Sejumlah pelajar mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen di SDN 065 Cihampelas, Jalan Cihampelas, Kota Bandung, Senin (10/1). Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Pendidikan Kota Bandung mulai menggelar PTM dengan kapasitas 100 persen di 330 s | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Nasional

Sekolah Diminta Cegah Kerumunan

Satpol PP mendapati ada siswa sekolah yang tak disiplin menjaga prokes selama PTM.

CIREBON — Pemerintah Kota Cirebon, Jawa Barat, meminta pihak sekolah mencegah potensi munculnya kerumunan selama pembelajaran tatap muka (PTM). Sekretaris Daerah Kota Cirebon Agus Mulyadi mengatakan, upaya mencegah kerumunan bisa dilakukan dengan mengatur waktu kedatangan dan keberangkatan siswa.

"Yang perlu diperhatikan itu antara kedatangan dan kepulangan siswa, agar tidak menimbulkan kerumunan," kata Agus Mulyadi saat melakukan monitoring PTM 100 persen di Cirebon, Selasa (11/1).

Agus mengaku masih diperlukan penyesuaian atau aturan terutama untuk kedatangan dan kepulangan siswa. Hal tersebut, lanjut Agus, agar pada waktu tersebut bisa diminimalkan adanya kerumunan, apalagi jumlah siswa tidak sedikit. "Sekolah bisa menjeda antara kelas satu serta lainnya, pada saat jam berangkat dan pulang," katanya.

Kepala SMPN 1 Kota Cirebon Lilik Agus Darmawan mengatakan, terdapat 1.000 lebih siswa yang saat ini sedang belajar, mereka telah masuk untuk PTM 100 persen. "Mulai kemarin kita sudah menjalankan PTM 100 persen, memang untuk kedatangan dan keberangkatan perlu diatur ulang, sesuai arahan Pak Sekda," katanya.

Di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, pencegahan munculnya kerumunan dilakukan dengan pembatasan penjemput siswa dari luar pagar sekolah. Berdasarkan pantauan Republika, sejumlah orang tua di SDN 1, 2, 3, 9 Kranji, Purwokerto, Banyumas, menunggu di depan pagar sekolah. Mereka menyampaikan nama anak mereka yang akan dijemput kepada petugas sekolah.

"Kita cuma boleh nunggu di depan pagar, supaya nggak rame-rame," ujar Yuni, salah satu orang tua murid yang menunggu putrinya di depan sekolah, Selasa (11/1).

Terlihat beberapa siswa yang menunggu dijemput orang tua mereka dari dalam pekarangan sekolah. Selain aturan penjemputan, jadwal masuk diberikan interval sekitar 15 menit berbeda tiap kelas. Hal ini membuat waktu pulang yang juga berbeda. Aturan ini dimaksudkan agar baik siswa maupun para orang tua tidak berkerumun di depan gerbang sekolah.

Kepala Sekolah SDN 1 Kranji, Idha Nurani, tidak hanya pengaturan waktu masuk dan pulang, anak-anak juga tidak diizinkan untuk jajan di kantin sekolah. Mereka diberi waktu istirahat selama 10 menit untuk makan bekal ringan yang mereka bawa dari rumah. "Jadi, ganti-gantian makannya, 50 persen makan duluan, kemudian gantian. Di sini maksimal satu kelas ada 32 siswa," kata Idha.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Dinas Pendidikan DKI Jakarta (disdikdki)

Tak disiplin

Terpisah, Satpol PP Kota Surakarta mencatat sebanyak 89 siswa tidak disiplin pada hari pertama PTM penuh yang dimulai pada Senin (10/1). "Ada 89 siswa yang terjaring pelanggarannya setelah PTM dan sebelum pelaksanaan PTM bahkan, kan dua sesi PTM-nya," kata Kepala Satpol PP Kota Surakarta Arif Darmawan di Solo, Selasa.

Ia mengatakan, sesuai dengan aturan yang dikeluarkan Pemkot Surakarta, seharusnya para siswa langsung pulang ke rumah masing-masing seusai mengikuti PTM. "Harus segera pulang, di SE kan diatur begitu, kami mengikuti itu. Tujuannya kan habis PTM nggak boleh keluyuran," katanya.

Ia mengatakan pada hari pertama PTM penuh tersebut para siswa yang kedapatan tidak mengindahkan aturan protokol kesehatan diberikan sanksi berupaya pembinaan dan diminta untuk segera pulang ke rumah masing-masing. Selanjutnya, jika pelanggaran kembali dilakukan oleh siswa yang sama, Satpol PP akan memanggil orang tua siswa dan pihak sekolah. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat