ILUSTRASI Salah satu doa yang mustajab ialah yang permohonan seseorang agar Allah memberikan kebaikan kepada sahabatnya. | DOK REP PRAYOGI

Khazanah

Bolehkah Berdoa Selain Menggunakan Bahasa Arab?

Ada banyak tuntunan doa dari Rasulullah SAW yang dapat ditemukan dalam banyak hadis.

 

OLEH ANDRIAN SAPUTRA

Allah SWT telah memerintahkan setiap hamba-Nya yang beriman untuk berdoa. Berdoa menandakan bahwa seorang hamba memiliki banyak kekurangan dan butuh pertolongan Allah. Hal ini sekaligus membuat hamba terhindar dari sifat sombong dan takabur.

Ada banyak tuntunan doa dari Rasulullah SAW yang dapat ditemukan dalam banyak hadis. Namun, sering kali orang kesulitan mengingat atau menghafal doa-doa berbahasa Arab sebagaimana dicontohkan Rasulullah.

Jika demikian, bolehkah berdoa dengan bahasa lain, semisal dengan bahasa Indonesia? Manakah yang lebih utama?

Dai sekaligus Ketua Pengurus Wilayah Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI-NU) DKI Jakarta, Ustaz Rakhmad Zailani Kiki, menjelaskan bahwa doa merupakan ibadah. Karena itu, menurut dia, ibadah tidak lepas dari doa itu sendiri. Seperti shalat yang isinya penuh dengan doa.

Menurut jumhur ulama, lafaz-lafaz doa dalam shalat tidak boleh diganti dengan bahasa lain karena sudah ditentukan. Lain halnya dengan doa di luar shalat, menurut Ustaz Kiki, boleh menggunakan bahasa selain bahasa Arab. Kendati demikian, lebih utama berdoa di luar shalat juga menggunakan bahasa Arab.

"Untuk doa di luar ibadah shalat, misalnya berdoa setelah shalat atau doa untuk melakukan aktivitas tertentu dan doa untuk keperluan tertentu, maka lebih utama menggunakan bahasa Arab," kata Ustaz Kiki kepada Republika, Kamis (10/2).

 
Untuk doa di luar ibadah shalat, atau doa untuk melakukan aktivitas tertentu dan doa untuk keperluan tertentu, maka lebih utama menggunakan bahasa Arab.
 
 

Ia menjelaskan, di antara alasan keutaman berdoa dengan bahasa Arab adalah sebagai ittiba' atau mengikuti sunah Rasulullah, mengikuti para ulama, dan pewaris nabi yang berdoa dengan menggunakan bahasa Arab. Sebab, Rasulullah telah memberikan bacaan doa dalam bahasa Arab pada setiap aktivitas harian umat Islam seperti doa bangun tidur, doa makan, doa belajar, doa berpakaian, doa bepergian, dan lainnya.

Selain itu, para ulama pun telah menyusun doa sangat perinci yang bersumber dari Alquran maupun hadis agar para santri dan umat Islam bisa mengikutinya. Bahkan, tak sedikit ulama yang mengumpulkan doa-doa menjadi sebuah kitab seperti al-Adzkar an-Nawawiyah yang ditulis Imam Nawawi.

Berdoa dengan bahasa Arab, lanjut Ustaz Kiki, juga merupakan wujud cinta kepada bahasa Arab. Sebab, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas, Rasulullah meminta umatnya untuk mencintai bahasa Arab karena Rasulullah berasal dari bangsa Arab, Alquran diturunkan dalam bahasa Arab, dan perbincangan penduduk surga dengan bahasa Arab.

photo
Warga mengusap mukanya saat dzikir dan doa bersama di Masjid Agung Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (6/2/2020). - (M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO)

Selain bahasa, hal lain yang juga patut diperhatikan adalah adab berdoa. Menukil keterangan Imam Nawawi dalam al-Adzkarul Muntakhabah min Kalami Sayyidil Abrar, di antara adab seorang hamba ketika berdoa adalah menantikan waktu-waktu mulia, seperti hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jumat, sepertiga terakhir dalam setiap malam, dan waktu sahur.

Selain itu, seorang hamba dapat memanfaatkan kondisi-kondisi istimewa untuk berdoa seperti saat sujud, ketika turun hujan, dan ketika iqamah shalat dan sesudahnya. Orang yang berdoa juga hendaknya menghadap kiblat, mengangkat kedua tangan, dan mengusap wajah sesudah berdoa. Selain itu, mengatur volume suara agar tidak terlalu keras, tetapi juga tidak terlalu rendah.

Orang yang berdoa, menurut Imam Nawawi, penting untuk menghindari kalimat bersajak karena dikhawatirkan justru melewati batas dalam berdoa. Lalu, berdoalah dengan penuh ketundukan, kekhusyukan, ketakutan kepada Allah SWT, mantap hati dalam berdoa, meyakini pengabulan doa, dan menaruh harapan besar dalam berdoa.

Orang yang berdoa juga tidak boleh berputus asa. Maka, agar doa cepat terkabul, seorang hamba dapat membuka doa dengan zikir, pujian kepada Allah, dan shalawat pada Nabi. Seorang hamba juga dianjurkan untuk bertobat dan mengembalikan hak-hak orang yang teraniaya, serta memenuhi aturan agama agar doanya mustajab.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat