Petugas membawa papan informasi untuk penumpang naik BisKita Transpakuan Bogor di Halte Cidangiang, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (15/12/2021). Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Kementerian Perhubungan (BPTJ Kemenhub) merealisasikan kebijakan subsid | ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/hp.

Bodetabek

Penghentian Transpakuan Disorot

Masih banyak masyarakat yang menanti kehadiran Biskita Transpakuan di beberapa halte.

BOGOR -- Komisi II DPRD Kota Bogor meminta Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor dan Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) lebih memperhatikan sosialisasi kepada masyarakat. Hal ini terkait dengan pemberhentian operasional transportasi massal Biskita Transpakuan.

Sebab, masih ada masyarakat yang menanti kehadiran Bus Rapid Transit (BRT) ini di beberapa halte. Ketua Komisi II DPRD Kota Bogor M Rusli Prihatevy mengatakan, pemberhentian Biskita Transpakuan dilakukan secara mendadak pada Sabtu (1/1), tepatnya pada awal 2022.

Berdasarkan informasi, dihentikannya sementara operasional Biskita Transpakuan diputuskan oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) kepada operator Biskita Transpakuan, yakni PDJT. Direktur PDJT Lies Permana Lestari pun baru menerima surat dari BPTJ pada Jumat (31/12) malam.

Rusli mengatakan, berdasarkan hasil pantauannya, beberapa hari setelah pemberhentian operasional Biskita Transpakuan, masih banyak masyarakat yang menanti kehadiran Biskita di beberapa halte. Kata dia, masalah sosialisasi dan informasi juga harus diperhatikan.

"Jangan sampai ini malah menjadi masalah di kemudian hari yang membuat masyarakat enggan menggunakan Biskita saat sudah beroperasi lagi,” ujarnya, Rabu (5/1).

Sebelumnya, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto tidak memiliki opsi untuk memberikan bus gratis lain selama Biskita Transpakuan berhenti beroperasi. Tetapi,  dia akan mengusahakan opsi dana talangan kepada BPTJ.

“Kalau dari BPTJ ada lampu hijau maka mungkin beberapa hari lagi Biskita Transpakuan kembali akan mengaspal dalam waktu dekat,” ujar Bima Arya.

Dia menyebutkan, berdasarkan hasil evaluasi bersama BPTJ, PDJT, dan dinas terkait, dalam sehari, penumpang Biskita Transpakuan rata-rata mencapai 11.600 orang. Maka, belasan ribu penumpang yang biasanya diangkut oleh 49 unit bus ini tidak bisa terangkut selama masa jeda operasional tersebut.

Salah seorang pengguna Biskita Transpakuan, Rani (24 tahun), hampir setiap hari memanfaatkan Biskita Transpakuan di Koridor 5 (Ciparigi-Stasiun Bogor). Seorang karyawan di Jakarta ini pun menyayangkan pemberhentian bus ini dilakukan secara mendadak.

“Kalau buat aku pribadi, pemberhentian bus yang secara mendadak ini emang bikin kaget dan sangat disayangkan. Karena, sebelumnya dilakukan tanpa informasi yang menyebar,” kata Rani kepada Republika, belum lama ini.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by biskita.id

Pemberhentian sementara Biskita Transpakuan pun membuatnya bingung untuk pergi ke Stasiun Bogor lantaran lokasi rumahnya cukup jauh dari Stasiun Bogor. Sehingga, dia pun mencari alternatif dengan memilih stasiun yang lebih dekat dengan rumahnya dan menggunakan kendaraan pribadi.

Bahkan, menurutnya, waktu pemberhentian selama maksimal sebulan cukup lama dan mengganggu. “Harapannya, pemberhentian ini nggak lama seperti yang diinfokan Pak Bima Arya agar saya dan pengguna jasa Biskita bisa kembali menggunakannya,” ucapnya.

Terpisah, pengguna Biskita Transpakuan di Koridor 6 (Parung Banteng-Air Mancur), Wahyu (41 tahun), mengaku kecewa ketika mengetahui transportasi massal favoritnya ini harus berhenti sementara. Sebab, sejak Koridor 6 hadir pada akhir November 2021, dia sangat terbantu ketika hendak berangkat bekerja.

Wahyu menjelaskan, pada Sabtu (1/1) dia sempat mendatangi Selter Biskita Kol Ahmad Syam. Setelah menunggu cukup lama, dia tidak melihat ada bus Biskita Transpakuan yang melintas. “Pas saya cek aplikasinya, ternyata bus tidak beroperasi. Semoga saja nggak lama diberhentikannya,” kata Wahyu.

Selama ini, kata Wahyu, saat menggunakan Biskita Transpakuan, waktu tempuh perjalanan menjadi lebih cepat, baik saat berangkat maupun pulang. Saat ini, Wahyu terpaksa kembali beralih ke angkutan kota (angkot) dengan waktu tempuh yang lebih lama. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat