Foto eksposur ganda petugas Public Safety Center (PSC) 119 melayani masyarakat melalui sambungan telepon di Gedung UPT Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu (P2KT), Kota Bandung, Senin (14/2/2022). Sejak awal Februari 2022 penanganan kasus Covid-19 di Kota | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Nasional

Menko: Episentrum Covid-19 Bergeser ke Jawa Barat

Dalam beberapa pekan episentrum Covid bisa bergeser lagi keluar Jawa.

JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, episentrum Covid-19 saat ini bergeser ke Jawa Barat, bukan lagi di Jakarta. Menurut Airlangga, dalam dua hingga tiga pekan ke depan, episentrum Covid-19 dapat bergeser hingga daerah di luar Jawa.

“Beberapa daerah sudah dikenakan level PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), terutama sekarang episentrumnya di Jakarta, kemudian bergeser ke Jawa Barat. Dan tentu dalam 2-3 pekan ke depan bisa ke luar Jawa,” kata Airlangga, saat konferensi pers usai sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden, Rabu (16/2).

Airlangga meminta masyarakat agar terus meningkatkan kewaspadaan dan menjaga agar penularan kasus tak terus mengalami peningkatan. Per 15 Februari, kata dia, jumlah kasus positif harian tercatat telah melebihi jumlah kasus pada saat puncak delta, yakni 57.049 kasus pada Selasa (15/2).

Bedanya, saat varian omikron meningkat, keterisian tempat tidur masih terkendali di angka 33,41 persen. “Jadi ini membedakan dengan kasus delta yang lalu,” tambah dia.

Kementerian Kesehatan belum bisa menyimpulkan penurunan jumlah kasus aktif Covid-19 di DKI Jakarta dalam beberapa hari terakhir karena situasi pandemi yang melandai. "Kasus Covid-19 di DKI Jakarta telah melampaui capaian puncak periode delta (Juli-Agustus 2021) sekitar 14 ribu kasus. Kemarin (periode omikron) angkanya mencapai 15.825 kasus. Tetapi sudah terjadi penurunan dalam dua hari terakhir," kata Sekretaris Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi.

Kemenkes hingga saat ini masih memantau perkembangan kasus untuk bisa memastikan pemicu penurunan angka kasus aktif di DKI Jakarta. "Apakah betul ada penurunan ataukah karena testing yang sedikit turun di DKI Jakarta," ujarnya.

Menurut dia, pola pelaporan kasus dari pemerintah DKI Jakarta hingga saat ini masih bersifat dinamis. "Ada tambahan data yang belum dilaporkan terjadi pada data Sabtu dan Ahad lalu, angka masih sangat fluktuatif," katanya.

photo
Petugas Public Safety Center (PSC) 119 mengenakan alat pelindung diri (APD) di Gedung UPT Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu (P2KT), Kota Bandung, Senin (14/2/2022). Sejak awal Februari 2022 penanganan kasus Covid-19 di Kota Bandung melalui layanan PSC 119 mengalami peningkatan 5 hingga 25 pasien per hari dibandingkan bulan lalu yang sama sekali tidak ada permintaan pelayanan. - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

Penurunan kasus di DKI Jakarta saat ini terjadi hampir di seluruh wilayah kota administratif. "Walaupun penurunannya bervariasi ada yang empat hingga tujuh hari penurunan. Kita lihat ada penurunan kasus omikron. Tetapi tetap harus waspada, tingkat puncak kasus itu tergantung dengan deteksi, kemudian protokol kesehatan kita," ujarnya.

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Abraham Wirotomo memastikan, situasi pandemi masih terkendali meskipun kasus terus mengalami kenaikan. Ia menyebut terdapat lima daerah dengan keterisian rumah sakit atau bed occupancy ratio (BOR) tertinggi, yakni Jakarta dengan tingkat keterisian 54 persen, Bali 48 persen, Banten 45 persen, Jawa Barat 44 persen, dan Sumatra Selatan 30 persen. Angka tersebut jauh dibanding saat delta dengan BOR mencapai 90 persen.

"Semua angka ini menunjukkan situasi masih lebih terkendali jika dibanding saat kita menghadapi delta, yang angka BOR rumah sakit mencapai 90 persen. Tapi kita harus waspada," kata Abraham.

Ketua Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengingatkan kasus Covid-19 yang tengah meningkat akan berdampak pada BOR. Jika jumlah kasus Covid-19 terus bertambah, maka BOR di fasilitas kesehatan akan menyusul meningkat.

"Itu terjadi di kota manapun, baik di luar negeri maupun Jakarta. Jadi, ini hanya masalah waktu (BOR di RS menyusul bertambah)," kata Zubairi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat