Pasien Covid-19 menaiki bus untuk di evakuasi di Puskesmas Kecamatan Setiabudi, Jakarta, Rabu (9/2/2022). | Republika/Thoudy Badai

Tajuk

Tetap Waspada

Indonesia memperkirakan puncak gelombang omikron akhir Februari atau awal Maret mendatang.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan dunia masih dituntut untuk waspada. Varian baru Covid-19 berpotensi kembali bermunculan. Kepala Ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan menuturkan, dunia belum berada di akhir titik pandemi.

Virus masih terus berevolusi dan bermutasi. Peringatan ini mesti menjadi perhatian bagi setiap negara dunia untuk melangkah sistematis. Dengan begitu, gelombang kasus selanjutnya tak menyebabkan dampak yang membuat kepayahan, baik untuk masyarakat maupun sistem kesehatan, termasuk Indonesia. 

Kita tahu, setiap negara memprediksi kapan puncak dari gelombang berikutnya. Indonesia, memperkirakan puncak gelombang omikron akhir Februari atau awal Maret mendatang.

 
Tentu perlu persiapan meski sudah ada prediksi. Ini mengantisipasi apabila ada hal di luar dugaan terjadi saat gelombang puncak tiba.
 
 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, yang memprediksi puncak kasus varian omikron bisa tiga hingga enam kali lebih tinggi dibandingkan varian delta.

Tentu perlu persiapan meski sudah ada prediksi. Ini mengantisipasi apabila ada hal di luar dugaan terjadi saat gelombang puncak tiba. Jangan sampai, kita abai karena merasa telah siap dan pada akhirnya kewalahan.

Hal yang mungkin bisa menjadi perhatian, di antaranya soal gerak masyarakat. Jangan sampai pemerintah mengendurkan pergerakan ini, apalagi diyakini varian omikron ini bergejala ringan, tetapi memiliki daya tular lebih cepat.

Selain itu, protokol kesehatan yang tetap harus ditegaskan untuk dipatuhi masyarakat. Termasuk bagaimana mengefektifkan isolasi mandiri (isoman) warga yang terpapar varian omikron. Artinya, isoman selain dapat mengatasi ledakan aliran pasien ke rumah sakit, juga sistemnya membuat pasien merasa diperhatikan dan mendapat layanan semestinya.

 
Ini perlu peran besar satgas yang berada di tingkat bawah, yaitu rukum tetangga ataupun rukun warga. Apalagi, kasus varian omikron juga terus berlanjut.
 
 

Ini perlu peran besar satgas yang berada di tingkat bawah, yaitu rukum tetangga ataupun rukun warga. Apalagi, kasus varian omikron juga terus berlanjut.

Pada Sabtu (12/2) kemarin, Indonesia mencatat 55.209 kasus Covid-19 harian dan 107 kematian dalam 24 jam. Merespons ini, epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, kasus Covid-19 di Indonesia berada pada level serius.

Menurut dia, omikron tidak bisa dianggap enteng. Ia menambahkan, angka yang dirilis pemerintah saat ini bukanlah angka yang sesungguhnya. 

Dicky meyakini, masih banyak kasus tak terdeteksi, termasuk kasus varian omikron yang sering tanpa gejala hingga ringan. Keterbatasan testing dan tracing juga membuat omikron sulit dideteksi. Negara yang bagus saja, menurut dia, banyak yang missing kasusnya.

 
Bahkan, ia memprediksi, pada puncak kasus omikron, Indonesia dapat mencatat 100 ribu hingga 150 ribu kasus per hari.
 
 

Bahkan, ia memprediksi, pada puncak kasus omikron, Indonesia dapat mencatat 100 ribu hingga 150 ribu kasus per hari. Jumlah tersebut juga bergantung pada testing dan tracing yang dilakukan pemerintah.

Maka, sekali lagi, semua berpulang pada langkah antisipasi pemerintah. Dalam artian, pemerintah mampu membaca arah peningkatan kasus harian dan bagaimana memitigasinya, guna mencegah kasusnya berkembang ke arah yang tak terkendali.

Langkah tersebut akan mencegah kolapsnya layanan kesehatan dan kekurangan tenaga kesehatan dalam merawat pasien yang terpapar omikron. Masyarakat pun punya andil penting untuk tetap menjalankan protokol kesehatan secara ketat. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat