Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Rabu (12/8/2020). | Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO

Nasional

BRIN Ungkap Alasan Vaksin Merah Putih Belum Rampung

Vaksin Merah Putih sedang dikembangkan oleh enam lembaga

JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengharapkan pandemi Covid-19 dapat menjadi pembelajaran bagi seluruh periset untuk lebih mandiri dalam pengembangan vaksin. Pandemi sudah berjalan dua tahun, namun vaksin produksi dalam negeri masih belum ada yang jadi.

"Saat ini posisi kita menjadi bagian dari 194 kandidat vaksin yang sedang dikembangkan di seluruh dunia," ujar Pelaksana Tugas Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati BRIN Iman Hidayat dalam acara "Talk to Scientist" yang diikuti secara daring, Rabu (26/1).

Posisi Indonesia tersebut merupakan bagian dari upaya menjawab tantangan pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia. "Jadi itulah situasinya daya saing kita dalam konteks saat ini menjawab health resilience (ketangguhan kesehatan). Khususnya menjawab tantangan pandemi Covid-19," katanya.

Ia menyayangkan, sudah dua tahun lebih Indonesia masih dalam konteks baru atau menyelesaikan uji klinis vaksin Covid-19. "Kita tidak bisa secepat negara lain seperti Cina, Amerika Serikat, bahkan India untuk mengembangkan vaksin," tuturnya.

Menurut dia, terdapat tiga kendala Indonesia belum dapat menyelesaikan pengembangan vaksin Merah Putih, yakni peneliti di Indonesia belum memiliki pengalaman untuk mengembangkan vaksin dari nol. "Jadi vaksin seperti polio dan lainnya yang diproduksi Bio Farma itu adalah kita membeli lisensi, tidak mengembangkan dari nol," katanya.

Kemudian, lanjut dia, kolaborasi dengan industri. Hal itu masih menjadi titik lemah Indonesia karena industri di Indonesia tidak banyak yang memiliki fasilitas Research and Development (RnD) pengembangan vaksin.

Kendala terakhir adalah infrastruktur yang kurang. "Tiga botleneck ini cukup kronis di Indonesia, dan itu dialami saat ini sehingga diperlukan tindakan, salah satunya BRIN membangun beberapa fasilitas dan memfasilitasi periset untuk mengakselerasi hasilnya," kata Iman.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by BRIN Indonesia (brin_indonesia)

Saat ini, lanjut dia, pengembangan Vaksin Merah Putih sedang dikembangkan oleh enam lembaga, yakni Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Institute Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Universitas Airlangga dengan berbagai platform. Peneliti PRBM Eijkman BRIN Tedjo Sasmono mengatakan saat ini perkembangan Vaksin Merah Putih yang diteliti oleh timnya sudah dalam tahap hilirisasi di mitra industri, yakni PT Bio Farma.

Ia berharap, dalam waktu dekat sudah bisa dilakukan uji praklinis dan klinis. "Semoga vaksin Covid-19 karya anak bangsa ini bisa berkontribusi dalam penanggulangan pandemi dan menjadi wahana untuk kemandirian bangsa dalam riset vaksin," kata dia. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat