Pasukan keamanan Israel mengambil posisi saat bentrokan dengan warga Palestina di depan Masjid Kubah Batu, Kompleks Masjid Al Aqsa, Kota Tua Yerusalem, Jumat, (18/6/2021). | AP Photo/Mahmoud Illean

Internasional

Mereka Menyamar Agar Bisa Masuk ke Masjid al-Aqsa

Anggotanya diminta tampil seperti orang Arab agar tidak menimbulkan kecurigaan penjaga Masjid al-Aqsa

OLEH RIZKY JARAMAYA

Organisasi Returning to the Mount mendorong penganut Yahudi untuk berpura-pura melaksanakan shalat di kompleks Masjid al-Aqsa, Yerusalem. Ketua organisasi itu, Raphael Morris, mengatakan kepada Channel 13, kelompok itu menekankan kepada anggotanya untuk tampil seperti orang Arab agar tidak menimbulkan kecurigaan penjaga Masjid al-Aqsa atau Departemen Wakaf Islam, yang mengawasi tempat-tempat suci di Yerusalem.

Dalam cuplikan video yang disiarkan oleh Channel 13, seorang instruktur kelompok tersebut, Yisrael,  mengajarkan anggota kelompoknya melakukan shalat sambil diam-diam membacakan liturgi.

“Visi kami adalah untuk dapat pergi ke Temple Mount setiap saat sepanjang hari, dan pada akhirnya berhasil membangun Bait Suci dan memulihkan layanan peribadahan,” kata Morris, dilansir Middle East Monitor, Rabu (15/12). Ia bersikeras bahwa, tindakan yang dilakukannya adalah legal dan terbuka.

Sejak 2003, Israel mengizinkan pemukim Yahudi masuk ke komplek Masjid Al-Aqsa hampir setiap hari. Puluhan orang Yahudi Israel menyerbu halaman Masjid al-Aqsa dari Gerbang Mughrabi setiap hari, di bawah perlindungan polisi pendudukan Israel, dan melakukan tur serta melakukan ibadah Talmud.

photo
Pramuka Palestina memainkan musik guna memeringati Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Kubah Batu di kompleks Masjid al-Aqsa, Selasa (19/10/2021). - (AP Photo/Mahmoud Illean)

Masjid al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga bagi umat Islam di dunia. Sementara, orang-orang Yahudi menyebut kompleks itu sebagai Temple Mount, dan mengklaim bahwa wilayah Al-Aqsa adalah situs dari dua kuil Yahudi di zaman kuno.

Pada Oktober lalu, pengadilan Magistrat Israel memutuskan untuk mendukung orang-orang Yahudi yang berdoa di kompleks Masjid al-Aqsa. Pengadilan Magistrat Israel tidak menganggap kegiatan orang Yahudi di kompleks Masjid al-Aqsa sebagai tindakan kriminal.

Keputusan pengadilan Israel tersebut membuat warga Palestina khawatir bahwa kompleks Masjid Al-Aqsa akan dikuasai oleh warga Yahudi. Keputusan pengadilan Israel telah melenceng dari kesepakatan lama, yaitu umat Islam beribadah di Al-Aqsa sementara orang Yahudi beribadah di Tembok Barat di sekitar kompleks Masjid Al-Aqsa.

Perdana Menteri Palestina Mohammad Ibrahim Shtayyeh telah meminta Amerika Serikat (AS) untuk memenuhi janjinya dalam mempertahankan status quo kompleks Masjid Al-Aqsa.

"Kami memberikan peringatkan kepada Israel atas upaya untuk memaksakan realitas baru di Masjid Suci Al-Aqsa," kata Shtayyeh, dilansir Aljazirah.

Yordania, menyebut keputusan itu sebagai pelanggaran serius terhadap status historis dan status hukum Masjid Al-Aqsa. Yordania memiliki peran sebagai penjaga Al-Aqsa yang diakui dalam perjanjian damai 1994 antara Amman dan Israel.

Seorang pengacara dan ahli hukum di Yerusalem, Khaled Zabarqa,  mengatakan, sistem peradilan Israel tidak memiliki yurisdiksi hukum untuk mengatur Masjid Al-Aqsa dan untuk mengubah status quo. Dari sudut pandang hukum, keputusan itu batal.

Kompleks Masjid Al-Aqsa berada di Kota Tua di Yerusalem Timur yang berstatus pendudukan. Kompleks tersebut merupakan bagian dari wilayah yang direbut Israel dalam perang 1967. 

Sementara Palestina ingin negaranya kelak terdiri atas Jalur Gaza dan Tepi Barat dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Perbatasan wilayah ini menjadi konsensus internasional untuk Negara Palestina. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat