Pekerja merebus kedelai untuk pembuatan tempe di Pabrik Tempe Muchlar, Bantul, Yogyakarta, Rabu (/16/2/2022). Naiknya harga kedelai yang saat ini mencapai Rp 11.500 per kilogram menyulitkan industri pembuatan tempe dan tahu. Untuk menyiasati perubahan har | Wihdan Hidayat / Republika

Ekonomi

Berharap Subsidi Kedelai

Pemerintah harus memastikan stok kedelai mencukupi dan memudahkan pengusaha UMKM mampu menjangkaunya.

JAKARTA -- Perajin tempe di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten meminta pemerintah dapat menstabilkan harga kedelai impor sehingga produksi berjalan dan bisa meraup keuntungan. "Kami sekarang usaha hanya bisa bertahan hidup saja karena harga kedelai melambung," kata Sutari (45) seorang perajin tempe di Kampung Mawar Kabupaten Lebak, Sabtu.

Perajin tempe saat ini merasa terpukul dengan melonjaknya harga kedelai di pasaran, sehingga berdampak terhadap pendapatan.Bahkan, di antaranya mereka perajin tidak produksi. Dalam satu bulan terakhir ini, kata dia, terhitung hampir setiap hari terjadi kenaikan.Saat ini, harga kedelai sudah menembus Rp560 ribu per 50 karung, padahal, sebelumnya di pasaran Rp 300 ribu per 50 karung.

Dengan demikian, kini kondisi kedelai perajin tempe terancam gulung tikar. Selama ini, dirinya setiap hari produksi tempe sebanyak 150 kilogram dengan modal Rp 1,7 juta, namun keuntungan paling bantar Rp250 ribu.Keuntungan sebesar itu masih kotor karena belum ditambah biaya beli kayu bakar.

Sebelumnya, harga kedelai belum naik dari produksi 150 kg itu dengan modal Rp 900 ribu bisa meraup keuntungan Rp 500 ribu. "Kita bersih menerima keuntungan Rp 250 ribu per hari," katanya menjelaskan.

Kenaikan kedelai itu tentu perajin satu sisi tidak bisa menaikkan harga kepada pelanggannya, terlebih pelanggannya itu pedagang baluk sayur. Sedangkan, kata dia, sisi lainnya harga kedelai naik hampir dua kali lipat.

photo
Pekerja merebus kedelai untuk pembuatan tempe di Pabrik Tempe Muchlar, Bantul, Yogyakarta, Rabu (/16/2/2022). Naiknya harga kedelai yang saat ini mencapai Rp 11.500 per kilogram menyulitkan industri pembuatan tempe dan tahu. Untuk menyiasati perubahan harga kedelai ini produsen mengurangi timbangan dari kemasan tempe yang dijual serta menimbang menaikkan harga tempe. Menurut pemilik harga ideal kedelai di kisaran Rp 9 ribu hingga Rp 10 ribu per kilogram. - (Wihdan Hidayat / Republika)

Selama ini, para perajin tempe di Kabupaten Lebak untuk mendapatkan pasokan kedelai melalui tiga agen besar dan mereka menjual kedelai tanpa disubsidi, sehingga wajar jika kedelai hampir setiap hari mengalami kenaikan.

Karena itu, perajin tempe Kabupaten Lebak meminta pemerintah agar perajin tahu tempe kembali membentuk Koperasi Tahu Tempe (Kopti) seperti tahun 1980-an, sehingga harga kedelai disubsidi.

"Dulu perajin tempe cukup sejahtera ketika ada Kopti, selain harga kedelai stabil juga mendapatkan bonus haji ke Tanah Suci Mekkah," kata Sutari.

Begitu juga perajin tempe lainnya, Satari (50) mengaku dirinya kebingungan usai harga kedelai melambung, sehingga jual rugi untuk melayani pelanggannya yang kebanyakan pedagang baluk."Jika harga kedelai itu tidak dikendalikan dipastikan menghentikan produksi, " katanya menjelaskan.

Sementara itu, Ketua Perajin Tahu Tempe Kabupaten Lebak Liri mengatakan saat ini harga kedelai impor melambung dan perlu pemerintah turun tangan untuk mengatasi lonjakan harga kedelai.

Sebab, perajin tahu tempe di Kabupaten Lebak sekitar 450 unit usaha mereka khawatir tidak produksi akibat kenaikan kedelai tersebut.Bahkan, Puskopti Jabotabek, termasuk Banten pada tanggal 21-23 Februari 2022 akan melakukan mogok secara nasional."Kami ingin harga kedelai kembali normal dan mereka perajin bisa mengembangkan usahanya, " katanya.

Subsidi

Anggota DPRD Kabupaten Lebak Musa Weliansyah mendesak pemerintah segera memberikan subsidi harga kedelai impor agar perajin tahu tempe tetap produksi dan bisa memenuhi konsumsi masyarakat.

"Kami berharap pemerintah dapat merealisasikan subsidi kedelai itu, " kata Musa Weliansyah saat dihubungi di Lebak, Sabtu.

Saat ini, perajin industri tahu tempe di Kabupaten Lebak merasa terpukul dengan melonjaknya harga kedelai impor di pasaran, sehingga mengancam usaha mereka 'gulung tikar'.

Para perajin tahu tempe yang kebanyakan dikelola usaha rumahan merugi usai harga kedelai melambung, sebab harga kedelai saat ini di pasaran hampir dua kali lipat. Bahkan, perajin tahu tempe di Kabupaten Lebak terpaksa para pekerja dirumahkan untuk menghindari biaya produksi, terlebih saat ini di tengah pandemi.

Kedelai impor sebagai bahan baku produksi tahu tempe agar tetap produksi dan bisa memenuhi konsumsi masyarakat. Selama ini, produksi tahu tempe itu sudah menjadikan kebutuhan bahan pokok dan harganya pun terjangkau dari kalangan masyarakat miskin. "Kami minta pemerintah segera memberikan subsidi kedelai agar harga kedelai kembali normal," kata Politisi PPP Lebak.

photo
Pekerja memproduksi tahu di salah satu industri tahu tradisional Desa Situi, Banda Aceh, Aceh, Senin (14/2/2022). Asosiasi pengusaha tahu-tempe di daerah itu menyatakan dampak kelangkaan kedelai impor dan harganya yang terus bergerak naik mencapai Rp11.800 perkilogram memaksa sejumlah pelaku usaha tahu menurunkan produksinya hingga 75 persen dari kondisi normal. - (ANTARA FOTO/Ampelsa)

Menurut dia, pemerintah harus segera turun tangan dan duduk bersama dengan Asosiasi Pengusaha Tahu Tempe Indonesia untuk memberikan subsidi kedelai impor dibandingkan pemerintah menggulirkan BLT Rp600 ribu dan Program Sembako.

Apabila, mereka melakukan aksi mogok secara nasional ,tentu seolah-olah pemerintah tidak hadir.Dengan demikian, pihaknya berharap harga kedelai bisa kembali terjangkau oleh perajin tahu tempe."Kami mendukung harga kedelai impor disubsidi, " kata Ketua Fraksi PPP DPRD Lebak.

Ia juga mengatakan, Kementerian Pertanian dapat memfokuskan program swasembada kedelai, karena Indonesia memiliki lahan yang luas, sehingga tidak ketergantungan lagi impor kedelai.

Produksi kedelai lokal cukup berkualitas untuk bahan baku tahu tempe.Karena itu, Kementerian Pertanian hingga ke daerah agar serius memfokuskan pertanian kedelai seperti pada pertanian pangan dengan memberdayakan kelompok- kelompok tani juga petani perorangan. "Kami meyakini Indonesia mampu berswasembada kedelai, " katanya menjelaskan.

Sementara itu, Mad Soleh, seorang perajin tahu warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengaku dirinya kini terpukul dengan melonjaknya harga kedelai impor hampir dua kali lipat. Harga kedelai saat ini menembus Rp570 ribu per 50 kilogram, padahal harga sebelumnya Rp 300 ribu. Kenaikan harga kedelai itu tentu para perajin tahu terancam gulung tikar, terlebih harga minyak goreng juga naik.

Sebagian besar perajin tahu di sini memproduksi tahu goreng dan dijual eceran,sehingga terpaksa usaha jual rugi bukan jual untung."Kami berharap pemerintah dapat melakukan intervensi dengan memberikan subsidi kedelai," katanya menjelaskan.

photo
Pemilik menimbang kedelai bahan tempe untuk konsumen di Pabrik Tempe Muchlar, Bantul, Yogyakarta, Rabu (/16/2/2022). Naiknya harga kedelai yang saat ini mencapai Rp 11.500 per kilogram menyulitkan industri pembuatan tempe dan tahu. Untuk menyiasati perubahan harga kedelai ini produsen mengurangi timbangan dari kemasan tempe yang dijual serta menimbang menaikkan harga tempe. Menurut pemilik harga ideal kedelai di kisaran Rp 9 ribu hingga Rp 10 ribu per kilogram. - (Wihdan Hidayat / Republika)

Kemandirian Kedelai

Wakil Ketua MPR Syarief Hasan meminta pemerintah untuk serius terhadap kemandirian pangan, salah satunya kedelai yang saat ini harganya naik. "Saya kira pemerintah harus serius soal kemandirian komoditas kedelai ini dan menjaga 'iron stock' untuk menjamin 'supply'. Hal ini sangat beralasan karena tahu dan tempe telah menjadi bagian melekat dari kehidupan rakyat. Tanpa adanya tahu dan tempe, rasanya ada yang kurang dari masakan yang tersaji. Inilah fakta yang mesti diperhatikan betul-betul oleh pemerintah," kata Syarief dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Sabtu.

Menurut dia, kedelai yang merupakan bahan dasar tahu dan tempe mengandalkan impor, sehingga harga kedelai ini sangat bergantung pada dinamika pasar global.

"Inilah yang membuat harganya sangat fluktuatif dan mempengaruhi perajin tahu dan tempe di Indonesia. Pemerintah harusnya punya mitigasi dan strategi yang tepat menyikapi hal ini," kata Syarief.

Menteri Koperasi dan UKM di era Presiden SBY ini mengungkapkan bahwa mayoritas perajin tahu dan tempe adalah pelaku UMKM.Sehingga, ketika harga bahan baku kedelai ini naik, maka akan sangat mempengaruhi kemampuan dan skala produksinya. Bahkan tidak jarang kenaikan bahan baku ini membuat banyak UMKM yang mengalami kebangkrutan.

Oleh karena itu, dia menekankan agar pemerintah tidak saja terpaku pada impor semata.Kenaikan harga kedelai yang sekarang terjadi disebabkan tingginya permintaan dari China sebagai konsumen kedelai terbesar di dunia, sementara pasokan dari produsen kedelai terbesar yakni AS dan Brasil terjadi kelangkaan karena kegagalan panen.

"Jadi, kita tidak bisa berharap dari dinamika pasar global yang juga sangat fluktuatif. Jika kita hanya berharap dari impor semata, maka kita tidak bisa memberi kepastian terhadap kelanjutan produksi perajin tahu dan tempe. Jika harga di pasaran global naik, imbasnya harga tahun dan tempe juga naik. Karena kenaikan ini, kelanjutan berusaha pelaku UMKM menjadi terancam, serta konsumen juga merugi. Jadi, langkah paling mungkin menjamin kepastian ini adalah kemandirian pangan, atau substitusi komoditas kedelai," jelas Syarief.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Forum Komunikasi Doa Bangsa (fkdb.or.id)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat