
Bodetabek
Mengunjungi Laboratorium Kehidupan di Bunder Lab
Bunder Lab dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah, termasuk Ibu Kota.
OLEH SHABRINA ZAKARIA
Wisata alam di Kabupaten Bogor yang identik dengan keindahan alam tak melulu soal curug atau kawasan Puncak. Di Desa Gunung Bunder 2, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, terdapat sebuah tujuan wisata strategis, yakni Bunder Lab.
Sebagai lokasi wisata alternatif, Bunder Lab dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah, termasuk Ibu Kota. Salah satunya Windiyani Retno (32 tahun) asal Jakarta Pusat. Dia mengaku bosan jika harus mengunjungi Puncak ketika ingin liburan. Karena itu, ia memilih Bunder Lab yang ditemukannya dari konten Instagram sebagai lokasi kunjungan.
Area yang luas, nyaman, dan ramah anak, menjadi pertimbangan Windi untuk mendatangi Bunder Lab. Apalagi, ia mendapati harga makanan dan fasilitas yang ditawarkan sangat terjangkau.
"Aksesnya enak, apalagi kalau weekday. Bisa jadi pilihan menurut saya, bosen Puncak mah," ujar Windi yang datang bersama anak dan suaminya saat ditemui Republika, kemarin.
Berdiri di lahan seluas sekitar 2 hektare, bangunan restoran bernuansa putih akan menyambut wisatawan atau pengunjung yang datang. Para pengunjung bisa menikmati santapan dari resto Bunder Lab di beberapa titik yang disediakan. Bisa di bawah tenda anggur, di dekat area berkemah atau camping ground, juga di pinggir tebing dengan pemandangan yang indah. Ditambah dengan udara yang tak kalah sejuk dari kawasan Puncak menjadi keunggulan lokasi Bunder Lab.
Bunder Lab, yang tepat berada di kaki Gunung Salak, menyediakan fasilitas kolam renang, penginapan, camping ground, area berkuda anak, hingga wisata edukasi. Mulai area tanaman obat masyarakat, hidroponik, tempat pengolahan sampah, hingga lokasi pengolahan pupuk bisa dikunjungi pengunjung.
Pemilik Bunder Lab, Kasih Anggoro, menjelaskan, tempatnya sebenarnya tidak hanya berperan sebagai lokasi wisata, melainkan sekaligus laboratorium kehidupan. Dia menyebut, pengunjung tidak hanya dapat menyantap kudapan dan menikmati suasana alam, tetapi juga mendapatkan ilmu dari sejumlah fasilitas yang bisa diakses.
"Kita lihat izin di Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor yang ada. Di lahan basah sini bolehnya agroindustri, agrowisata, dan edukasi. Jadi, tiga hal itu kita rangkum, lahirlah Bunder Lab," kata Kasih.
Sebelum menjadi Bunder Lab yang bisa dikunjungi masyarakat umum, pada 2011, lahan ini hanya bisa dikunjungi mahasiswa Universitas Budi Luhur. Seiring berjalannya waktu, lahan ini berubah menjadi peternakan kuda untuk menunjang kuda pacu (sport horse) yang pernah tampil pada PON, SEA Games, sampai Asian Games.
Memasuki pandemi Covid-19, kata Kasih, ide menyulap kawasan itu menjadi Bunder Lab muncul. Sehingga sedikit demi sedikit Bunder Lab dibangun. Kandang kuda yang tadinya kumuh diubah menjadi restoran. Tak heran, sejumlah tapal kuda juga menghiasi dinding restoran Bunder Lab.
Akses yang ditempuh menuju Bunder Lab juga dipastikan terbebas macet, jika dibandingkan tempat wisata di kawasan Puncak. Baik saat hari kerja, libur hari raya, ataupun akhir pekan.
Pengunjung dari luar Kabupaten Bogor pun bisa bermalam di Bunder Lab. Dengan tersedianya vila berbentuk mass atau di camping ground yang lengkap dengan matras dan sleeping bag. Tak jarang, pengelola Bunder Lab menyediakan fasilitas api unggun atau alat untuk bakar-bakar untuk merapatkan kebersamaan wisatawan.
Jika tak ingin bermalam, pengunjung bisa memilih paket edukasi di area hidroponik, termasuk area pengelolaan sampah. "Jadi yang nggak ada di mana-mana, kami mengelola sampah sendiri agar zero waste management. Kotoran kuda juga kami olah jadi pupuk cair, gasnya pun diolah," ucap Kasih menjelaskan.
Kasih tak sendiri. Umi Tutik Asmawi menjadi salah satu pengelola yang mengembangkan Bunder Lab sebagai lokasi wisata eduwisata. Umi bertugas mengelola klinik SOAN (sampah organik dan anorganik) yang berasal dari sisa pengunjung Bunder Lab.
Semua di Bunder Lab diolah dengan cara organik. Setelah diantar oleh petugas resto, kata Umi, sampah dipisah dan dimasukkan ke tabung kompos. Hasil dari pengelolaan dapat menjadi tambahan ekonomi bagi para pengurus kebun, termasuk Umi sendiri.
Tak bosan Umi juga senang mengajak para pengunjung untuk turut mengelola sampah. Bahkan, Umi sendiri telah berkeliling ke 23 desa di sekitar Bunder Lab untuk mengajak warga sekitar mengelola sampah agar bisa menjadi sahabat mitra lingkungan.
"Insya Allah semua ada di sini. Keindahan pemandangan, sejuk dan sehatnya udara, dan edukasi. Saya berharap Bunder Lab tidak hanya jadi taman wisata, tapi juga tempat belajar masyarakat mengubah pola pikir perilaku jadi lebih baik," ucap Umi.
View this post on Instagram
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.