Priyantono Oemar | Daan Yahya | Republika

Kisah Dalam Negeri

Thamrin dan Tabrani Berjuang Menuju Volksraad

Pada 1938 inilah Thamrin dan Tabrani bekerja sama memperjuangkan penggunaan bahasa Indonesia di Gemeenteraad van Batavia.

 

OLEH PRIYANTONO OEMAR

Koran Bintang Timoer edisi 28 Agustus 1934 menurunkan tajuk dengan judul “Rebutan Volksraad”. Setelah Volksraad tak lagi sebagai lembaga penasihat, minat tokoh-tokoh pergerakan nasional yang memilih jalur kooperasi mengisi kursi Volksraad terus bertambah.

Di dalam Volksraad, kaum pergerakan kooperatif itu lantas memilih jalan oposisi. Memilih jalan memperjuangkan kepentingan yang berguna bagi bangsa Indonesia. Meski Ketua Volksraad Jonkman mendukung gerakan oposisi di Volksraad, Gubernur Jenderal de Jonge menentangnya pada kurun 1933-1934.

Tajuk "Rebutan Volksraad" itu ditulis Bintang Timoer dari sudut pandang nonpergerakan. Sorotannya lebih ke motif ekonomi. Gaji anggota Volksraad sekarang berbeda dengan Volksraad dulu. "Jika mereka ketahui itu, kira-kira akan ada di antaranya yang menarik diri sebab rugi," tulis Bintang Timoer.

Gaji anggota Volksraad 2.100 gulden per tahun (175 gulden per bulan). Jika tak datang sidang dalam termin tertentu, gaji sebulan tidak diberikan. "Satu dokter partikelir sebagai dr Nainggolan, datang di Betawi meninggalkan praktiknya di Medan, rugi," lanjut Bintang Timoer.

Maka, ketika posisi Thamrin akan terpental dari Volksraad, Bintang Timoer juga menyinggung kelas sosial Thamrin yang tak lagi memikirkan gaji sebagai anggota Volksraad. "Pekerjaannya selama ini jadi garansi bahwa kedudukannya di sana sukar digantikan oleh siapa pun," tulis Bintang Timoer edisi 18 September 1934.

 
Thamrin dipandang sebagai tokoh yang memang harus ada di Volksraad. Bahkan, kalau perlu dicetak lagi Thamrin lain.
 
 

Thamrin dipandang sebagai tokoh yang memang harus ada di Volksraad. Bahkan, kalau perlu dicetak lagi Thamrin lain. Tak ada alasan kuat untuk menyingkirkan Thamrin dari pemilihan di Gemeenteraad dan di Volksraad. "Seperti di Gemeenteraad, demikian juga di Volksraad, beberapa Thamrin perlu!" tulis Bintang Timoer edisi 8 Mei 1934.

Memang ada isu Thamrin hendak istirahat dari dunia politik, tetapi Bintang Timoer memberi penegasan di masa itu tak ada yang boleh beristirahat. Karena itu masa perlunya memobilisasi energi nasional baik di dalam Volksraad maupun di luar Volksraad untuk perjuangan kemerdekaan. "Jika Tuan Thamrin tidak jadi lid (anggota) Volksraad, suaranya tidak akan berpengaruh," tulis Bintang Timoer edisi 25 September 1934.

Saat Thamrin, PF Dahler dari IEV, dan dr J Kajadoe berjuang untuk masuk Volksraad di Jakarta/Jawa Barat, di Jawa Timur pada 1934 itu Tabrani juga berjuang masuk Volksraad lewat Partai Rakyat Indonesia (PRI). Posisi Tabrani sudah menjadi anggota Provincialeraad Jawa Timur dan Regentschapsraad Pamekasan.

"Jika sekiranya tidak dapat ia terpilih karena kurang anggota partainya di raad-raad, kita rasa pemerintah patut mengangkatnya," tulis Bintang Timoer edisi 24 September 1934.

Bintang Timoer menilai Tabrani sebagai pembicara yang tangkas, tajam, dan berani. Ia juga dinilai sebagai pemuda yang energik. Ia layak duduk di Volksraad. "Masuknya di Provincialeraad Oost Java, dengan segera menjadi salah satu tiang nationale blok yang dihargakan dan Tuan Tabrani ada seorang yang tidak mudah dipukul mundur," tulis Bintang Timoer.

 
Thamrin lolos masuk Volksraad lagi, tapi Tabrani gagal kembali masuk Volksraad.
 
 

Thamrin lolos masuk Volksraad lagi, tapi Tabrani gagal kembali masuk Volksraad. Pada 1936, ia mendapat tawaran dari pemilik koran Pemandangan Djunaidi untuk menggantikan Saeroen sebagai pemimpin redaksi. Di Jakarta, pada 1937 ia kemudian membubarkan PRI dan menganjurkan anggota PRI bergabung ke Parindra yang dipimpin dr Soetomo dan kemudian digantikan oleh Thamrin setelah Soetomo meninggal dunia.

Selama memimpin Pemandangan, Tabrani banyak mendukung perjuangan Thamrin di Gemeenteraad terkait dengan perbaikan kampung di Batavia. Namun, tak segan pula mengkritik Thamrin dalam urusan pembangunan Batavia.

Pada 1936, berkat perjuangan Thamrin Gemeenteraad van Batavia, anggaran perbaikan kampung yang semula hanya 60 ribu gulden dinaikkan menjadi 150 ribu gulden. Jumlah itu masih jauh dari cukup, tapi perjuangan Thamrin itu perlu disambut dengan gerak nyata.

Bahkan, menurut Tabrani, tidak saja aksi di Jakarta, tapi juga di wilayah lain di Indonesia. Tabrani menyediakan tempat khusus di Pemandangan untuk melaporkan kondisi kampung-kampung di Jakarta.

Pada 1938 Tabrani mengikuti lagi pemilihan Gemeenteraad van Batavia wakil dari Parindra. Jika pada pemilihan 1930 ia gagal masuk Gemeenteraad van Batavia, pada 1938 ini dia mendapat suara banyak untuk mendapatkan kursi Gemeenteraad. Di pemilihan ini, dr Kajadoe tidak ikut.

Di pemilihan Agustus 1938 itu, menurut Het Nieuws vand den Dag voor Nederlandsch-Indie edisi 16 Agustus 1938, Tabrani meraih 1.366 suara, di atas perolehan Soangkoepon 1.344 suara, Hindromartono 1.304 suara, dan Thamrin 1.259 suara.

Pada 1938 inilah kemudian Thamrin-Tabrani bekerja sama memperjuangkan penggunaan bahasa Indonesia di Gemeenteraad van Batavia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat