Ilustrasi Hikmah Hari ini | Republika

Hikmah

Setia

Karena keduanya saling membutuhkan, maka kesetiaan karena-Nya harus menjadi landasan utama..

Oleh ABDUL MUID BADRUN

OLEH ABDUL MUID BADRUN

Di tengah derasnya arus informasi tanpa batas, kebebasan bersikap dan berekspresi setiap orang makin tinggi. Masing-masing di antara kita bisa menjadi sumber berita, pun bisa menjadi sumber derita.

Bahkan, karena kebebasan dunia media sosial ini, kesetiaan pada pasangan pun diuji. Maka, tak heran jika angka perceraian setiap bulannya meningkat. Dari sinilah kita perlu becermin pada sejarah tentang makna kesetiaan pada pasangan.

Siapa yang tidak mengenal Khadijah binti Khuwailid? Ia adalah perempuan mulia yang pertama kali dinikahi Rasulullah SAW. Khadijah juga menjadi perempuan pertama yang masuk Islam. Khadijah adalah perempuan bangsawan yang berasal dari bangsa Quraisy.

la dikenal sebagai sosok pengusaha yang memiliki usaha dagang yang sangat maju. Khadijah merupakan perempuan terkaya di Kota Makkah kala itu. Salah satu pegawainya bernama Muhammad, laki-laki yang kelak menjadi suaminya dan diangkat Allah SAW menjadi Rasul-Nya.

Sejak awal, Khadijah kagum pada akhlak mulia Muhammad. Atas kehendak Allah, mereka akhirnya menikah. Usia Khadijah saat itu 40 tahun, sementara Muhammad 25 tahun.

Kemudian keduanya dianugerahi beberapa anak, salah satunya adalah Fathimah. Sayangnya, hampir seluruh anak Khadijah meninggal di usia muda. Menginjak usia 40 tahun, Nabi Muhammad, kerap menyepi di Gua Hira. la hendak mendekatkan diri kepada Allah.

Suatu malam, sepulang dari Gua Hira, Nabi Muhammad tampak menggigil hebat. Wajahnya bersimbah peluh. Ia minta diselimuti. Khadijah menjadi cemas dan berusaha menenangkannya.

Di sinilah bukti betapa keberadaan dan kesetiaan seorang istri dibutuhkan ketika seorang suami sedang dalam “masalah”. “Tenang, wahai suamiku," ucap Khadijah sembari menyelimuti Muhammad. “Apa yang terjadi denganmu wahai suamiku?” tanyanya.

Nabi Muhammad kemudian bercerita, “Ketika aku berada dalam Gua Hira, muncul sosok tinggi besar. Sosok itu menyuruhku membaca. Tubuhku gemetar. Kukatakan kepadanya kalau aku tak bisa membaca, tetapi ia terus menyuruhku. Ia memeluk tubuhku erat-erat. Kukatakan berulang-ulang, aku tidak bisa membaca.”

Khadijah menyimak cerita suaminya dan berusaha menenteramkan hatinya. Sekaligus mencarikan solusi siapa sebenarnya sosok tersebut. 

Lalu, Khadijah meminta bantuan saudaranya, Warafah bun Naufal untuk menjelaskan kegelisahan suaminya, Muhammad. “Sesungguhnya yang datang itu Malaikat Jibril. la menyampaikan wahyu dari Allah,” demikian jelas Warafah bin Naufal.

Cerita singkat ini juga membuktikan betapa seorang istri setia selalu menemani dan tuntas mencarikan solusi. Suami istri diciptakan Allah berpasangan. Keduanya secara fitrah saling melengkapi dan membutuhkan.

Sesuai firman-Nya yang artinya: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS adz-Dzaariyat: 49).

Nah, karena keduanya saling membutuhkan, maka kesetiaan karena-Nya harus menjadi landasan utama. Agar, kebablasan informasi ini tidak mampu menggoyahkan kesetiaan yang disandarkan hanya pada-Nya, bukan pada manusia, harta, lebih-lebih keturunan yang fana.

Wallahu a’lam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat