Warga mengantre untuk membeli minyak goreng saat operasi pasar minyak goreng di Kantor Bulog Cabang Bandung, Jalan Cipamokolan, Kota Bandung, Kamis (24/2/2022). | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Tajuk

Peran Satgas Pangan

Indonesia akan terkena imbas untuk sejumlah komoditas pangan yang masih bergantung pada impor.

Sudah hampir dua bulan ini harga sejumlah komoditas mengalami lonjakan harga. Salah satu komoditas yang sampai saat ini masih bermasalah adalah minyak goreng.

Harga minyak sawit mentah (CPO) yang meroket di pasar dunia, menyebabkan harga minyak goreng ikut terkerek. Sebab, CPO adalah bahan baku produksi dari minyak goreng.

Upaya pemerintah menahan laju kenaikan harga minyak goreng telah dilakukan dalam dua bulan terakhir. Yang pertama, dengan menyubsidi harga minyak goreng. Pemerintah mematok satu harga minyak Rp 14 ribu per liter dan selisih harga ditanggung pemerintah.

Mulai 1 Februari ini, pemerintah mengubah pola aturan terkait minyak goreng untuk menekan lonjakan. Pemerintah mewajibkan produsen CPO memasok 20 persen produksinya untuk kebutuhan dalam negeri. Harga CPO untuk kebutuhan dalam negeri juga dipatok Rp 9.300 per kilogram (kg) jauh di bawah harga CPO di pasar internasional, yang menyentuh hampir dua kali lipat. 

Dengan ketentuan harga baru ini, harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng curah di pasaran ditetapkan sebesar Rp11.500 per liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp 13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium Rp 14.000 per liter.

 
Setelah harganya relatif stabil, masyarakat mengeluhkan sulitnya memperoleh minyak goreng. 
 
 

Sayangnya, kebijakan terbaru tersebut sejauh ini belum berjalan mulus. Pasar-pasar tradisional ataupun modern belakangan memang tidak lagi menjual harga minyak goreng di angka Rp 18.000 per liter. Mereka memasarkan dengan harga di kisaran Rp 14.000 per liter. Masalahnya, pasokan minyak goreng ke pasar-pasar tradisional dan pasar modern masih tersendat.

Setelah harganya relatif stabil, masyarakat mengeluhkan sulitnya memperoleh minyak goreng. Kesulitan tersebut tidak hanya dialami oleh konsumen pasar tradisional, tetapi juga pembeli di ritel modern.

Kita mengetahui, beberapa upaya melancarkan pasokan telah dilakukan oleh Kementerian Perdagangan. Bahkan, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi sudah beberapa kali terjun ke pasar untuk mencari tahu sejauh mana pergerakan harga dan pasokan minyak goreng setelah kebijakan baru dikeluarkan awal Februari ini.

Namun, kita bertanya-tanya, mengapa masyarakat masih harus mengalami kelangkaan minyak goreng. Padahal, pasokan CPO sangat cukup untuk memproduksi minyak goreng guna memenuhi kebutuhan dalam negeri. Karena itu, pasti ada sesuatu yang tidak beres dan seharusnya segera diatasi sejak awal.

 
Baru sepekan ini, kita merasakan satgas pangan kembali hadir. Satgas pangan bergerak cepat mengatasi persoalan minyak goreng.
 
 

Di tengah keresahan masyarakat tersebut, kita seperti tidak mendengar langkah strategis satgas pangan dalam mengamankan pasokan minyak goreng. Padahal, dalam beberapa kali muncul masalah komoditas pangan di dalam negeri, satgas pangan memainkan peran penting. Kita mungkin masih ingat ketika satgas pangan bergerak cepat saat terjadi krisis beras di dalam negeri sekitar tiga tahun lalu.

Baru sepekan ini, kita merasakan satgas pangan kembali hadir. Satgas pangan bergerak cepat mengatasi persoalan minyak goreng. Sejumlah pelaku penimbunan ditangkap oleh satgas pangan.

Kasatgas Pangan Polri, Irjen Pol Helmy Santika, juga telah berkoordinasi dengan Satuan Tugas (satgas) Pangan Polri di berbagai daerah untuk bergerak. Beberapa instansi lainnya ikut bergabung dalam satgas pangan dalam mengamankan pasokan.

Kita berharap, peran satgas pangan terus meningkat dalam beberapa waktu ke depan. Kita pun mengetahui, harga sejumlah komoditas pangan berpotensi melonjak. Tidak hanya karena dalam sebulan ke depan, kita akan memasuki Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri, tetapi juga karena kenaikan harga komoditas pangan dalam negeri dipengaruhi oleh harga internasional. 

Terlebih-lebih agresi Rusia ke Ukraina yang dilakukan sejak kemarin, telah melambungkan harga minyak dunia di atas 100 dolar AS per barel. Padahal, awal tahun lalu harganya masih di kisaran kurang dari 50 dolar AS per barel. Di samping itu, konflik di Ukraina juga membuat nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS.

 
Indonesia akan terkena imbas untuk sejumlah komoditas pangan yang masih bergantung pada impor.
 
 

Kenaikan harga minyak dunia menyebabkan permintaan sejumlah komoditas pangan yang dijadikan sebagai bahan baku energi terbarukan, seperti CPO dan kedelai melonjak. Permintaan komoditas pangan yang naik membuat harganya juga meroket.

Indonesia akan terkena imbas untuk sejumlah komoditas pangan yang masih bergantung pada impor. Ditambah pula, nilai tukar rupiah yang melemah maka harga-harga komoditas pangan tersebut akan naik tinggi di dalam negeri.

Dalam kondisi sulit seperti ini, tidak jarang sejumlah pihak justru mencuri kesempatan. Mereka melakukan berbagai kecurangan seperti penimbunan, yang membuat harga pangan semakin tidak terkendali. Di sinilah peran satgas pangan sangat dibutuhkan agar masyarakat tidak dirugikan karena adanya oknum-oknum yang memainkan harga. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat