Kegiatan belajar di rumah (ilustrasi). Siswa di Bogor kini kembali belajar di rumah untuk menghindari Covid-19. | Pexels/Julia M Cameron

Bodetabek

Siswa Kota Bogor Kembali Belajar di Rumah

Orang tua siswa di Bogor gelisah karena harus tambah kuota data dan mengawal belajar anak.

BOGOR — Kota Bogor menghentikan sementara pembelajaran tatap muka (PTM) di seluruh sekolah setempat mulai 31 Januari 2022. Hal itu menyusul peningkatan kasus Covid-19 di sekolah-sekolah.

Pemberhentian PTM di seluruh jenjang satuan pendidikan dijabarkan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor Surat Edaran (SE) Nomor 440/729/Huk.HAM tanggal 31 Januari 2022. Kepala Bagian Hukum dan HAM pada Sekretariat Daerah Kota Bogor, Alma Wiranta, mengatakan, SE itu mewajibkan seluruh jenjang satuan pendidikan melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Pemberhentian PTM juga dikoordinasikan dengan Kementerian Agama (Kemenag) yang membawahi MTs, MAN, dan pondok pesantren, serta Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Provinsi Jawa Barat yang mengelola SMA, SMK, dan SLB.

“Dalam SE tersebut mulai PAUD, TK, SD, SMP, SMA, SMK, hingga pondok pesantren, harus melakukan PJJ,” kata Alma, Selasa (1/2).

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor, Hanafi, mengatakan, sejak Oktober 2021 Kota Bogor telah melaksanakan PTM 50 persen. Meski sebelumnya sempat melakukan persiapan untuk PTM 100 persen, angka kasus Covid-19 justru tidak melandai sehingga rencana tersebut harus ditunda. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor mencatat ada 79 siswa dan guru terpapar Covid-19, pada 17 sekolah se-Kota Bogor.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by PEMKOT BOGOR | #BogorBerlari (pemkotbogor)

“Tentu pemerintah harus mengambil keputusan di tengah situasi yang tidak pasti di setiap kelompok maupun individu. Salah satunya satuan pendidikan,” kata Hanafi.

Menurut Hanafi, sekolah-sekolah yang kosong selama pelaksanaan PJJ akan disterilkan. Sekolah juga akan dilengkapi sarana dan prasarananya untuk bersiap apabila kasus Covid-19 melandai dan PTM bisa dilaksanakan kembali.

Sementara itu, Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, mengatakan, jika PTM dilanjutkan, dikhawatirkan anak-anak yang terpapar Covid-19 juga bisa menulari lansia, serta anggota keluarga yang memiliki penyakit bawaan atau komorbid.

“Jadi, kalau anak terkena di sekolah, maka akan membuat ledakan di klaster keluarga,” kata Bima Arya, Senin (31/1).

Untuk sementara, kata Bima Arya, kegiatan belajar mengajar kembali dilaksanakan secara daring atau melalui PJJ. Ia pun belum bisa memperkirakan hingga kapan PJJ dilaksanakan. Di samping itu, kata dia, Pemerintah Kota Bogor akan mempercepat vaksinasi untuk anak-anak usia 6-11 tahun, terutama dosis kedua serta menggencarkan vaksin booster untuk tenaga pendidik.

“Kita juga menyepakati untuk menahan atau mengingatkan pada warga untuk tidak berkumpul di keramaian dan lain-lain, menutup jalur pedestrian Sistem Satu Arah (SSA) untuk akhir minggu. Menutup taman-taman, tempat di Kota Bogor dan mengawasi secara ketat mal, tempat hiburan, dan lain-lain,” kata Bima Arya.

Orang Tua Gelisah

Gelisah menyelimuti hati Tati (42 tahun), ibu empat anak yang harus kembali bersiap mengawal putrinya, Eneng (14 tahun) kembali belajar di rumah. Ia tidak hanya menyiapkan diri untuk mengajarkan putrinya yang duduk di bangku kelas 9 SMPN 12 Bogor. Tati yang sehari-hari berjualan di warung makan harus menyiapkan kuota ekstra agar putrinya bisa belajar secara daring.

Dalam sebulan, Tati harus merogoh kocek sebesar Rp 150 ribu untuk mengisi kuota Eneng. Padahal, ketika PTM berlangsung, dana tersebut bisa dialihkan untuk keperluan lain.

Ia mengakui lebih senang melihat putrinya berangkat ke sekolah meski tidak setiap hari. Sebab, Tati tidak harus mengawasi tugas-tugas Eneng yang kadang hanya ditumpuk di ujung meja. Belajar di rumah, menurut dia, membuat putrinya bermalas-malasan.

Namun, melonjaknya kasus Covid-19 di Kota Bogor membuat Tati lebih memilih agar putrinya di rumah saja

“Kalau dibandingkan dengan kondisi seperti ini mending Eneng belajar di rumah. Saya juga nggak ngizinin dia main futsal dulu, jangan ada aktivitas di luar dulu,” tuturnya.

Salah seorang wali murid dari siswa SDN Layung Sari, Vera Hermawati (34 tahun), juga menginginkan putranya belajar di sekolah terus. Sebab, ia harus mendampingi putranya yang duduk di kelas 5 SD, ketika sedang Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

“Tapi, karena melihat situasi perkembangan Covid-19 yang mulai naik, dan ada kekhawatiran omikron mewabah di Kota Bogor, lebih baik //ikutin// kebijakan sekolah dan pemerintah,” kata ibu anak dua ini. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat