Kawasan Petak Enam, Glodok, Jakarta, beberapa hari lalu. | Republika/Rahma L Sulistya

Safari

Merah Merekah Menyambut Imlek

Tempat bernuansa pecinan memberikan nostalgia dan menjadi destinasi hiburan tersendiri.

OLEH RAHMA SULISTYA

 

Kata "sederhana" dapat dipilih untuk menggambarkan perayaan Imlek tahun ini. Seperti halnya perayaan Imlek tahun lalu, kali ini pun kita masih dalam situasi pandemi Covid-19, bahkan saat ini ada lonjakan varian barunya, Omikron. Tak ada gembar-gembor acara besar atau kemeriahan lainnya untuk mencegah lonjakan kasus di masyarakat.

Pertunjukan barongsai yang biasanya ditonton banyak orang, mungkin juga tidak akan dihelat. Kendati diprediksi lebih sepi, tapi tampak suasana beberapa titik pecinan tetap ramai seperti biasanya. Misalnya Petak Enam dan Petak Sembilan, di Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat.

Suasana ramai itu tampak pada Kamis (20/1) saat menyusuri Petak Enam. Warna merah mendominasi interior bangunan di sana, ditambah banyak pedagang menjajakan berbagai hiasan imlek, makanan, dan baju khas Tiongkok. Meskipun area di luar Petak Enam tampak tak tertata, namun di dalam area Petak Enam cukup bersih dan modern dengan nuansa Tiongkok.

photo
Pedagang menjajakan berbagai hiasan imlek, di kawasan Petak Enam, Glodok, Tamansari, Jakarta, beberapa hari lalu. - (Republika/Rahma L Sulistya)

Pengelola Kawasan Petak Enam Handi Jaya mengatakan kawasan ini baru direvitalisasi di masa pandemi ini. Bangunannya sudah lama sebagai area parkir, namun beberapa titik didekorasi ulang untuk dijadikan tempat bercengkerama yang nyaman. Proyek revitalisasi didasarkan atas ide untuk membangun kawasan itu agar semakin banyak pengunjung yang datang ke sana. 

“Di sini itu yang paling ramai. Ada cempedak goreng dan kuotie. Bisa antre panjang yang beli,” ujar Handi saat ditemui Republika di Petak Enam, pekan lalu.

Ada juga makanan lain, seperti bakmi, kedai kopi dan hingga dimsum. Untuk masuk ke sana juga harus skrining aplikasi PeduliLindungi dan pengunjung wajib mematuhi protokol kesehatan (prokes).

Pemilik usaha cempedak goreng, Cik Lina mengaku, pandemi tak berpengaruh pada usahanya. Di hari-hari biasa pun pembelinya tetap antre, bahkan harus sabar menunggu sekitar 45 menit. “Kalau week end, itu lebih ramai, bisa dua jam antre. Saya sampai keringetan,” kata Cik Lina saat ditemui di kedainya.

photo
Banyak pedagang menjajakan berbagai hiasan imlek, makanan, dan baju khas Tiongkok, di kawasan Petak Enam, Tamansari, Jakarta Barat, beberapa hari lalu. - (Republika/Rahma L Sulistya)

Untuk Imlek tahun ini, belum ada acara besar yang akan dihelat. Kata Handi, itu disebabkan oleh pandemi yang belum berakhihr dan kasus sedang melonjak lagi. “Imlek atau nggak, di sini sama saja. Setiap hari terasa Imlek karena yang datang memang mayoritas etnis Tionghoa,” papar Handi lagi.

Dekat dari Petak Enam terdapat Pasar Petak Sembilan. Di area itu banyak dijual berbagai perlengkapan ibadah, hiasan-hiasan perayaan imlek, baju chiongsam, aneka kue, juga dodol (kue keranjang). Berbagai kuliner khas juga banyak disuguhkan di sana.

Salah seorang pengunjung, Fiona Valenciennes senjaga datang ke sana sepekan sebelum Imlek agar menghindari kepadatan di Petak Sembilan. Dia ke sana untuk membeli hiasan untuk rumahnya. Untuk imlek, dia sering berkumpul bersama keluarga. Namun, tahun ini juga dia tak akan ke mana-mana. “Nggak ada rencana nonton acara spesial Imlek, karena Omikron lagi naik terus. Saya ngeri,” ucap Fiona.

Sekjen Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Chandra Jap mengatakan tempat-tempat pecinan tersebut menjadi nostalgia tersendiri baginya. Apalagi saat Imlek, tempat-tempat tersebut jadi sarana hiburan keluarga. “Selain lengkap barang-barang yang dijual, belanja di sana juga ada nuansa nostalgia,” ungkap dia saat dihubungi Republika.

Chandra tinggal di dekat kawasan Petak Sembilan, setiap tahunnya sebelum pandemi, suasana Imlek sangat terasa sekali. “Makanan khas Imlek juga harus ada. semua orang sibuk mengecat rumah supaya terlihat baru kembali,” ucap dia. 

Sejak pandemi, semua harus dibatasi serta tidak ada acara besar dan berkerumunan yang akan digelar. Semua masyarakat Tionghoa juga sudah siap menahan diri agar merayakan Imlek di rumah saja. “Kalau di Glodok sendiri tidak ada acara besar, karena mengingat kasus Omikron naik tajam beberapa hari belakangan ini,” ujar dia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Pemprov DKI Jakarta (dkijakarta)

 

Plesiran Singkat di PIK

 

Untuk merasakan nuansa kemeriahan Imlek dan ingin berplesir singat di area-area estetik bisa juga mendatangi Chinatown Pantjoran Pantai Indah Kapuk (PIK). Kawasan ini baru dibuka pada pertengahan 2020 dengan pilihan kuliner beragam, serta pertunjukan budaya Tiongkok setiap pekan.

Pada Jumat (21/1), Pantjoran PIK tampak tidak begitu ramai pengunjung. Di pintu masuk sudah ada gapura ikonik khas kelenteng. Dekorasi di dalamnya kental dengan nuansa pecinan. Di pintu masuk, setiap orang wajib menjalani skrining dengan aplikasi PeduliLindungi.

Sebagian besar pengunjungnya memang peranakan Tionghoa. Banyak dari mereka tampak berfoto di sana, karena memang di sana dipasang sudut-sudut yang Instagramable

Salah seorang pengunjung yang disapa Koh Acun mengaku sering datang ke Pantjoran PIK. Menurutnya, dia ke sana tidak harus saat Imlek saja. “Ke sini untuk makan. Biasanya ke Xiao Lao Guo, pesan Mala (nonhalal),” ucap dia saat ditemui di Pantjoran PIK. 

Di sejumlah tempat makan di sana memang menyediakan beragam menu, termasuk pilihan nonhalal. Namun, Pantjoran PIK juga menyediakan berbagai kedai dengan menu-menu halal. Bahkan juga disediakan mushola bagi pengunjung Muslim yang ingin berkunjung ke sana. Lokasinya pun berdekatan dengan Cove at Batavia dan Pantai Pasir Putih PIK 2 jika ingin plesiran seusai perut kenyang.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by PantjoranPIK (pantjoranpik)

Pantjoran PIK merupakan kawasan kuliner legendaris pecinaan. Tak heran jika setiap Imlek, lokasi itu kerap menggelar kemeriahan acara menyambut tahun baru. Tahun ini, Pantjoran PIK memiliki program The Year of Tiger dengan tema The Taste of Heritage. Di dalamnya ada promo belanja yang menarik yang diracik berkat kerja sama dengan GoPay.

Ada juga hiburan bagi pengunjung, seperti penampilan Guzheng, Traditional Dance, Fortune Teller, kaligrafi, dan Walking Karakter. Selain program itu, ada area baru di Pantjoran PIK yang berisi tenan-tenan baru, cultural icon baru, dan tentunya diimbangi dengan arsitektur yang mendukung edukasi kultural.

“Kami akan terus mengikuti arahan pemerintah dan tetap menjaga protokol kesehatan,” ujar Marcomm & Commercial Manager Amantara Agung Sedayu Group Irwan Haris, saat dihubungi Republika.

Struktur arsitektur Pantjoran PIK yang mempunyai konsep outdoor memberikan suasana yang nyaman dan dengan menjaga protokol kesehatan (prokes), tempat ini cukup aman untuk menikmati suasana bersama keluarga.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat