Warga menanti untuk menjalani tes Covid-19 di Ahmedabad, India, Senin (17/1/2022). | AP/Ajit Solanki

Internasional

Asia Selatan Kembali Sibuk

Ingatan kelam dalam dua tahun terakhir tetap sulit dihapuskan.

NEW DELHI -- Asia Selatan kembali menggeliat. Pasar-pasar mulai dipadati penjual dan pembeli. Jalanan kembali macet. Para pekerja migran pun mulai kembali beraktivitas di kota-kota besar. Sedangkan, kaum muda mulai kembali ke sekolah atau kampus.

Kehidupan itu memang masih belum pulih seperti sebelum pandemi Covid-19, dua tahun lalu. Masker masih tetap diwajibkan saat berada di tempat umum. Namun, perlahan-lahan angka kasus infeksi Covid-19 terus melandai. Aroma hidup normal menguar di Asia Selatan. Laporan inilah yang dihimpun Associated Press, Jumat (4/3).

Dr Gagandeep Kang mengatakan, Pemerintah India harus mulai mempersiapkan diri saat ada kondisi darurat medis. Kang adalah ahli penyakit menular di Christian Medical College di Vellore, India.

Kondisi darurat itu, kata Kang, "Baik karena Covid-19 ataupun yang lainnya."

photo
Lansia menunggu sebelum mendapatkan dosis ketiga vaksin Covid-19 di Hyderabad, India, Senin (17/1/2022). - (AP/Mahesh Kumar A)

Ia juga mengingatkan, orang tetap harus waspada akan munculnya varian-varian baru Covid-19. Apalagi, jika virus korona bermutasi menjadi versi yang lebih mematikan, sedangkan kemampuannya menularkan tetap tinggi seperti yang terjadi saat ini.

Luka mental akibat amukan varian delta tahun lalu memang belum terhapus dalam benak warga India. Saat itu, sistem kesehatan kolaps dan angka kematian hingga mencapai jutaan orang. Namun, kini tingkat vaksinasi tinggi dan varian omikron yang amat menular diperkirakan membantu kekebalan alami komunitas. Maka, tak ada alasan untuk tidak optimistis.

Kekhawatiran tampaknya berkurang di Nepal, pekan ini. Ratusan ribu orang berkumpul di Kuil Pashupatinath di Kathmandu. Ini bagian dari ritual keagamaan.  

"Saya harus menunggu selama berjam-jam --sejak pagi-- dan akhirnya bisa mengunjungi kuil ini," kata Keshav Dhakal, seorang peziarah.

Sementara itu, pantai Sri Lanka yang masih belum tercemar kini dipenuhi kembali oleh manusia. Anak-anak muda menikmati musik dan mencicipi kari yang pedas bersama teman-teman mereka.

Sejumlah aturan tetap diberlakukan di Sri Lanka. Masker, misalnya, masih tetap wajib dipakai di tempat umum. Pemerintah pun berharap, wisatawan asing dapat segera mengalir ke negeri mereka dan mendongkrak perekonomian.  

"Saya senang, hidup kembali seperti semula," kata Ruwan Chamara, seorang pekerja bangunan.

India juga fokus pada pemulihan ekonomi. Selain membuat kehilangan nyawa, pandemi juga menyebabkan jutaan orang semakin miskin, termasuk orang-orang yang paling rentan.

Pada 2020, lockdown ketat yang diumumkan hanya beberapa jam sebelum diberlakukan, memaksa ribuan orang pulang ke kampung halaman mereka. Kini, mereka kembali ke kota-kota, saat pabrik dan konstruksi mulai aktif kembali.  

photo
Pasien Covid-19 menjalani perawatan di dalam pusat isolasi darurat di Chennai Trade Centre (CTC) di Chennai, India, Ahad (16/1/2022). - (EPA-EFE/IDREES MOHAMMED)

"Karena lockdown, kami tidak memiliki apa pun. Jika kami tidak bekerja, kami tidak bisa makan. Jika tidak makan, kami mati," kata Devendra Kumar, seorang pekerja konstruksi di New Delhi.

Di Bangladesh, warga masih enggan melepas masker meski angka kasus menurun. Kini, virus seperti masalah kecil dibandingkan masalah lain, seperti inflasi dan pengangguran.  

Namun, ingatan akan masa kelam dalam dua tahun terakhir sulit dihapuskan. Ingatan melayang pada rumah sakit yang kewalahan, pemakaman yang tak henti-hentinya, serta tenaga kesehatan yang kehabisan energi.

"Dua tahun terakhir sungguh tak tertahankan," kata Habibul Bashar, mantan seorang kapten kriket Bangladesh. "Kami tentu saja tidak mau kembali ke masa itu."

Hong Kong yang berbeda

Lain Asia Selatan, lain pula Hong Kong. Hong Kong memilih amat berhati-hati dalam menghadapi peningkatan kasus Covid-19. Wilayah ini memang mengacu pada kebijakan di Cina yang dikenal dengan "toleransi nol".

photo
Warga mengantre untuk menjalani pemeriksaan Covid-19 di Hong Kong, Kamis (24/2/2022). - (AP/Vincent Yu)

Isu kemungkinan lockdown membuat warga Hong Kong berburu barang kebutuhan sehari-hari. Pada Jumat, dua jaringan pasar swalayan Hong Kong bahkan harus membatasi barang yang boleh dibeli oleh konsumen.

Jaringan pasar swalayan ParknShop mengumumkan, konsumen dibatasi hanya boleh membeli lima item untuk kebutuhan utama, seperti beras, makanan kaleng, dan tisu toilet. Sedangkan, Watsons yang menjual obat-obatan, membatasi obat penghilang rasa sakit, demam, dan flu.  

"Efektif mulai hari ini (Jumat, Red), ParKnShoP dan Watsons Hong Kong akan memberlakukan pembatasan pembelian untuk barang dan obat tertentu di semua toko," kata Watsons.

Hong Kong mencatat angka kematian 136 orang pada Jumat. Data kasus harian Covid-19 melampaui 52 ribu di tengah populasi sekitar 7,7 juta jiwa. Dalam tiga hari terakhir, kasus baru harian melampaui 50 ribu kasus.

Penyebaran luas ini membatasi ketersediaan tenaga kesehatan Hong Kong. Tak hanya itu, kekurangan tenaga kerja juga dialami sektor transportasi umum, pusat perbelanjaan, pasar swalayan, dan apotek.

Sedangkan, sistem peradilan di Hong Kong juga membatasi jadwal sidang untuk menghindari risiko kesehatan. Sidang dengar, misalnya, akan ditangguhkan sepanjang 7 Maret hingga 11 April, kecuali untuk alasan tertentu.

Hong Kong juga melarang penerbangan dari sembilan negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan Australia, hingga 20 April. Akibatnya, sejumlah warga Hong Kong yang ada di sembilan negara itu kini belum bisa pulang kembali ke Hong Kong.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat