkan harga pangan. "Sehingga saya minta ada kolaborasidalam penyiapan ketersediaan maupun juga pengendalian harga. Juga harus siap melakukan intervensi manakala ada yang mengganggu ketersediaan maupun kenaikan harga yang tidak sewajarnya," kata Wapres.

Harga sejumlah bahan pokok terpantau terus mengalami kenaikan. Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Nasional per 8 Maret, harga rata-rata cabai rawit merah mencapai Rp 74 ribu per kg dari Rp 68.200 per kg pada 1 Maret. 

Harga komoditas lainnya, yaitu daging sapi, tercatat sebesar Rp 130.650 per kg, naik secara perlahan dari posisi 1 Maret yang berada di kisaran Rp 129 ribu. 

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan, sesuai data pemerintah, ketersediaan seluruh bahan pokok sangat mencukupi kebutuhan dalam negeri. Meski demikian, dirinya tak menampik tetap terdapat kenaikan harga dalam beberapa waktu terakhir.

"Dengan kondisi fluktuasi harga yang ada, tapi dilihat dengan ketersediaan itu cukup. Berarti yang harus kita benahi tata kelola (pangan) terutama dalam stabilisasi harga," kata Syahrul. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kementerian Pertanian RI (kementerianpertanian)

Syahrul menegaskan, Kemementan telah melakukan faktualisasi dan validasi data pangan nasional menjelang masuknya bulan Ramadhan. Ia pun optimistis persediaan pangan untuk kebutuhan dalam negeri selama bulan Ramadhan akan cukup dan bisa diamankan.

Kementan, kata Syahrul, juga ikut membantu sumber-sumber produksi pangan dengan pasar sehingga kebutuhan masyarakat tetap terjamin.

Adapun soal sumber pangan impor yang saat ini mengalami kenaikan harga,  Syahrul menilai hal ini semestinya menjadi pelajaran agar Indonesia ke depan tidak bergantung impor.  "Saran kami, sudah saatnya kita tidak tergantung dengan impor. Kita bisa buat dan tanam. Kami siap beternak," katanya.

Secara khusus, dirinya menyinggung mengenai kedelai yang menjadi bahan baku tempe, namun mayoritas diimpor. Saat ini, rata-rata kebutuhan kedelai nasional mencapai 6 juta ton untuk semua bidang industri dan hampir seluruhnya disuplai impor.

"Ini terlalu besar, padahal kita bisa buat. Zaman presiden Soeharto, dulu itu disubsidi karena makanan kita tempe dan tahu. Saya sudah siap dengan kedelai," katanya.

Adapun untuk komoditas sapi, Syahrul mengatakan Kementan sudah membuat program secara tahunan untuk meningkatkan produksi. Hanya,  terdapat situasi yang di luar prediksi dan kendali pemerintah karena imbas faktor global.

Meski begitu, Syahrul menyebut situasi itu sudah diperkirakan pemerintah, sehingga persediaan daging untuk masyarakat dipastikan aman.   "Kementan akan fokus pada ketersediaan. Kita harus intervensi," kata dia.

Tingkatkan produksi 

Anggota Komisi IV DPR dari fraksi Partai Golkar Firman Subagyo mendorong pemerintah untuk terus meningkatkan produksi dan membenahi sejumlah komoditas pangan dalam negeri. Peningkatan produksi penting terus digencarkan guna mengatasi ketergantungan pangan impor.

"Parlemen sejak jauh hari sudah mengingatkan pentingnya produksi pangan untuk ketahanan pangan nasional, bahkan sebelum pandemi dan konflik Rusia-Ukraina yang membuat harga komoditas pangan melonjak," kata Firman. 

Menurut dia, kenaikan harga pangan harus selalu dievaluasi agar stabil dan tidak melonjak. Firman memprediksi, dampak dari pandemi yang belum sepenuhnya berakhir dan ditambah dampak invasi Rusia di Ukraina, akan muncul krisis energi dan pangan global. 

photo
Foto udara petugas Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) memanen padi di sawah abadi Ujung Menteng, Jakarta Timur, (23/2/2022). - (ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/rwa.)

"Dan, untuk mencapai swasembada pangan memang bukan perkara mudah. Langkah yang seharusnya dilakukan pemerintah adalah menginventarisasi seluruh lahan yang berpotensi untuk digunakan sebagai lahan produksi pangan," katanya.

Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas menuturkan, gejolak kenaikan harga sejumlah komoditas saat ini lebih banyak akibat perdagangan global. Indonesia merasakan dampaknya karena cukup mengandalkan pasokan impor.

Menurut data Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI), gandum dan bawang putih hampir 100 persen impor, kedelai 97 persen impor, gula 70 persen impor, daging lebih dari 50 persen impor. "Ketika harga pangan dunia naik setelah pandemi, maka pasti kita akan kena imbas,” ujar Ketua AB2TI itu.

Idealnya, kata Dwi, kebutuhan pangan dalam negeri bisa dipenuhi oleh petani dalam negeri. Namun, hal ini sulit terjadi karena tingginya disparitas harga pangan produksi dalam negeri dengan produk impor. 

photo
Sejumlah warga antre untuk membeli minyak goreng dengan harga murah saat bazar minyak goreng di Batulayang, Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (8/3/202022). - (ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/aww.)

Intervensi pasar

Ketua MPR Bambang Soesatyo mendorong pemerintah untuk memperkuat upaya intervensi pasar dalam mengendalikan harga sejumlah komoditas pangan. Intervensi perlu dilakukan agar harga tetap berada di bawah batas harga eceran tertinggi (HET).

Pernyataan itu dia sampaikan sebagai respons atas gelombang kenaikan harga pangan yang muncul bertubi-tubi pada awal 2022. Sejumlah komoditas pangan mengalami kenaikan harga, seperti minyak goreng, kedelai, daging, hingga komoditas cabai yang berpotensi mengalami kenaikan harga.

“Mengingat tanpa intervensi pemerintah dan penanganan yang tepat, dikhawatirkan lonjakan harga akan semakin tinggi, terutama menjelang  Idul Fitri,” kata pria yang akrab disapa Bamsoet, Selasa (8/3). 

Dia juga meminta komitmen pemerintah untuk memberikan atensi serius terhadap kenaikan harga komoditas pangan di pasaran, khususnya terhadap beberapa komoditas yang kerap mengalami kenaikan harga menjelang hari raya. “Dengan melihat langsung kondisi serta kendala di lapangan dengan mengacu pada hukum pasar,” ucapnya.

photo
Warga antre membeli minyak goreng murah saat operasi pasar minyak goreng di kompleks kantor kecamatan Bansari, Temanggung, Jateng, Senin (7/3/2022). Dinas Koperasi UKM dan Perdagangan setempat sejak sepekan terakhir telah menjual sedikitnya 15 ribu liter minyak goreng dengan harga Rp 14 ribu per liter guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan menstabikan harga minyak goreng di pasaran. - (ANTARA FOTO/Anis Efizudin/rwa.)

Hukum pasar yang ia maksud adalah ketika jumlah permintaan suatu barang lebih besar dari persediaan, maka akan menimbulkan kenaikan harga terhadap komoditas tertentu. Ia mendorong Kementerian Perdagangan bersama para pemangku kepentingan terkait untuk dapat menjamin ketersediaan pangan atau bahan-bahan pokok bagi masyarakat, khususnya menjelang Ramadhan. 

Ia menegaskan, ketersediaan pasokan amat krusial guna mencegah terjadinya fenomena panic buying akibat kelangkaan stok pada sejumlah komoditas. “Pemerintah harus serius dalam menjamin ketersediaan komoditas bahan pangan, serta menjaga stabilitas harga pangan dan harga sembako di pasaran,” kata dia.

Keseriusan itu dapat ditunjukkan pemerintah dengan secara rutin, melakukan operasi pasar agar harga dapat kembali stabil dan tidak memberatkan atau menurunkan daya beli masyarakat.

Hal serupa disampaikan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) yang meminta pemerintah agar segera mengendalikan harga pangan. Pasalnya, isu kenaikan harga pangan yang terjadi jauh sebelum Ramadhan, menjadi rawan hingga dapat dibawa ke ranah politik yang mengganggu psikologis pasar.

Koordinator Nasional KRKP, Said Abdullah menilai, kenaikan harga pangan saat ini di luar kewajaran karena bulan Ramadhan masih berjarak sebulan. Namun, ia tak menampik ada faktor eksternal yang mana harga-harga pangan dunia serta bahan baku penunjang produksi seperti pupuk tengah naik. 

"Situasi ini kemudian menjadi sinyalemen dan berpengaruh pada psikologi pasar dalam negeri, yang itu kemudian dimanfaatkan karena berbarengan dengan adanya situasi eksternal," kata Said kepada Republika, Selasa (8/3).

Dia mengakui, kenaikan harga pangan tidak sepenuhnya merupakan hal yang salah. Sebab, hal itu berkaitan langsung dengan hukum penawaran dan permintaan.  "Akan tetapi, saat kenaikan harga telah melampaui batas daya beli mayoritas masyarakat, negara harus turun dan mengatasinya," katanya. 

Direktur Bahan Pokok dan Penting Kementerian Perdagangan, Isy Karim melalui laporan perkembangan harga barang pokok hingga Senin (7/3) menyampaikan, secara umum harga barang kebutuhan pokok relatif stabil. Komoditas yang mengalami kenaikan harga cukup signifikan dibanding pada Januari, yakni bawang merah, cabai rawit merah, cabai merah keriting, cabai merah besar, serta kedelai.

photo
Sejumlah perajin tempe saat melakukan aksi unjuk rasa di Sentra Produksi Tempe, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Senin (21/2/2022). Aksi tersebut sebagai bentuk protes atas melambungnya harga kacang kedelai yang merupakan bahan baku pembuatan tempe dalam beberapa pekan terakhir dari Rp 800 ribu per kwintal hingga kini mencapai Rp 1,1 juta per kwintal. - (Republika/Putra M. Akbar)

Harga bawang merah tercatat naik 15 persen menjadi Rp 36 ribu per kilogram (kg), cabai merah keriting naik 45,96 persen menjadi Rp 52.400 per kg, cabai merah besar naik 41,88 persen menjadi Rp 49.800 per kg, cabai rawit merah naik 46,67 persen menjadi Rp 72.600 per kg. Adapun kedelai naik 3,91 persen menjadi Rp 11.646 di tingkat pengrajin dan 6,40 persen menjadi Rp 13.300 di tingkat eceran.

Kenaikan harga bawang merah saat ini, disebabkan tanaman di sentra produksi banyak yang rusak akibat curah hujan yang tinggi saat panen, sehingga produktivitasnya turun sekitar 50 persen menjadi 4 ton per hektare. Hal ini menyebabkan harga bawang merah berada di atas harga acuan Rp 32 ribu per kg.

Adapun untuk kenaikan harga cabai, disinyalir akibat tertundanya masa pemetikan oleh petani akibat dari faktor cuaca hujan di sentra produksi. "Kenaikan harga kedelai merupakan dampak dari kenaikan harga kedelai dunia disinyalir akibat turunnya produksi di negara produsen, di antaranya di Amerika Selatan serta meningkatnya permintaan dari Cina akibat restrukturisasi di bidang peternakan," kata dia. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat