Keluarga pasien memasang tabung infus di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Al-Ihsan, Baleendah, Kabupaten Bandung, Kamis (30/12/2021). Pemerintah daerah diingatkan memastikan kesiapan fasilitas layanan kesehatan mengantisipasi peningkatan kasus Cov | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Nasional

RSPI Temukan Hiperkoagulopati pada Pasien Omikron

Warga diminta tidak abai dengan peningkatan kasus omikron di DKI.

JAKARTA -- Tim medis Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Suroso Jakarta masih mempelajari kasus hiperkoagulopati atau kondisi yang ditandai dengan peningkatan kecenderungan membentuk bekuan darah dalam pembuluh darah pada pasien Covid-19 varian omikron.

Ketua Pokja Pinere RSPI Sulianti Suroso, Pompini Agustina Sitompul, mengatakan, hiperkoagulopati bisa berdampak pada ginjal, paru, jantung, dan lainnya pada pasien.

"Kita ada standar pemeriksaan dan ditemukan ada kondisi hiperkoagulopati. Apakah ini terjadi akibat komorbid atau yang lain, itu sedang kita pelajari," kata Pompini dalam acara bertajuk "Kesiapsiagaan Menghadapi Omikron" melalui Youtube RSPI Sulianti Saroso di Jakarta, Kamis (30/12) siang.

Dalam waktu dua pekan, 68 kasus omikron terdeteksi di Indonesia. Sebanyak 15 orang di antaranya merupakan pelaku perjalanan dari Turki. Kemudian, dari Inggris, UEA, Arab Saudi, Jepang, Malaysia, Malawi, Republik Kongo, Spanyol, USA, Kenya, Korea, Mesir, dan Nigeria.

Sebanyak 74 persen kasus omikron sudah divaksin lengkap, 80 persen tanpa gejala atau bergejala ringan dan 96 persen kasus adalah WNI.

photo
Sejumlah penumpang menaiki bus TransJakarta di halte Bundaran Hotel Indonesia,Jakarta, Kamis (30/12). Dinas Kesehatan DKI Jakarta menginginkan agar adaptasi kebiasaan baru dan protokol kesehatan (prokes) khususnya di angkutan umum tetap berkelanjutan untuk mengantisipasi ancaman penularan dari varian baru Covid-19 seperti omikron. - (Prayogi/Republika.)

Pompini mengatakan, dari 68 kasus infeksi omikron, hanya satu pasien yang mengalami transmisi lokal. Di antara pasien yang terserang omikron, juga ada yang sudah mendapat dua kali suntikan vaksin Covid-19.

Menurut dia, ada beberapa kasus konfirmasi yang memiliki komorbid dan mulai muncul tanda hiperkoagulopati. Namun, secara umum, gejala yang dialami pasien omikron tidak jauh berbeda dengan pasien Covid-19 yang bergejala ringan, termasuk anosmia (gangguan indra penciuman), hidung tersumbat, dan batuk.

"Sampai saat ini, yang belum ditemukan adalah gambaran pneumonia. Mudah-mudahan tidak sampai sana," kata dia. Pneumonia merupakan peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi.

Pompini mengatakan, tim medis memberikan perhatian khusus kepada pasien terinfeksi omikron yang memiliki penyakit penyerta meski tidak mengalami gejala sakit. Intervensi yang dilakuka, antara lain, mengisolasi pasien di ruangan khusus, memberikan multivitamin, memberikan dukungan psikologis, dan melakukan rehabilitasi medis.

"Yang khas di RSPI Sulianti Suroso ini kita melakukan evakuasi pasien dengan alur cepat, tidak kontaminasi banyak petugas kesehatan, dan langsung mengarah ke ruang isolasi pasien," katanya.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, kasus omikron memang sudah naik sejak beberapa waktu lalu meski tak disebutkan jumlahnya. “Di 89 negara, dalam tiga hari terjadi peningkatan dua kali lipat, termasuk di Indonesia juga ada peningkatan,” kata Riza, Kamis (30/12).

Dengan adanya peningkatan itu, dia berharap, tidak ada masyarakat yang menganggap omikron enteng. Warga Jakarta diminta lebih waspada dan hati-hati. “Kita tidak boleh abai, tidak boleh lengah, tidak boleh euforia, tidak boleh anggap enteng,” kata dia.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmidzi mengingatkan kembali kepada masyarakat agar menunda perjalanan ke luar negeri bagi para WNI. Apabila sedang berada di luar negeri, tetap jalankan protokol kesehatan. “Perlu menjadi perhatian bahwa kita juga sudah mengidentifikasi kasus transmisi lokal, artinya risiko penularan di masyarakat juga sudah ada,” katanya, Kamis (30/12).

Ia juga memastikan, pemerintah terus memantau dan mengontrol pintu masuk negara sebagai upaya mencegah bertambahnya kasus omikron masuk ke Indonesia. Selain itu, upaya pengendalian dilakukan dengan pelacakan kontak, testing, karantina, juga isolasi. 

photo
Calon penumpang berjalan di selasar terminal untuk lapor diri di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (29/12/2021). Pemerintah melarang warga negara Indonesia (WNI) bepergian keluar negeri sementara waktu untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 varian Omicron. - (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/aww.)

Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Laura Navika Yamani menilai tidak menutup kemungkinan varian baru Covid-19 yaitu omikron bisa mempercepat terjadinya gelombang ketiga usai libur natal dan tahun baru (nataru).

Laura mengingatkan, meski kasus Covid-19 di Indonesia kini tengah melandai, pandemi masih belum selesai dan masih ada kemungkinan munculnya mutasi virus.

"Ini yang harus disadari masyarakat Indonesia. Potensi gelombang ketiga akibat omikron usai nataru ada, akhirnya kasusnya berkembang (lebih banyak)," ujar Laura saat dihubungi Republika, Rabu (29/12).

Kendati demikian, ia mengingatkan Indonesia sudah belajar dari pengalaman selama 2 tahun terakhir. Tentu semua pihak tidak mau jika kejadian buruk ledakan kasus Covid-19 beberapa waktu lalu kembali terulang.

"Ini harus disadarkan kepada masyarakat banyak bahwa pandemi belum selesai. Kita masih bergulat dengan munculnya varian-varian baru," katanya. 

Menurutnya, upaya yang dilakukan pemerintah dengan menyampaikan tambahan kasus omikron yang artinya varian baru virus ini bukan hal yang dianggap sepele. Laura meminta semua bergerak lebih awal dan seharusnya belajar pengalaman negara-negara lain.

Ia mencontohkan di Eropa dan Amerika Serikat yang kini mengalami lonjakan kasus sampai 80 ribu per hari karena penyebaran omikron. Namun, dia melanjutkan, meski omikron muncul, kasus harian Covid-19 bertambah dan orang yang terinfeksi dalam kondisi ringan.

Tak hanya itu, ia mengingatkan fasilitas kesehatan di negara-negara tersebut bagus. "Sementara fasilitas kesehatan di Indonesia terbatas dibandingkan negara-negara itu. Apakah kita kemudian bisa  mengantisipasinya nanti," katanya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat