Ilustrasi teknologi Blockchain | Pixabay

Inovasi

Lembaran Baru Teknologi Internet 

Banyak harapan dalam pengembangan web 3,0 untuk masa depan internet yang lebih baik. 

Di dekade 90-an, internet mulai datang dan dikenal sebagai salah satu teknologi baru. Seiring perjalanan waktu, internet kian populer hingga kini menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian masyarkat dunia. 

Tak banyak yang menyadari, internet sebenarnya juga mengalami evolusi. Sejak pertama diperkenalkan pada 1990 oleh Tim Berners-Lee, teknologi web masih bersifat read-only

Kemudian, pada Web 2.0, internet mulai bergerak bergerak ke arah read-write, sedangkan pada Web 3.0, pengembangan teknologi internet lebih bergerak ke arah hubungan manusia ke manusia, manusia ke mesin, dan mesin ke mesin. 

Saat ini, kita berada di era web 2.0, namun dengan situasi dimana kehadiran web 3.0 sudah berada di depan mata. Dikutip dari Forbes, Rabu (8/12), web// 3.0 adalah internet generasi ketiga yang memungkinkan aplikasi memproses informasi dengan cara seperti manusia yang cerdas melalui teknologi seperti pembelajaran mesin (ML), big data atau teknologi buku besar terdesentralisasi alias blockchain

Seniman sekaligus peneliti dari Universitas New York Mat Dryhurst, menjelaskan, saat ini kita berada di era web 2.0 dan ada sekelompok kecil perusahaan yang memiliki kekuasaan begitu besar. Nama-nama seperti Google, Twitter, dan Facebook, begitu mendominasi dan mendapatkan keuntungan yang demikian besar. 

photo
Sistem komputasi Blockchain (Ilustrasi) - (Unsplash/Ilya Pavlov )

“Meskipun kita sebagai pengguna internet memiliki kontribusi yang tidak sedikit atas kesuksesan Google dan raksasa teknologi lainnya, tapi hal ini tidak memnerikan kita imbas sedikitpun,” ujar Dryhurst dikutip dari npr.org

Menurutnya, hal inilah yang kemudian membuat konsep web 3.0 berkembang. Di antaranya, adalah harapan untuk pengulangan internet dengan jaringan sosial baru, mesin pencari, dan pengusa pasar yang tidak mendominasi. 

Konsep desentralisasi yang dibangun di atas teknologi blockchain pun menjadi penopang utama teknologi web 3.0. Di dunia web 3.0, orang-orang akan mampu mengontrol data mereka sendiri dan berpindah dari media sosial ke surel, lalu belanja menggunakan satu akun yang dipersonalisasi. 

Kemudian, membuat catatan publik di blockchain dari semua aktivitas yang dilakukan tersebut. “Bagi kebanyakan orang, itu terdengar seperti voodoo,” kata Olga Mack yang merupakan pengusaha dan dosen blockchain di University of California, Berkeley, Amerika Serikat (AS). 

"Tetapi ketika Anda menekan tombol untuk menyalakan lampu, apakah Anda mengerti bagaimana listrik dibuat? Anda tidak perlu tahu bagaimana listrik bekerja untuk memahami manfaatnya. Sama halnya dengan blockchain,” lanjutnya. 

Percikan Kelahiran Metaverse 

photo
Pemanfaatan teknologi virtual reality - (Dok WIR Group)

Dunia blockchain dan industri kriptografi, saat ini juga diwarnai oleh lahirnya metaverse. Beberapa waktu lalu, Chief Technology Evangelist WIR Group, Preben Wik, menjadi pembicara dalam topik “Technologies Transforming The Future” pada rangkaian acara Uludag Economy Summit 2021. 

Uludag Economy Summit 2021 adalah ajang pertemuan bergengsi di Turki yang menampilkan berbagai pakar untuk berbicara tentang ekonomi, bisnis, teknologi, dan masa depan. Kali ini, gelaran Uludag Economy Summit digelar di tengah krisis ekonomi yang tengah melanda Turki dengan inflasi yang tinggi dan nilai tukar mata uang Lyra yang tengah merosot. 

Teknologi pun menjadi salah satu sektor yang ingin dikembangkan. Terutama dengan makin ramainya dunia metaverse sebagai dunia rintisan baru bagi umat manusia. “Visi kami untuk masa depan adalah bahwa interaksi manusia di dunia metaverse tidak akan berbeda jauh dengan di dunia nyata.

Hal ini juga akan membuat teknologi lebih manusiawi, dan tata krama interaksi di dunia metaverse pun niscaya akan selaras, atau bahkan bisa lebih baik, dari di dunia fisik kita,” ujar Preben, dalam keterangan pers yang diterima Republika

Ia menambahkan, pengimplementasian augmented reality dan virtual reality akan berperan penting dalam interaksi di dunia metaverse. Di mana manusia akan diwakili oleh avatar nya. 

WIR Group sendiri sebagai perusahaan metaverse asal Indonesia telah mengembangkan dan menghasilkan proyek berbasis augmented reality di lebih dari 20 negara sejak 2009.

Menurut Preben yang juga adalah co-founder dari Furhat Robotics, saat ini warga dunia sudah mulai perlu membicarakan dengan serius tentang bagaimana dan dalam hal apa kecerdasan artifisial (AI) bisa dimanfaatkan. Sehingga kita bisa merancang masa depan dunia dengan lebih baik di dunia metaverse yang sudah ada di depan mata.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat