Warga menunjukkan aplikasi Digipark (Digital Palangkaraya Kreatif) yang membantu UMKM Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (18/1/2022). | ANTARA FOTO/Makna Zaezar

Opini

Membangun Ekonomi Digital

Aktivitas ekonomi digital di Indonesia masih berjalan dengan cara sederhana.

KUSSUDYARSANA, Dosen Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta

Ekonomi digital Indonesia menunjukkan prospek cerah. Pada 2021, nilai ekonomi digital Indonesia mencapai 70 miliar dolar AS (Google, Temasek, Bain & Company, 2021). Nilai tersebut memiliki pertumbuhan majemuk 49 persen dibanding pada tahun sebelumnya.

Ekonomi digital Indonesia diperkirakan meningkat menjadi 146 miliar dolar AS pada 2025. Dengan jumlah penduduk 272 juta, Indonesia mempunyai potensi SDM sangat besar.

Mereka bisa menjadi pelaku ekonomi digital dengan memproduksi dan memasarkan produk dan jasa bagi pasar domestik dan internasional. Namun, jika tidak dimanfaatkan dengan baik, Indonesia hanya menjadi pasar bagi pelaku ekonomi digital dari luar negeri.

 
Pertarungan bisnis daring, khususnya UMKM Indonesia dengan e-commerce luar negeri ibarat persaingan antara kapal nelayan tradisional melawan kapal asing yang besar dan modern yang mencari ikan di perairan Indonesia.
 
 

Saat ini, kecenderungan Indonesia menjadi pasar bagi produk dari luar melalui e-commerce terlihat. Kajian Indef menyebutkan, sekitar  90 persen yang ditransaksikan di Indonesia adalah produk impor. Ini terkonfirmasi dari neraca perdagangan Indonesia-Cina, yang defisit.

Berdasarkan data BPS pada Juli 2021, jumlah defisit perdagangan 844,5 juta dolar AS.

Pertarungan bisnis daring, khususnya UMKM Indonesia dengan e-commerce luar negeri ibarat persaingan antara kapal nelayan tradisional melawan kapal asing yang besar dan modern yang mencari ikan di perairan Indonesia.

Kapal-kapal modern tersebut beroperasi dengan peralatan jala, kapasitas penyimpanan yang besar, serta teknologi navigasi yang modern. Alhasil, kapal-kapal asing itu berhasil mendapatkan ikan yang besar dan banyak di perairan Indonesia. 

Sedangkan nelayan Indonesia, mendapatkan ikan sedikit, itu pun kecil-kecil. Hal itu terlihat dari nilai pendapatan pelaku e-commerce Indonesia, yang rata-rata masih di bawah 300 juta dolar AS dengan melibatkan pelaku usaha sebesar 2.361.423 usaha (BPS 2020).

 
Jika melihat aktivitas ekonomi digital di Indonesia, masih berjalan dengan cara sederhana. 
 
 

Jika melihat aktivitas ekonomi digital di Indonesia, masih berjalan dengan cara sederhana. Hasil survei BPS 2020 menunjukkan 21,64 persen aktivitas melalui market place, 78,36 persen melalui non-market place.

Peran Pemerintah Cina sangat besar dalam memajukan ekonomi digitalnya. Mereka mendorong digitalisasi UMKM melalui pelatihan kapabilitas, peningkatan inovasi, dan penyediaan jaringan internet di seluruh negeri.

Jumlah penduduk yang besar disertai daya beli menjadi captive market bagi produk buatan mereka sendiri sehingga tercipta skala ekonomi bagi pelaku usaha di Cina. 

Daya saing

Meningkatkan daya saing ekonomi digital perlu dilakukan dengan memperkuat struktur ekonomi digital. Ekonomi digital terbagi dalam tiga lapisan utama. Pertama, teknologi (komputer dan peralatan komunikasi) dan infrastruktur (internet dan jaringan komunikasi).

Kedua, aplikasi teknologi dan platform digital. Ketiga, digitalisasi sektor ekonomi yang tecermin pada perubahan layanan yang semula bersifat fisik berubah menjadi digital (UNCTAD 2019).

Pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi digital. Di antaranya melalui UU No 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik, PP No 82 Tahun 2012 tentang penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik.

 
Skor keamanan siber masih rendah, Indonesia menempati urutan 69 dari 164 negara, dengan status sedang menuju kesiapan.
 
 

Selain itu, Perpres No 95 tahun 2018 tentang e-government dan Pepres No 74 tentang roadmap e-commerce.

Dari sisi infrastruktur, pembangunan jaringan internet 4G melalui reframing spektrum yang sudah ada, serta menyediakan akses internet bagi perkantoran, sekolah, dan puskesmas. Alhasil,  pada 2021,  jumlah pengguna internet mencapai 77,9 persen dari total jumlah penduduk Indonesia atau 212, 2 juta orang (Sugihartanti, 2022).

Sayangnya, beberapa aspek dalam struktur ekonomi digital masih lemah. Kecepatan akses rata-rata internet Indonesia baru 4,5 Mbps, di bawah akses rata-rata global Mbps (Kementerian PPN/Bappenas, 2019). Persentase pengguna internet masih rendah (54,7 persen).

Skor keamanan siber masih rendah, Indonesia menempati urutan 69 dari 164 negara, dengan status sedang menuju kesiapan.

Ekonomi digital tak hanya tataran menjual produk ke konsumen akhir secara daring. Namun, mencakup rantai nilai, mulai dari penyediaan bahan baku, pemrosesan bahan baku, logistik, dan pengantaran nilai ke konsumen.

Ekonomi digital merupakan turunan dari ekonomi konvesional yang dihubungkan secara daring. Struktur industri yang kuat, yakni terdapat keterhubungan antarpelaku dalam sepanjang rantai nilai usaha menjadi kunci keberhasilan suatu industri.

Ketika pelaku bisnis hanya menjual produk secara daring, hakikatnya nilai tambah yang dinikmati sebatas harga beli dan harga jual produk, serta tidak menciptakan daya saing berkelanjutan.

Keterhubungan antarpelaku bisnis dalam ekonomi digital Indonesia perlu terus dijalin agar meningkatkan daya saing proses penciptaan nilai kepada pelanggan. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat