Rana | Putra M Akbar

Bukan Rana

SEGELAS KOPI DARI KOPI TULI

Kafe Koptul yang berdiri sejak Mei 2018 tersebut berawal dari pengalaman para pendirinya, Mohammad Adhika Prakoso, Tri Erwinsyah, dan Putri Sampaghita Trisnawinny Santoso.

Oleh SEGELAS KOPI DARI KOPI TULI

Hening, sunyi, dan tenang. Itulah kesan yang didapat ketika mema suki kafe Kopi Tuli (Koptul) di ka wasan Krukut, Depok, Jawa Barat. Tak banyak yang dapat didengar, hanya sua ra mesin kopi yang sedang beroperasi.

Diiringi harumnya aroma kopi. Sekilas, kafe Koptul ini memang terlihat seperti kafe pada umumnya. Tapi, di balik nikmatnya kopi yang dihidangkan tersebut, terdapat racikan para barista penyandang difabel rungu.

Kafe Koptul yang berdiri sejak Mei 2018 tersebut berawal dari pengalaman para pendirinya, Mohammad Adhika Prakoso, Tri Erwinsyah, dan Putri Sampaghita Trisnawinny Santoso. Mereka ditolak oleh ratusan perusahaan saat mencari pekerjaan setelah lulus kuliah karena me nyandang status sebagai difabel rungu. Di sini, kami ber upaya mendirikan usaha yang dapat memberikan peluang kerja bagi teman-teman tuli melalui kopi, ucap Adhika.

photo



Bukan hal mudah bagi mereka untuk menjalani bisnis kafe kopi dengan segala keterba tasan nya. Dibutuhkan keuletan serta rasa percaya diri yang tinggi untuk berani mengambil langkah sebagai difablepreneur. Pada awal mula memulai bisnis, Adhika bersama teman-temanya merasa ke sulitan untuk berkomunikasi dengan pelanggan. Tapi, tantangan tersebut telah dilewatinya dengan memfasilitasi pelanggan yang tidak tuli dengan gelas bergambarkan abjad bahasa isyarat untuk memudahkan cara pemesanan.

Tidak hanya menyediakan kopi, para barista juga siap melayani pelanggan yang ingin mempelajari Bahasa Isyarat Indonesia (Basindo). Mulai dari membaca gerak tangan berdasarkan abjad hingga merangkainya dalam suatu kata hingga kalimat. Pelanggan itu perlu dilayani. Tidak jarang ada pelanggan yang ragu saat datang ke Koptul.Lalu, kami berkomitmen untuk mengajarkan teman dengar (orang yang tidak tuli) bahasa isyarat serta kertas dan alat tulis, jadi kita bisa bertukar informasi agar komunikasi berjalan dengan baik dan kehangatan pun tercipta, ujar Adhika.

photo



Koptul menjadi salah satu contoh kecil yang mematahkan stigma negatif di kalangan masyarakat terhadap penyandang disabilitas. Kafe ini juga membuktikan kaum disabilitas memiliki semangat dan daya saing kompetensi yang tinggi di dunia kerja. (ed:yogiardhi)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat