Gedung RSDC Wisma Atlet Kemayoran terlihat dari Danau Sunter, Jakarta, Kamis (16/12/2021).Hingga Kamis (23/12), sebanyak delapan pasien Covid-19 yang terjangkit varian omikron telah terdeteksi di Tanah Air. | Republika/Putra M. Akbar

Nasional

Kasus Omikron Bertambah Lagi

Delapan orang positif varian omikron di Indonesia bergejala ringan.

JAKARTA – Kasus positif Covid-19 varian Omicron di Indonesia bertambah tiga orang. Ketiganya merupakan pekerja migran Indonesia (PMI) yang datang dari Malaysia dan Kongo. Dengan tambahan ini, per Kamis (23/12), jumlah kasus positif varian yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan itu kini menjadi delapan orang.

“Tambahan kasus lagi, satu orang dari Malaysia dan dua orang dari Kongo. Mereka ini pekerja migran Indonesia,” kata Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmidzi kepada Republika, Kamis (23/12).

Dia memastikan, dengan tambahan temuan kasus itu, maka seluruh kasus omikron di Indonesia merupakan imported case atau kasus dari penularan perjalanan luar negeri. Saat ini pintu masuk negara terus diperketat, terutama di perbatasan laut dan darat. Sebab, positivity rate di pintu masuk laut dan darat 10 kali lebih tinggi daripada di udara.

Nadia mengatakan, kepastian tambahan tiga kasus positif varian omikron setelah dilakukan whole genome sequence (WGS). Tiga orang positif omikron tersebut saat ini dalam kondisi bergejala ringan dan sedang menjalani karantina di Wisma Atlet Jakarta. “Gejala ringan, batuk sedikit,” kata Nadia.

Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, seluruh kasus Omicron yang ditemukan di Indonesia saat ini berasal dari pelaku perjalanan luar negeri yang masuk melalui pintu udara. “Namun, pemerintah akan tetap mengetatkan upaya testing dan tracing pada seluruh pintu kedatangan,” ujarnya.

Ia menambahkan, positivity rate kedatangan pelaku perjalanan luar negeri di pintu laut dan darat tercatat lebih tinggi hingga 10 kali lipat daripada di pintu masuk udara. Ia merinci, per 12-18 Desember, positivity rate di pintu masuk udara sebesar 0,48 persen, di pintu laut 5,41 persen, dan di pintu darat 1,3 persen.

Wiku memastikan, jika nantinya para pasien mendapatkan hasil negatif setelah menjalani masa karantina, maka penyintas Covid-19 tak lagi mampu menularkan virus tersebut ke orang lain. “Meskipun demikian, kita masih harus terus waspada terutama mengingat data-data awal menunjukan kasus Omicron cenderung bergejala ringan atau bahkan tanpa gejala,” tambahnya.

Karena itu, upaya testing, tracing, dan karantina menjadi kunci dalam melakukan skrining kasus dengan baik. Sehingga kasus yang ditemukan dapat segera ditangani dan tak meluas. Untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus, pemerintah pun mendorong rumah sakit di seluruh daerah agar menyiapkan langkah kontingensi yakni mengkonversi tempat tidur untuk layanan Covid-19 jika kapasitas keterisiannya sudah melebihi 60 persen.

Delapan kasus varian omikron di Tanah Air relatif tidak menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. Fakta ini kian menguatkan dugaan bahwa varian omikron tidak ganas meski kemungkinan lebih menular. Public Health Scotland meneliti bahwa orang yang terinfeksi varian omikron pada November dan Desember sekitar dua pertiga lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit, dibandingkan dengan varian delta.

Hasil penelitian juga muncul karena omikron semakin dikaitkan dengan gejala yang lebih ringan, setidaknya bagi mereka yang sudah divaksinasi. Direktur di Kesehatan Masyarakat Skotlandia, Jim McMenamin, menyebut, penelitian ini adalah kabar baik yang memenuhi syarat. Namun, menurutnya, potensi dampak serius dari omikron pada populasi tidak bisa diremehkan.

“Terlebih lagi, sebagian besar kasus omikron tampaknya terjadi di antara orang-orang yang sebelumnya memiliki Covid-19. Proporsi kasus omikron dalam penelitian yang merupakan kemungkinan infeksi ulang, lebih dari 10 kali jumlah kasus delta,” tulis para peneliti seperti dilansir laman laman NBC News.

Studi lain, dari Institut Nasional untuk Penyakit Menular Afrika Selatan, memiliki temuan serupa yang menunjukkan orang dengan varian omikron lebih dari tiga perempat kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit. Laporan ketiga yang dirilis Imperial College London, Inggris, juga menunjukkan pengurangan rawat inap terkait omikron dibandingkan dengan delta.

photo
Warna Negara Indonesia (WNI) yang telah melakukan perjalanan Internasional bergegas usai menjalani karantina di Rumah Susun Pasar Rumput, Jakarta, Ahad (19/12/2021). Rusun Pasar rumput dijadikan tempat karantina untuk WNI yang melakukan perjalanan Internasional atau pekerja migran. - (Republika/Thoudy Badai)

Kasus Covid-19 harian Inggris masih mencapai 100 ribu untuk pertama kalinya pada Rabu (22/12). Namun, para ilmuwan mengumumkan kabar baik dengan menunjukkan dua penelitian mengenai omikron.

Tim pemodelan wabah Imperial College yang dipimpin Prof Neil Ferguson, menganalisis rawat inap dan catatan vaksin di antara semua kasus Covid-19 yang dikonfirmasi PCR di Inggris antara 1-14 Desember. Termasuk 56 ribu kasus omikron dan 269 ribu kasus varian delta.

Laporan mereka menemukan bahwa risiko berobat ke rumah sakit adalah 20-25 persen lebih rendah omikron dibandingkan delta. 40-45 persen juga lebih rendah risiko rawat inap. Lebih rendahnya risiko rawat inap akibat omikron, tampaknya diimbangi dengan berkurangnya juga efektifitas vaksin terhadap infeksi varian omikron.

“Mengingat tingginya penularan omikron, masih ada potensi layanan kesehatan untuk menghadapi peningkatan pasien, jika kasus omikron terus bertambah dalam beberapa pekan terakhir,” kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat