Ustaz Dr Amir Faishol Fath | Republika

Khazanah

Rahasia Perintah Shalat

Setiap kali Allah SWT memerintahkan untuk menegakkan shalat, hampir selalu menggunakan kata aqiimuu.

DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute

Setiap kali Allah SWT memerintahkan untuk menegakkan shalat, hampir selalu menggunakan kata aqiimuu (tegakkanlah) dari kata aqaama yuqiimu yang artinya berdiri tegak.

Allah SWT berfirman: “Alladziina yu’minuuna bilghaibi wa yuqiimuunash shalaata wa mimaa razaqnaahum yunfiquun.” (QS al-Baqarah: 3). Mengapa digunakan kata wa yuqiimuunash shalaata, padahal bisa digunakan kata wa yushallauun

Secara makna, kedua kata tersebut sama saja, yaitu melaksanakan shalat. Namun, dengan penggunaan kata wa yuqiimuuna, ada pesan yang lebih kuat bahwa dalam menjalankan shalat bukan sekadar ritual, tetapi dengan penuh kesungguhan, kekhusyukan, dan pelaksanaan pada waktu yang tepat juga dengan tata cara yang benar. 

Bila diperhatikan redaksi ayat di atas kita menemukan pelaksanaan shalat diletakkan setelah alldziina yu’minuuna bilghaibi (beriman kepada yang ghaib), artinya bahwa untuk membuktikan iman kepada yang gaib harus menegakkan shalat.

Karena itu, Allah telah menegaskan bahwa shalat akan terasa berat kecuali bagi orang yang menegakannya dengan khusyuk: “Wa innahaa lakabiiratun illaa ‘alal khasyiin.” (QS al-Baqarah: 45), maksud khusyuk adalah hadir ke dalam sepenuh hati dengan kesadaran iman yang tinggi.

 
Allah telah menegaskan bahwa shalat akan terasa berat kecuali bagi orang yang menegakannya dengan khusyuk
 
 

Lalu setelah itu ada pelaksanaan zakat. Bahwa untuk menjalankan zakat seorang hamba harus memenuhi kedua syarat tersebut, yaitu iman dan shalat. Maka, zakat akan ditolak jika tidak memenuhi kedua syarat tersebut. 

Ayat lain berbunyi: “Wa aqiimush shlaata.” (QS al-Baqarah: 43) ini menguatkan makna yang sama. Bahwa tidak ada artinya orang yang hidup tanpa melaksanakan shalat.

Secara fisik boleh jadi ia masih hidup, tetapi karena tidak menjalankan shalat, maka jiwanya menjadi hampa. Akalnya tidak berfungsi sehingga tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Ibarat handphone yang terputus dari operator, maka ia tidak berfungsi. Manusia juga demikian ketika tidak menegakkan shalat ia tidak berfungsi sebagai manusia karena terputus dari Allah. 

Akibat yang didapat dari terputusnya hubungan dengan Allah adalah seperti yang Allah firmankan: “Lahum quluubun laa yafqhuuna bihaa, wa lahum a’yunun laa yubshiruuna bihaa wa lahum aadzaanun laa yasma’uuna bihaa. (Mereka mempunyai hati tetapi tidak bisa paham dengan hatinya, mempunyai mata tetapi tidak bisa melihat dengannya dan mempunyai telinga tetapi tidak bisa mendengar dengannya).” (QS al-Araf: 179).

Maksudnya mereka tidak mempunyai ilmu bagaimana cara menaati Allah, tidak melihat dengan matanya bukti-bukti kebesaran Allah di alam semesta dan tidak mendengar dengan telinganya pesan-pesan Allah dalam Alquran dan pesan-pesan Rasulullah dalam hadis-hadisnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat