Banjir di Kampung Gaga Teluknaga, Kabupaten Tangerang | Youtube

Bodetabek

Awetnya Banjir di Kampung Gaga, Teluknaga 

banjir menggenangi Kampung Gaga Teluknaga sudah lebih dari tiga bulan.

OLEH EVA RIANTI

Warga Kampung Gaga RT 06 RW 03, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, telah dikepung banjir selama sekitar 3,5 bulan. Tak hanya dilanda saat hujan turun, bahkan saat cuaca normal pun air tetap menggenangi kampung tersebut.

Kamis (17/2), saat hari begitu cerah, Republika menyambangi kampung yang berada di area pantai pesisir utara itu. Genangan air terlihat ‘menghiasi’ sejumlah titik rumah warga. Di sisi barat, tampak sebuah anak kali atau lebih mirip semacam parit, terlihat penuh tumpukan sampah. Airnya tidak mengalir sama sekali.

Sejumlah warga mengaku resah karena banjir menggenangi kampung mereka sudah lebih dari tiga bulan. Een (34 tahun), salah satu warga, mengatakan, baru kali ini banjir melanda kampungnya hingga berbulan-bulan lamanya.

“Ini baru pertama ya, sudah tiga bulan lebih begini. Kalau ada hujan memang pasti banjir, kalau nggak ada hujan juga tetap banjir karena nggak ada jalan airnya," ujarnya. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Pemerintah Kecamatan Teluknaga (kecamatanteluknaga)

Ketinggian air saat banjir sekitar 30 sentimeter dan masuk ke rumah warga. Rumah Een sendiri terpantau sangat rawan terkena banjir karena lokasinya berada persis di samping anak kali atau parit yang dipenuhi sampah. Dengan jarak hanya sekitar satu meter dari parit ke pintu rumah, air yang menggenang di parit dengan mudah masuk ke rumah Een, lalu membasahi perabotan yang ada di dalam rumah.

“Kadang saya masak di atas air. Kasurnya juga jadi ngambang, kadang-kadang anak saya lagi tidur, nggak sadar basah kena air banjir, karena air tiba-tiba masuk aja gitu,” tutur ibu dua anak itu. 

Keresahan yang sama disampaikan Aisyah (35). Aisyah resah, apalagi dia memiliki anak berusia sekitar 3,5 tahun yang rawan terserang penyakit akibat kondisi tersebut.

“Warga sini pada kena kutu air, asal banjir tumbuh lagi kutu air. Terus anak saya sampai sakit panas, meriang,” kata Aisyah sambil menunjukkan kondisi kutu air di kakinya.

Aisyah menyebut banjir yang melanda rumahnya menyebabkan sejumlah perabotan di rumahnya mengalami kerusakan, seperti bufet. Dia mengaku setiap banjir hendak menghantam kediamannya, dia harus bersiap untuk mengemasi perabotan rumahnya ke lokasi yang lebih tinggi.

Een dan Aisyah sepakat, penyebab banjir yang berbulan-bulan terjadi di Kampung Gaga, sejak adanya pembangunan perumahan baru di tanah yang lebih tinggi di dekat Kampung Gaga. “Dulu itu sawah dan empang, terus digusur, pada bangun rumah. Pindahan baru semua itu, (pengerukan) tanah merah, airnya pada ke sini semua,” kata Een.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by BPBD Kabupaten Tangerang (bpbd.kabtangerang)

Ketua RT 06 RW 03, Wandi, menjelaskan, memang banjir yang melanda kampungnya saat ini terbilang sangat lama teratasi. Wandi menuturkan, banjir yang melanda rumah-rumah warganya sangat berkorelasi dengan kondisi anak kali atau parit yang ada di kampung tersebut. Menurut dia, pampatnya aliran air di parit menjadi penyebab utama banjir terjadi.

“Karena saluran air nggak ada, mampet kena sampah. Di sini juga belum ada penampungan sampah, warga membuang sampah semaunya,” kata dia.

Wandi mengakui banyaknya PR yang harus dikerjakan untuk mengatasi masalah banjir di kampungnya. Dia mencatat setidaknya sebanyak 56 kepala keluarga (KK) di kampungnya terdampak banjir. Dia juga menyebut, selain di wilayahnya, kondisi banjir terparah juga terjadi di RT 01. Dia memprediksi ada ratusan KK yang terdampak.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Wandi menuturkan, telah ada pembahasan dengan jajaran pemerintah daerah. Namun, hingga kini, belum ada tindak lanjut dalam upaya realisasinya. 

Menurut dia, baru dilakukan upaya pengecekan atau pengontrolan di kampungnya yang dilakukan jajaran Pemerintah Kabupaten Tangerang. “Upaya yang akan dilakukan yaitu membuat turap, lalu dicor, jalannya ditinggikan dan diadakan tong sampah. Saya sih pengennya warga kagak ada kebanjiran soalnya warga resah banjir sudah 3,5 bulan. Saya penginnya enggak ada sampah kelayapan, penginnya rapi,” ujarnya.

Terpisah, Pemerintah Kabupaten Tangerang menyampaikan akan mengatasi masalah banjir di Kampung Gaga dengan membangun tandon air. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tangerang, Abdul Munir, mengatakan, pihaknya masih melakukan pembahasan mengenai pembuatan tandon air di Kampung Gaga. Fasilitas tersebut diyakini dapat menanggulangi banjir yang terjadi di daerah tersebut.

“Melihat karakteristik banjir Kampung Gaga, nantinya akan dibuat tandon air untuk penyedotan alternatif dan membuat tanggul, lalu disedot di sekitar lokasi banjir,” kata Munir, baru-baru ini.

Munir menuturkan, upaya pembuatan tandon air tersebut masih dalam proses pembahasan. Dia menyebut masih melakukan koordinasi dengan sejumlah pihak yang terlibat, terutama pihak swasta. Pasalnya, lahan yang akan digunakan sebagai tandon merupakan milik swasta, yakni perusahaan Agung Sedayu Group. “Saat ini, kami sedang menunggu keputusan pimpinan Agung Sedayu selaku pemilik lahan,” kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat