Perempuan dan anak-anaknya melintasi pos pemeriksaan di wilayah yang dikuasai separatis pro-Rusia di Novotroitske, Ukraina, Senin (21/2/2022). | AP/Evgeniy Maloletka

Tajuk

Solusi Damai Rusia-Ukraina

Solusi konflik melalui jalur diplomasi harus disuarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Pengakuan Presiden Rusia Vladimir Putin atas dua wilayah di Ukraina timur, Donetsk dan Luhansk, sebagai wilayah merdeka pada Senin (21/2) berbuntut panjang. Putin juga memerintahkan militernya menggelar operasi penjaga perdamaian di kedua wilayah tersebut.

Namun, alih-alih menjadi solusi jalan tengah atas ketegangan antara Rusia dan Ukraina, keputusan Putin tersebut malah berbuah sanksi. Sejumlah negara sekutu Ukraina menafsirkan titah Putin sebagai dukungan bagi Donetsk dan Luhansk memisahkan diri dari Ukraina.

Mereka juga menerjemahkan, sikap Putin dengan mengirimkan pasukan penjaga perdamaian ke dua wilayah itu bentuk lain dari invasi.

Bagi Ukraina, pemberontakan di Donetsk dan Luhansk merupakan aksi separatis. Apalagi pemberontakan bersenjata itu mendapat sokongan Rusia kendati Moskow membantahnya, dengan menyebut mereka sebagai sukarelawan.

 
Mereka juga menerjemahkan, sikap Putin dengan mengirimkan pasukan penjaga perdamaian ke dua wilayah itu bentuk lain dari invasi.
 
 

Pidato Putin yang menggambarkan Ukraina timur bagian integral dari sejarah Rusia kuno merupakan sinyal kuat bagaimana Rusia memandang Donetsk dan Luhansk.

Perjanjian Minsk yang diteken September 2015 antara Rusia dan Ukraina menjadi titik henti sementara konflik Rusia-Ukraina. Perjanjian ini mengharuskan penarikan pasukan asing dari Donetsk dan Luhansk, pertukaran sandera dan tahanan, pengampunan bagi pemberontak.

Sejatinya, alasan Putin mendukung independensi Donetsk dan Luhansk bukanlah hal baru. Dukungan Rusia terhadap wilayah Ukraina timur dimulai sejak krisis politik terjadi di Krimea, wilayah perbatasan di selatan Ukraina.

Melalui referendum rakyat, Krimea melakukan integrasi dengan Rusia. Sebelumnya, Krimea bagian dari Ukraina. Namun, krisis politik di dalam negeri membuat Krimea lepas. Pada 21 Maret 2014, Krimea takluk dan terbentuk pemerintahan Republik Krimea yang pro Rusia.

 
Krimea teras bagi Rusia karena berbatasan dengan negara Eropa. Menjadi poin penting jika Rusia menguasai Donetsk dan Luhansk.
 
 

Posisi geografis Krimea menjadi titik strategis Rusia. Krimea teras bagi Rusia karena berbatasan dengan negara Eropa. Menjadi poin penting jika Rusia menguasai Donetsk dan Luhansk. Setidaknya, teras Rusia lebih luas dalam menjaga perbatasannya dengan Eropa.

Peran Eropa dalam konflik Ukraina-Rusia ini strategis karena Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Bila keinginan Ukraina bergabung dengan NATO dipenuhi, ibarat kehidupan bertetangga, Rusia merasa tak aman secara politis karena wilayah penyangganya makin sempit.

'Benteng pertahanan' Rusia mengecil dalam melawan NATO. Belum lagi bicara sisi ekonomi jika Ukraina bergabung dengan NATO. Sudah kebayang kerugian Rusia karena ceruk ekonominya terpapas akibat keberpihakan Ukraina pada anggota NATO.

Dalam konteks perebutan pengaruh antara Rusia dan NATO, posisi Ukraina begitu vital. Keberpihakan Ukraina menentukan ke mana bandul geopolitik di Eropa, bahkan peta global.

 
Dalam konteks perebutan pengaruh antara Rusia dan NATO, posisi Ukraina begitu vital. Keberpihakan Ukraina menentukan ke mana bandul geopolitik di Eropa, bahkan peta global.
 
 

Invasi militer Rusia ke Ukraina atau pengerahan pasukan perang NATO ke sana, bakal membuat gaduh geopolitik global. Opsi perang dalam menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina dengan sendirinya bukan pilihan.

Peperangan hanya menyisakan penderitaan bagi warga di kawasan tersebut. Apalagi, derita akibat pandemi Covid-19 yang belum usai mendera warga dunia bakal bertambah dengan peperangan Rusia melawan anggota NATO.

Perang urat syaraf makin eskalatif. AS pada Selasa (22/2) menjatuhkan sanksi tambahan bagi lima pejabat Rusia yang berhubungan dengan Kremlin. Mereka tak lagi bisa melakukan transaksi keuangan di perbankan AS.

Sanksi ekonomi lebih luas bakal dijatuhkan kepada Rusia jika menginvasi Ukraina. Jerman pun menyetop proyek pipa gas baru dari Rusia, yakni Nord Stream 2. Ini pukulan telak bagi Rusia juga kawasan Eropa yang mendapatkan pasokan gas dari Rusia.

 
Solusi konflik melalui jalur diplomasi harus disuarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
 
 

Sanksi ekonomi ini dikecam Rusia, yang menganggap sebagai kerugian pasar keuangan dan energi global hingga menyengsarakan warga sipil. Kini Rusia sedang mengukir sebagian besar Ukraina dan peta kawasan Eropa. Demikian pula dengan Barat.

Akankah konflik Ukraina-Rusia ini berlanjut dengan peperangan fisik? Dalam kondisi demikian, seruan perdamaian menjadi keniscayaan. Solusi konflik melalui jalur diplomasi harus disuarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Gerakan Non-Blok, Kelompok G-20, dan beragam lembaga multilateral lainnya mesti proaktif menengahi agar konflik ini berakhir damai. Menjaga bumi tetap damai adalah pilihan warga bumi itu sendiri.

Namun, jangan jerumuskan warga bumi pada kekacauan. Sinergi dan kolaborasi adalah keniscayaan pada masa kini. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat