Spanduk Muktamar ke-34 NU terpasang di salah satu jalan protokol di Bandar Lampung, Lampung, Selasa (21/12/2021). Berbagai pernak-pernik Muktamar NU ke-34 terpasang di seluruh jalan protokol di Lampung untuk memeriahkan acara tersebut yang berlangsung di | ANTARA FOTO/Ardiansyah

Opini

Transformasi Nahdlatul Ulama

Ada tiga transformasi yang perlu dilakukan oleh NU.

HASANUDDIN ALICEO Alvara Research Center

Hasil sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 menunjukkan ada tiga generasi yang secara jumlah sangat dominan di Indonesia, yaitu Gen X, Milenial, Gen Z. Dua per tiga penduduk Indonesia berasal dari ketiga generasi ini. Gen X, 21,88 persen atau setara 58,65 juta, milenial, 25,87 persen atau setara 69,90 juta, dan Gen Z, 27,94 persen atau setara 74,93 juta.

Dalam laporan Visi Indonesia Emas 2045, Bappenas menyebutkan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada 2045 sebesar 318,9 juta jiwa dan mayoritas tinggal di perkotaan (72,8 persen). Dalam laporan tersebut juga disebutkan secara ekonomi jumlah penduduk yang masuk kategori kelas menengah mencapai 223 juta dan angkatan kerja 197,2 juta jiwa.

Dari sisi teknologi, BPS mencatat tahun 2020 pelanggan telepon seluler di Indonesia sebesar 131,66 per 100 penduduk. Artinya, satu penduduk Indonesia bisa memiliki lebih dari satu nomor seluler. Sementara itu, pengguna internet di Indonesia menurut Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia (APJI) tahun 2019-2020 mencapai 196,7 juta atau 73,7 persen dari total penduduk Indonesia.

Nahdlatul Ulama sebagai organisasi keagamaaan dengan jumlah anggota terbesar di Indonesia, survei yang dilakukan Alvara Research Center pada 2019, menunjukkan penduduk Muslim Indonesia yang menjadi anggota NU sebesar 39,4 persen, tentu terdampak dengan perubahan tersebut.

 
Survei yang dilakukan Alvara Research Center pada 2019, menunjukkan penduduk Muslim Indonesia yang menjadi anggota NU sebesar 39,4 persen.
 
 

 

Selain perubahan struktur demografi penduduk Indonesia, NU juga menghadapi tantangan lain, Pertama, mengerasnya pertentangan antara konservatisme dan liberalisme di tengah masyakat. Sebagai organisasi yang memposisikan di tengah, NU diharapkan banyak bisa memerankan dirinya sebagai bandul yang bisa meredam pertarungan dua kelompok tersebut.

Kedua, meningkatnya harapan publik terutama warga NU agar NU tidak hanya terlibat dalam konteks kehidupan sosial keagamaan, tapi juga berperan aktif dalam meningkatkan kesejahteraan warga NU yang sebagian besar masih dalam strata menengah ke bawah. Sektor ekonomi selama ini masih menjadi titik lemah dari semua program yang dimiliki NU.

Ketiga, tren digitalasi yang telah merambah ke semua sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Perkembangan internet dan teknologi informasi menjadi salah satu faktor determinan yang mempengaruhi gaya hidup dan perilaku masyarakat Indonesia.

Dengan melihat berbagai perubahan-perubahan di atas, maka Muktmar NU di Lampung kali ini memiliki posisi yang sangat strategis. Muktamar NU menjadi ajang yang tepat untuk merumuskan cetak biru strategi baru yang lebih kontekstual dengan kondisi kekinian dan tentu saja sekaligus sebagai upaya untuk mempersiapkan NU memasuki abad ke duanya.

 
Muktamar NU menjadi ajang yang tepat untuk merumuskan cetak biru strategi baru yang lebih kontekstual dengan kondisi kekinian.
 
 

 

Ada tiga transformasi yang perlu dilakukan oleh NU, yakni transformasi organisasi, transformasi digital, dan transformasi program.

Tranformasi Organisasi

Ketika lingkungan di luar oganisasi berubah secara signifikan, maka NU sebagai sebuah organisasi harus beradaptasi dan merespons perubahan tersebut dengan cepat. NU membutuhkan organisasi yang lincah, cekatan, dan efektif dalam bergerak dan melangkah.

Transformasi organisasi meliputi, pertama, struktur kelembagaan, di antaranya hubungan Syuriah dan Tanfidziah serta lembaga dan banom-banom yang di bawah NU, hubungan pengurus pusat, wilayah, dan cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.

 
NU harus membuka ruang seluas-luasnya bagi kader muda lintas profesi dan keilmuwan untuk berkiprah di jalur struktural maupun kultural.
 
 

 

Kedua, tata kelola organisasi, terutama terkait transparansi dan akuntabilitas setiap kebijakan dan program. Dan ketiga, budaya organisasi. NU betul-betul membutuhkan SDM yang memiliki budaya melayani dalam memberikan pelayanan bagi jam’iah dan jama’ah.

NU harus membuka ruang seluas-luasnya bagi kader muda lintas profesi dan keilmuwan untuk berkiprah di jalur struktural maupun kultural. Organisasi NU perlu mengadopsi bentuk organisasi yang lebih lentur, menyesuaikan dengan struktur masyarakat yang berubah.

Transformasi Digital

Pengguna internet di Indonesia semakin besar terutama di generasi muda, Survei Alvara Research Center tahun 2019 menunjukkan bahwa generasi Milenial 88,4 persen terkoneksi dengan internet. Sementara Gen Z, ada 93,9 persen terkoneksi dengan internet.

Tingkat konsumsi mereka terhadap internet juga sangat tinggi. Mereka rata-rata menghabiskan waktu 6-7 jam sehari untuk mengakses internet. Fenomena ini tidak hanya terjadi di perkotaan, tapi juga di desa-desa.

Kenyataan ini harus direspons oleh NU dengan melakukan transformasi digital secara menyeluruh. Transformasi digital ini tidak hanya sekadar membuat aplikasi digital, tapi juga lebih mengedepankan pola pikir berbasis digital.

Apa itu pola pikir digital? Kreativitas, inovasi, dan kolaborasi adalah kata kunci memasuki dunia digital.

 
Transformasi digital sangat penting dilakukan oleh NU agar nahdliyin tidak hanya menjadi objek dan konsumen produk-produk digital.
 
 

 

Transformasi digital sangat penting dilakukan oleh NU agar nahdliyin tidak hanya menjadi objek dan konsumen produk-produk digital. Transformasi digital juga sekaligus dimaksudkan untuk melindungi nahdliyin dari narasi-narasi yang menyudutkan NU yang banyak beredar di sosial media.

Selain itu, NU perlu mengakomodasi dan memberi ruang seluas-luasnya kepada talenta digital yang sekarang tumbuh subur di kalangan anak-anak muda NU. Mereka menggeluti profesi yang sepuluh tahun lalu belum ada, seperti big data analytic, robotika, artificial intelligence, dll.

Mereka saat ini banyak beredar di perusahaan-perusahaan, menjadi akademisi, atau bahkan menjadi enterprenuer di start up berbasis digital.

Transformasi Program

Berbagai program dan kebijakan NU harus berorientasi pada jamaah NU. Nahdliyin harus menjadi titik sentral berbagai program yang akan dibuat oleh NU. Kata kuncinya pelayanan, sekali lagi pelayanan. NU harus hadir melayani kembali jamaahnya.

Pendidikan, kesehatan, dan layanan keagamaan harus benar-benar dirasakan secara nyata oleh nahdliyin.

Pendirian pusat-pusat layanan jamaah harus dilakukan di mana-mana. Kantor PW/PC/MWC yang tersebar di seluruh penjuru Tanah Air bisa dijadikan sebagai pusat layanan umat. Pusat layanan yang berfungsi melayani semua kebutuhan masyarakat, mulai soal urusan keagamaan, sosial, ekonomi, dan semua hajat utama kehidupan masyarakat.

 
Kata kuncinya pelayanan, sekali lagi pelayanan. NU harus hadir melayani kembali jamaahnya.
 
 

 

Pusat layanan umat bisa mengadopsi bentuk layanan publik satu pintu yang sudah banyak diterapkan oleh berbagai pemerintah daerah dan telah terbukti secara efektif meningkatkan pelayanan pemerintah terhadap rakyatnya.

Pusat layanan umat yang dimiliki oleh NU ini akan menjadi rujukan masyarakat, mulai dari sekadar rujukan informasi keagamaan, nyari ustaz, mau menyalurkan zakat, infaq, sedekah, atau bahkan bisa juga menjadi hub inkubator UMKM.

Pertanyaannya, apakah NU mampu melakukan transformasi tersebut di atas?

 
NU memiliki kemampuan beradaptasi dengan segala perubahan zaman.
 
 

 

Bila kita berkaca pada sejarah, mengapa NU bisa bertahan puluhan tahun, sejak sebelum Indonesia merdeka hingga sekarang, maka kata kuncinya adalah NU memiliki kemampuan beradaptasi dengan segala perubahan zaman.

Kemampuan NU berdaptasi ditambah dengan sumber daya manusia yang melimpah dan ditopang oleh kepemimpinan NU yang solid dan berkualitas, serta dikawal oleh para masayikh NU kita patut optimistis NU akan mampu melewati perubahahan-perubahan yang terjadi di abad ke dua NU.

Semoga.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat