Polisi menahan pengunjuk rasa yang menolak invasi Rusia ke Ukraina di St Petersburg, Senin (28/2/2022). | AP/Dmitri Lovetsky

Kisah Mancanegara

Perang Informasi di Pusaran Konflik

Perang informasi untuk mengendalikan narasi tentang invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina.

OLEH FERGI NADIRA

Di era digital seperti sekarang, sulit menafikan besarnya pengaruh media sosial. Termasuk, dalam persengketaan Rusia dan Ukraina yang masih terus memanas.

Pekan lalu, Facebook memutuskan menyensor akses ke sejumlah media Rusia sebagai bentuk protes atas invasi Moskow ke Kiev. Sebagai balasannya, Pemerintah Rusia langsung memblokir jejaring sosial Facebook dan membatasi berbagai platform media sosial lainnya di dalam negeri.

Salah satunya, Twitter yang memiliki jutaan pengguna setiap harinya di Rusia. Langkah ini dilakukan saat pemerintahan Vladimir Putin secara mengejutkan meningkatkan tindakan kerasnya terhadap kebebasan pers dan sumber informasi lainnya.  

Tujuannya tak lain untuk mengendalikan narasi tentang invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina. Media Rusia pun dilarang menyebutkan diksi perang, melainkan menggantikannya dengan "perang khusus" maupun "operasi khusus".

photo
Polisi menahan pengunjuk rasa yang menolak invasi Rusia ke Ukraina di St Petersburg, Senin (28/2/2022). - (AP/Dmitri Lovetsky)

Putin juga menandatangani undang-undang baru yang mengancam hingga 15 tahun penjara bagi orang Rusia yang mengunggah "berita palsu" tentang invasi. Pemerintah kemudian menangkap ribuan pengunjuk rasa antiperang.

Dari laporan the New York Times, pihak berwenang Rusia telah memperingatkan sejumlah perusahaan teknologi raksasa atau big tech untuk mematuhi undang-undang baru tersebut. Google, Meta, Apple, Twitter, TikTok, dan lainnya kini diharuskan mendirikan badan hukum di Rusia. Dengan langkah itu, perusahaan dan karyawan akan lebih rentan menghadapi tuntutan sensor pemerintah.

Sebagai target terbaru dalam langkah keras Putin, kini Facebook dan Twitter juga ikut disensor. Padahal, dilansir dari laman Vox, Ahad (6/3), Facebook dan Twitter di Rusia memiliki rekam jejak yang rumit hingga kerap dipakai oleh aktor jahat, bahkan oleh Pemerintah Rusia sendiri untuk mengganggu demokrasi.

Penutupan aplikasi oleh Putin ini tidak diragukan lagi akan berdampak buruk pada oase politik di Rusia. Kini, masyarakat Rusia bisa menemukan sumber berita lain dengan menonton YouTube atau berkomunikasi di aplikasi seperti Telegram yang merupakan salah satu aplikasi media sosial paling populer di Rusia.

photo
Polisi menahan pengunjuk rasa yang menolak invasi Rusia ke Ukraina di St Petersburg, Senin (28/2/2022). - (AP/Dmitri Lovetsky)

Namun pemerintah juga membatasi diskusi di platform-platform utama yang mudah disiarkan ke khalayak luas, "Menyensor adalah kata yang terlalu sederhana saat ini untuk apa yang mereka lakukan," ungkap profesor hukum UC Irvine dan mantan pelapor khusus PBB untuk kebebasan berbicara, David Kaye.

Di sisi lain, regulator komunikasi Rusia, Roskomnadzor, menuduh Facebook terlibat dalam diskriminasi terhadap media dan sumber informasi Rusia. Dalam seminggu terakhir, Facebook telah mulai memeriksa fakta klaim menyesatkan yang diterbitkan oleh Russia Today (RT) dan media pemerintah lainnya di Rusia. Pihaknya pun telah memblokir RT di Eropa dan Inggris.

Presiden urusan global Facebook Nick Clegg sebelumnya mengatakan, Pemerintah Rusia berusaha menghentikan Facebook dari menerapkan upaya pengecekan fakta independennya. Pada Jumat, (4/3), ia mengunggah pernyataan di akun Twitter-nya sebagai tanggapan atas penutupan akun Facebook Kremlin.

"Segera jutaan orang Rusia akan menemukan diri mereka terputus dari informasi yang dapat dipercaya. Termasuk kehilangan cara sehari-hari mereka untuk berhubungan dengan keluarga dan teman-teman dan dibungkam dari berbicara," kata Clegg di Twitter.

Ia melanjutkan, Facebook akan terus melakukan segala yang bisa dilakukan untuk memulihkan akses ke platformnya. Masyarakat tetap dapat memiliki ruang untuk mengekspresikan diri.

Sementara. Twitter sebelumnya mengatakan, bahwa layanannya memang kini tengah dibatasi di Rusia, meski tidak sepenuhnya diblokir. “Kami menyadari bahwa Twitter dibatasi untuk beberapa orang di Rusia dan sedang berupaya untuk menjaga layanan kami tetap aman dan dapat diakses," cicit akun perusahaan Twitter pada 26 Februari 2022. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Korban Meninggal Banjir Sydney Bertambah

Proses pemulihan dari banjir besar ini akan memakan waktu berbulan-bulan.

SELENGKAPNYA

Korut Ujicoba Sistem Pengintaian Satelit

Uji coba rudal Korut digelar beberapa hari sebelum pemilihan presiden Korsel.

SELENGKAPNYA