Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. | ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Ekonomi

BI Optimistis Pemulihan Berlanjut

BI menjelaskan konsumsi rumah tangga akan tetap baik dengan stabilitas yang terjaga.

JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) optimistis pemulihan ekonomi akan terus berlanjut pada tahun ini. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyampaikan, terdapat sejumlah alasan Indonesia harus tetap optimistis dan bangkit.

Menurut dia, berbagai tantangan masih ada baik di tingkat global maupun domestik. Akan tetapi, terdapat peluang dan sumber pertumbuhan yang perlu dioptimalkan.

"Vaksinasi harus terus digencarkan, optimistis dan bangkit untuk ekonomi kita baik secara nasional maupun daerah," kata Perry dalam Outlook Pertumbuhan Ekonomi 2022 yang digelar Roemah Tiga di Jakarta, Jumat (4/2).

Menurut Perry, saat ini kondisi perekonomian dunia telah pulih. Tidak hanya Amerika Serikat dan Cina, pemulihan sudah lebih merata ke Eropa, Jepang, hingga India. Pemerataan ekonomi global ini akan membuat harga komoditas kembali tinggi. Perbaikan harga komoditas akan mendorong tingkat ekspor Indonesia.

Meski begitu, terdapat tantangan yang juga perlu diwaspadai, seperti kasus Covid-19 yang kembali meningkat, risiko stabilitas moneter, gangguan pasokan produk, dan aliran modal asing. "BI berkomitmen akan menstabilkan nilai tukar, inflasi, dan yield surat utang negara berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan sehingga iklim usaha di dalam negeri tetap baik," kata Perry.

Ekonomi Indonesia juga akan membaik dengan tetap adanya peningkatan permintaan dan konsumsi. Perry mengatakan, konsumsi rumah tangga akan tetap baik dengan stabilitas yang terjaga.

Hal ini ditunjukkan dengan transaksi daring yang terus meningkat. Kenaikan transaksi di niaga daring diproyeksi mencapai 31,2 persen dan uang elektronik sebesar 17,1 persen. Transaksi perbankan digital juga diproyeksi naik 24,8 persen.

BI juga terus berkoordinasi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk meningkatkan sektor-sektor usaha yang pulih. Perry mengatakan, pandemi selama dua tahun ini telah membawa luka bagi korporasi, tak hanya di Indonesia, tapi juga seluruh dunia.

KSSK telah mendata 38 sektor industri prioritas untuk mendorong pertumbuhan. Dari pemetaan yang dilakukan, sebanyak delapan sektor industri telah pulih. Semuanya, rata-rata perusahaan berorientasi ekspor.

Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut saat pandemi Covid-19 melanda, sebanyak 84,2 persen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terdampak dan mengalami penurunan pendapatan. Ketua Satgas Pengembangan Keuangan Syariah dan Ekosistem UMKM OJK Ahmad Buchori mengatakan, sebanyak 62,21 persen usaha mikro dan kecil (UMK) menghadapi kendala keuangan terkait pegawai dan operasional.

"Sekitar 34 dari 10 perusahaan UMKM mengaku pengalami penurunan harga. Pemasaran atau penjualan produk menjadi kendala paling banyak dialami semua skala usaha," ujarnya.

OJK pun berupaya mendorong peran industri jasa keuangan dalam membantu UMKM dengan meningkatkan persentase portofolio pembiayaan. Dia berharap, pembiayaan kepada sektor UMKM bisa mencapai 30 persen dari total pembiayaan baik melalui paket kebijakan maupun mempersiapkan database UMKM untuk mempermudah analisis kredit.

"Masih terbatasnya produk-produk UMKM lokal yang belum berorientasi ekspor, sehingga perlu adanya jalur pembinaan agar mampu mendorong produksi dan adanya permintaan modal yang naik secara signifikan," ucapnya. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Bank Indonesia (bank_indonesia)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat