Petani milenial (petani muda berusia 19 hingga 39 tahun) Dyah Rahmawati, menyirami sayur organik di lahan miliknya di Cemorokandang, Malang, Jawa Timur, Senin (9/11/2020). | ARI BOWO SUCIPTO/ANTARA FOTO

Nasional

Kepedulian Sosial Milenial Meningkat Saat Pandemi

Generasi milenial tidak lagi berpikir pada kompetisi, melainkan kolaborasi.

JAKARTA – Koordinator Sekretariat Gugus Tugas Nasional Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) Kemenko PMK, Yayan Sopyani, mengatakan, tingkat kepedulian sosial generasi milenial meningkat 15 sampai 20 persen pada masa pandemi Covid-19. Ia menyebutkan, generasi milenial merupakan kelompok masyarakat yang lahir pada 1981-1997.

“Ini sangat menggembirakan betapa generasi muda memiliki kepedulian sosial yang sangat kuat ketika pandemi. Ini menunjukkan manusia indonesia adalah manusia gotong royong,” talkshow bertajuk "Peran Generasi Milenial di Era Pandemi" yang diselenggarakan Republika dan BNPB,

Selain karakter gotong royong, ia mengatakan, kepedulian sosial generasi milenial ini juga karena adanya perubahan pola pikir kerja. Generasi milenial tidak lagi berpikir pada kompetisi, melainkan kolaborasi.

“Sekarang jaman kolaborasi, harmoni, sinergi. Ini tidak melihat saingan sebagai saingan, tetapi teman sebagai kolaborasi,” kata dia.

photo
Barista mengedukasi proses kopi kepada pemuda di Papring, Kalipuro, Banyuwangi, Jawa Timur, Ahad (28/2/2021). Kegiatan pelatihan bertema Gerakan Milenial Cemerlang (Gemilang) di kampung penghasil kopi itu, sebagai upaya membangkitkan semangat anak muda kembali ke kampung mengolah potensi kampungnya. - (BUDI CANDRA SETYA/ANTARA FOTO)

Ia mengatakan, kehadiran generasi milenial juga menjadi penting pada upaya merevolusi mental lainnya. Apalagi, jumlah generasi milenial di Indonesia sebanyak 69 juta jiwa di Indonesia atau 28 persen dari total populasi.

Dalam konteks melawan hoaks, ia mengatakan, generasi milenial dapat tergabung dalam kelompok masyarakat yang mengembangkan literasi. Sebab, generasi milenial tidak menjadi sasaran yang rentan hoaks.

"Dari survei yang saya baca generasi milenial bukan yang sebarkan hoaks. Yang terjebak hoaks itu di atas milenial karena shock psikis. Mereka anggap di internet itu benar. Generasi milenial dan generasi Z itu sudah paham," ujar Yayan.

“Generasi milenial sudah mengalami transisi, sedangkan generasi sebelum milenial yang bisa terjebak karena mereka memahami apa yang di internet sebagai kebenaran,” kata dia.

Ia menyayangkan bertebarannya intoleransi dan hoaks lewat media sosial (medsos). Ia berharap GNRM dapat menjadi bagian solusi atas masalah tersebut.

Yayan menyampaikan Kemenko PMK bertugas sebagai koordinator lintas lembaga bukan tugas teknis. Ia menyebut tugas mengatasi intolerasi bisa dikerjasamakan dengan Kemenkominfo. Salah satu program yang perlu digencarkan ialah literasi digital.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat