Pedagang koran melayani calon pembeli di kawasan Kampung Melayu, Jakarta Timur, Senin (27/7/2020). | ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Tajuk

Pers yang Mencerahkan

Peringatan HPN ini menjadi momentum bagi insan pers untuk kembali pada good journalism.

"Pers adalah instrumen paling baik dalam pencerahan dan meningkatkan kualitas manusia sebagai makhluk rasional, moral, dan sosial."

Kalimat di atas dikutip dari Thomas Jefferson. Dia adalah presiden ketiga Amerika Serikat, yang menjabat dari tahun 1801 hingga1809. Jefferson adalah pencetus Deklarasi Kemerdekaan (1776) dan bapak pendiri Amerika Serikat. Dia merupakan juru bicara demokrasi, memeluk prinsip-prinsip Republikanisme, dan hak-hak manusia dengan pengaruh di seluruh dunia.

Peran pers dalam alam demokrasi memang sangat penting. Dengan pers seperti kata Jefferson, kualitas manusia akan meningkat. Pers menjadi pencerah. Bahkan, kehadirannya dianggap sebagai pilar keempat demokrasi setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Hari ini insan pers Indonesia memperingati Hari Pers Nasional. Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) mengungkapkan, ada sekitar 40 rangkaian kegiatan dalam peringatan Hari Pers Nasional (HPN), di antaranya konvensi media massa pada 7 dan 8 Februari 2022, seminar pariwisata bangkit, seminar energi dan pertambangan, seminar moneter dan fiskal, workshop pendidikan jurnalistik, Diskusi Anugerah Jurnalistik Adinegoro, Klinik Penulisan Kebudayaan, dan bakti sosial. Seluruh kegiatan sebagian besar akan dipusatkan di Kendari, Sulawesi Tenggara.

 
Bahkan, kehadirannya dianggap sebagai pilar keempat demokrasi setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
 
 

Selain kegiatan seremonial, peringatan Hari Pers adalah saat yang tepat bagi seluruh insan pers kembali pada jati dirinya. Menjadi pers yang mencerahkan sehingga kehadirannya mampu meningkatkan kualitas manusia seperti yang pernah diucapkan Jefferson.

Hari–hari ini pers Indonesia menghadapi tantangan berat, bukan hanya menjaga kualitas konten dan independensinya, melainkan juga bertahan di tengah situasi yang serba-tak menentu. Namun, di tengah segala kesulitan, pers Indonesia tetap punya tanggung jawab menghadirkan informasi yang memiliki kualitas, mencerahkan, mendidik, dalam bingkai persatuan.

Dalam webinar pada rangkaian HPN kemarin, Forum Pemimpin Redaksi (pemred) Indonesia mendeklarasikan tekadnya untuk menciptakan jurnalisme yang berkualitas atau good journalism. Poin pertama dari deklarasi tersebut, yakni para pemred bertekad untuk mewujudkan good journalism dengan memegang teguh kode etik jurnalistik dan meninggalkan perilaku tercela yang kian marak saat ini, seperti melakukan pelanggaran copyright, clickbait atau judul bombastis yang mengelabui publik.

Kedua, good journalism dengan menjunjung tinggi kemerdekaan dan kebebasan pers.  Ketiga, mewujudkan good journalism dengan menciptakan ekosistem media yang lebih sehat dan baik, yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

Good journalism menjadi isu yang menarik untuk diangkat, mengingat dengan perkembangan media sosial saat ini, pers menjadi seolah tergagap. Prinsip-prinsip jurnalistik mulai luntur.  Sebagian terpaksa mengikuti arus untuk sekadar bertahan.

Peringatan HPN ini menjadi momentum bagi insan pers untuk kembali pada good journalism. Tentu saja tekad kembali pada good journalism tak berhenti pada Forum Pemred. Semua insan pers, mulai dari reporter hingga pemimpin redaksi punya tanggung jawab untuk itu.

Saatnya pers kembali kepada jurnalisme yang bermanfaat, jurnalisme yang mencerahkan, dan jurnalisme yang meningkatkan kualitas umat manusia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat