Ilustrasi siswa membaca buku. TBM Lentera Pustaka menggiatkan minat baca masyarakat Gunung Salak Bogor. | ANTARA FOTO/Patrik Cahyo Lumintu

Bodetabek

Lentera Pustaka Hapus Buta Aksara di Kaki Gunung Salak

TBM Lentera Pustaka kemudian menggugah minat baca warga hingga saat ini tercatat ada 130 warga baca di Gunung Salak.

Tingginya angka putus sekolah dan kemiskinan di Desa Sukaluyu, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, menggugah hati Syarifudin Yunus (51 tahun) mendirikan taman baca di desa ini. Desa Sukaluyu merupakan tempat Syarif, sapaannya, untuk bermalam ketika ia hendak mendaki Gunung Salak pada 1989 silam.

Berdasarkan data yang diterimanya kala itu, masyarakat Desa Sukaluyu yang memiliki tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) sebanyak 81 persen dan sekolah menengah pertama (SMP) 9 persen. Dosen Universitas Indraprasta PGRI itu pun melihat angka putus sekolah di Sukaluyu cukup tinggi.

Tingginya angka putus sekolah di desa yang terletak 75 kilometer dari DKI Jakarta ini disebabkan oleh kemiskinan. Dalam pengamatan Syarif, Sukaluyu merupakan daerah prasejahtera. Sejak 1989 hingga saat ini, ia pun belum menemukan perubahan kesejahteraan dengan 72 persen masyarakatnya bermata pencaharian tidak tetap.

Dari keprihatinan itu, pada 2002, Syarif membangun rumah di Kampung Warung Loa, yang pada 2017 diubah menjadi taman bacaan bernama Taman Baca Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka. Menurut dia, jika tidak ada upaya, kemiskinan dan angka putus sekolah itu akan menjadi multiplier effect pada generasi berikutnya.

“Akhirnya saya tidak menggunakan uang menekan angka putus sekolah, saya menggunakan mindset supaya anak-anak itu kira-kira dia bisa lanjut sekolah, saya menggunakan buku,” kata Syarif kepada Republika.

Pada November 2017, TBM Lentera Pustaka diresmikan. Sebelumnya, hanya ada 14 warga yang aktif membaca di sana. TBM Lentera Pustaka kemudian menggugah minat baca warga hingga saat ini tercatat ada 130 warga baca di sana. Bahkan, warga itu tidak hanya berasal dari Desa Sukaluyu, tetapi juga dari Desa Tamansari dan Desa Sukajaya, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.

Hal itu sedikit demi sedikit mengubah daerah yang sebelumnya tidak memiliki tradisi baca dan akses baca sama sekali serta memiliki harapan untuk mengentaskan buta aksara. Memasuki tahun kelimanya, TBM Lentera Pustaka kini memiliki lebih dari 10 ribu koleksi buku, dari sebelumnya hanya 600 koleksi buku. TBM Lentera Pustaka juga telah memiliki lima orang wali baca yang diberi honor dari sebelumnya hanya dua orang. Relawan pun tertarik untuk bergabung. Saat ini, ada 18 orang relawan di TBM itu.

Perlahan Syarif pun menggeser visinya. Pada mulanya ia hanya bertekad menekan angka putus sekolah dan memberantas buta aksara. Saat ini, ia bertekad membangun peradaban masyarakat dari total 13 program yang diusungnya di TBM Lentera Pustaka.

Program-program tersebut, antara lain Taman Bacaan (Taba), Gerakan Berantas Buta Aksara (Geberbura) yang diikuti lansia buta huruf, Kelas Prasekolah (Kepra), Yatim Binaan (Yabi), Jompo Binaan (Jombi), TBM Ramah Difabel, Koperasi Lentera yang dapat menghindarkan warga sekitar dari jeratan rentenir atau bank emok.

Selain itu, ada juga program Donasi Buku (Donbuk), Rajin Menabung (Rabu), Literasi Digital (Litdig) untuk mengenalkan warga cara menggunakan internet sehat, Literasi Finansial (Litfin), Literasi Adab (Lidab) untuk mengajarkan adab ke anak-anak, dan program yang baru saja diluncurkan, Motor Baca Keliling (Mobake). Program itu menyediakan akses bacaan ke kampung-kampung di sekitar kaki Gunung Salak yang anak-anaknya selama ini tidak memperoleh akses buku bacaan.

“Mungkin kata banyak orang, kegiatan ini hanya hal kecil dan sederhana. Tapi buat saya, justru berliterasi di taman bacaan adalah kemewahan yang tidak ternilai harganya. Jauh lebih baik dibandingkan urusan dunia yang tidak kelar-kelar dan begitu-begitu saja,” ujar pendiri TBM Lentera Pustaka ini.

Susilawati (20 tahun), merupakan yatim binaan Syarif yang turut menjadi wali baca bagi para ibu-ibu dan anak-anak. Mahasiswi semester VI Universitas Indrparasta PGRI ini merupakan salah satu dari lima wali baca yang ada di TBM Lentera.

Di sela kegiatan perkuliahannya, setiap Selasa hingga Ahad, Susi dan rekan-rekannya bergantian menjadi wali baca. Mereka mendampingi anak-anak membaca buku, atau mengajar baca pada lansia, anak-anak prasekolah, dan difabel. Mereka juga menjadi operator dalam Koperasi Lentera.

“Saya sendiri senang bisa bermanfaat untuk orang-orang yang membutuhkan. Saya juga bisa belajar lebih sabar dan mengerti mereka,” ujar Susi. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat