Ustaz Dr Amir Faishol Fath | Republika

Khazanah

Akibat Perbuatan Kikir

Bagi mereka adalah tindakan bodoh dengan berbagi kepada fakir miskin.

DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute

Di lembah Sana’a, Yaman, pernah terjadi sebuah tragedi, yaitu terbakarnya kebun yang sangat subur penuh dengan buah-buahan. Para ulama tafsir menggambarkan, saking suburnya, seandainya seorang wanita membawa bakul diletakkan di atas kepalanya sambil berjalan melintasi kebun tersebut, dari ujung ke ujung, niscaya bakulnya akan penuh dengan aneka ragam buah-buahan tanpa memetiknya.

Pemilik kebun itu adalah orang tua yang sangat dermawan. Ia tidak pernah mau mengambil hasil panennya kecuali setelah semua orang miskin mengambil hak mereka sesuai dengan jatahnya yang telah ditentukan. Alquran merekam tragedi tersebut dalam surah al-Qalam ayat 17-33.

Hari itu sang dermawan meninggal dunia. Kebun-kebun yang membentang luas itu jatuh kepada ahli warisnya. Namun, lain orang tua, lain pula anak. Besok paginya adalah hari panen. Malam itu anak-anak mereka berkumpul. Kesepakatan yang diambil adalah tidak memberikan kesempatan kepada orang-orang miskin untuk mendapatkan buah-buahan di kebun itu.

Bagi mereka adalah tindakan bodoh dengan berbagi kepada fakir miskin. Mereka yakin bahwa besok pagi akan memetik hasil panen, lengkap tanpa berkurang sedikit pun: “Layashrimunnahaa mushbihiin.” Mereka lupa tidak mengucapkan insya Allah: “Wa laa yastatsnuun.”

Malam itu saat mereka tertidur lelap, semua kebun tiba-tiba hangus terbakar, “Fathaafa ‘alaihaa thaifun mirrabbika wahum naaimuun.” Kebun itu tampak hitam menjadi arang, “faashbahat kash shariim.”

 
Lalu mereka bergegas secara diam-diam menuju kebun agar tidak diketahui orang-orang miskin
 
 

Pagi itu saat terbangun, mereka belum tahu apa yang terjadi, “fatanadau mushbihiin, anighduu ‘alaa hartsikum in kuntum shaarimiin.” Lalu mereka bergegas secara diam-diam menuju kebun agar tidak diketahui orang-orang miskin, “fan thalaquu wahum yatakhaafatuun, allaa yadkhulannahal yauma ‘alaikum miskiin.”

Mereka yakin pasti akan bisa memetik buah-buahan dengan utuh: “Wa ghadau ‘alaa hardin qaadiriin.” Namun, sayang seribu sayang, begitu mereka tiba di tempat tujuan, ternyata kebun itu tidak tampak lagi.

Mereka merasa salah jalan, jangan-jangan ini bukan kebun kita. Sebagian yang lain mencoba mengamati tempat tersebut, lalu menemukan bukti bahwa itu benar kebun mereka, tetapi sudah hangus menjadi arang, “bal nahnu mahruumuun.”

Salah seorang yang baik dari mereka mengingatkan bahwa tadi malam sebenarnya ia menolak kesepakatan buruk itu, tetapi cukuplah dengan menyucikan Allah: “Subhaana rabbina innaa kunnaa zhaalimiin.”

Sempat sejenak mereka saling menyalahkan lalu mereka segera tersadar dan mengakui kesalahan yang mereka perbuat. "Qaaluu yaa wailana inna kunnaa thaaghiin, asaa rabbuna ay yubdilana khairan minhaa innaa ilaa rabbinaa raaghibuun (Mereka berkata, aduh celaka sunguh kita adalah orang-orang yang melampaui batas, semoga Allah memberikan ganti yang lebih baik, kami tidak lain hanya mengharap ampunan-Nya)."

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat