Ilustrasi gandum. Ukraina adalah produsen gandum terbesar. | AP / Niranjan Shrestha

Ekonomi

Imbas Perang Russia Ukraina, RI Harus Cari Pasokan Gandum

Indonesia tercatat mengimpor gandum dalam jumlah besar dari Ukraina

JAKARTA -- Indonesia perlu mengantisipasi dampak konflik Rusia-Ukraina dengan mencari sumber gandum baru mengingat konflik tersebut dapat mengganggu distribusi gandum di pasar internasional, kata Associate Researcher Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Krisna Gupta.

"Konflik ini akan berpengaruh besar pada harga pangan di Indonesia dan Indonesia harus segera mencari sumber gandum dan pupuk baru secepatnya untuk membatasi kenaikan harga pangan," kata Krisna dalam keterangan di Jakarta, pekan lalu.

Data dari UN Comtrade menunjukkan, pada 2020, Ukraina memasok sekitar 23,51 persen gandum Indonesia. Tidak hanya Ukraina, Rusia pun memiliki hubungan perdagangan pangan yang cukup erat dengan Indonesia.

Disebutkan, Rusia adalah salah satu eksportir utama minyak bumi, gas alam, dan barang tambang dunia. Sementara Ukraina adalah salah satu eksportir utama gandum.Konflik antara keduanya, terutama setelah sanksi yang diberikan Amerika Serikat ke Rusia, dinilai akan mengakibatkan terganggunya suplai bahan makanan dan energi.

Ia mengingatkan bahwa sebelum konflik pecah antara kedua negara, ketahanan pangan global sudah dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti pandemi Covid-19 dan perubahan iklim, yang menyebabkan penurunan jumlah produksi dan ketidakpastian musim tanam.

"Perubahan iklim telah mempengaruhi perubahan cuaca yang tidak menentu, peningkatan suhu udara dan kekeringan. Tiga hal tadi sudah berkontribusi pada melemahnya ketahanan pangan. Kondisi ini juga mempersulit petani dalam menentukan waktu tanam yang tepat, mengakibatkan gagal panen dan kelangkaan pangan di waktu mendatang," katanya.

Untuk itu, ujar dia, pembahasan mengenai perubahan iklim menjadi semakin relevan karena meningkatnya kerawanan pangan justru akan berakibat kepada konflik dan migrasi besar-besaran dalam jangka panjang.

Sayangnya, perang Rusia-Ukraina akan menggeser urgensi menyelesaikan masalah iklim. Pupuk, gandum dan energi adalah produk antara, yang kelangkaannya akan merambat ke naiknya harga produk turunan.

"Konflik global akan memberikan tantangan terhadap inflasi, terutama produk pangan dan energi. Indonesia harus memanfaatkan G20 untuk bersama-sama membangun rantai nilai yang lebih resilien atau tahan banting dan membatasi meluasnya dampak perang Rusia-Ukraina," paparnya.

Indonesia tercatat mengimpor gandum dalam jumlah besar dari Ukraina, dengan rincian sebesar 2,99 juta ton pada 2019 dan 2,96 juta ton di 2020, atau sekitar 25 persen dari total impor biji gandum Indonesia. Sementara Ukraina tercatat mengimpor minyak kelapa sawit dari Indonesia dengan nilai sebesar 139 juta dolar AS pada 2019.

Harga gandum naik

Indonesia tercatat mengimpor biji gandum sebanyak 8,4 juta ton dengan nilai 2,6 miliar dolar AS pada tahun lalu. Ukraina yang kini terlibat perang dengan Rusia ternyata menjadi salah satu pemasok terbesar gandum untuk Indonesia. 

Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), Fransiscus Welirang, mengatakan, perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina tentunya bisa memberikan dampak pada kenaikan harga gandum dunia yang bisa terasa hingga ke Indonesia. 

Meskipun demikian, Fransiscus mengatakan, tentunya pabrikan tepung terigu di Indonesia akan mengalihkan pasokan impornya ke sejumlah negara jika kenaikan harga gandum dari Ukraina tak terbendung. “Seperti India, Australia, Kanada, Amerika Serikat (AS), Argentina, dan Brasil atau lainnya,” kata Fransiscus kepada Republika, pekan lalu. 

Fransiscus juga menyampaikan, masa panen gandum di Ukraina sejatinya masih cukup lama, yakni baru masuk pada Agustus-September mendatang. 

Adapun untuk harga gandum Ukraina saat ini, berdasarkan laporan International Grains Council (ICG) per 22 Februari 2022 sebesar 295 dolar AS per ton. Harga itu turun tipis 1,3 persen dari 15 Februari 2022 yang sebesar 299 dolar AS per ton. Namun, harga gandum secara global tetap mengalami kenaikan. Tercatat harga pada waktu yang sama sebesar 300 dolar AS per ton, naik 2,7 persen dari sepekan sebelumnya 292 dolar AS per ton. 

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), impor biji gandum tanpa cangkang kode harmonized system (HS) 10019912 dari Ukraina sepanjang 2021 mencapai 2,07 juta ton atau senilai 624,6 juta dolar AS. 

Berdasarkan data tersebut, maka volume impor biji gandum dari Ukraina berkontribusi sekitar 23 persen dari total volume impor gandum Indonesia tahun 2021. 

Rival Ukraina, Rusia berdasarkan data BPS juga mengekspor gandum ke Indonesia, tetapi dengan kode HS berbeda. Tercatat, sepanjang 2021, impor gandum dan lain-lain kode HS 10019919 sebanyak 2.955 ton dengan nilai 824 ribu dolar AS. 

Invasi Rusia ke Ukraina mengancam upaya negara-negara di dunia dalam menjaga ketahanan pangan global. Ketahanan pangan global yang terancam akibat disrupsi selama pandemi Covid-19, kini makin terancam akibat invasi ini. Konflik bersenjata merupakan salah satu faktor utama kerawanan pangan dan konflik berkepanjangan dapat mengakibatkan kerawanan pangan global.

“Ketahanan pangan global diwujudkan lewat sebuah sistem pangan yang terintegrasi antara negara-negara di dunia melalui perdagangan terbuka. Invasi ini tentu mengganggu berjalannya perdagangan sektor pertanian, distribusi, dan juga logistik antarnegara, terutama di dan dari Ukraina,” kata Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta. 

Felippa menambahkan, keselamatan dan kecukupan pangan rakyat Ukraina perlu menjadi prioritas saat ini. Hancurnya beberapa fasilitas strategis di negara tersebut tentu mengganggu kelancaran distribusi pangan. “Indonesia perlu segera mengantisipasi dampak dari invasi Rusia di Ukraina ke perekonomian dan perdagangan,” kata Felippa.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat