Massa aksi Reuni 212 memadati kawasan Tanah Abang, Jakarta, Kamis (2/12/2021). Massa membubarkan diri sekitar pukul 10.00 WIB setelah berusaha melakukan aksi damai di kawasan Monumen Nasional. | Republika/Thoudy Badai

Kisah Dalam Negeri

Janji Rekrutmen Santri Sebagai Tentara di Reuni 212

Massa aksi reuni 212 yang bertujuan ke Patung Kuda gagal berkumpul dan tersebar di banyak lokasi.

OLEH ZAINUR MAHSIR RAMADHAN

Pandemi Covid-19 memang belum usai, saat massa aksi reuni 212 mencoba kembali berkumpul di Patung Kuda, Jakarta Pusat, Kamis (2/12). Reuni ini menjadi kali kesekian, setelah terakhir kali dilakukan pada 2 Desember 2019 silam.

Berdasarkan pengakuan panitia Persatuan Alumni (212) 2021 ini, laporan dan izin memang telah dilayangkan sejak jauh-jauh hari. Aral melintang, pihak kepolisian dan Satgas Covid-19, tak memberikan izin aksi tersebut dan langsung bersiap memutus akses menuju Patung Kuda sehari sebelum aksi 212 dilakukan.

Salah satu massa aksi reuni 212 asal Tangerang, Agus (45 tahun), hanya bisa berkeluh kesah ketika dia bersama rombongan dipaksa membubarkan diri saat hendak menuju Patung Kuda. Dia mengatakan, sejak awal kedatangan dan berkumpul di sekitaran Stasiun Gambir, pihak kepolisian memang sudah melerai rombongan agar tidak berkerumun.

“Giliran demo buruh malah disambut. Kami hanya ingin berkumpul dengan saudara Muslim, malah dilarang,” keluh Agus saat ditemui Republika di lokasi, Kamis (2/12).

Menurutnya, hal itu merupakan ketidakadilan. Kekesalan Agus semakin memuncak, saat dia mencoba menemui massa aksi reuni 212 yang tersebar, namun terus dilempar-lempar oleh aparat bertugas.

Muhammad Arief (55) yang datang bersama keluarga besarnya dari Depok, Jawa Barat, juga mengatakan hal serupa. Arief menekankan makna reuni 212 bagi dirinya sendiri. “Kami ingin berkumpul dengan Muslim dari banyak wilayah di Indonesia. Kami seperti Muslim yang terpinggirkan di negeri sendiri,” ujar dia.

Berdasarkan pantauan Republika, massa aksi reuni 212 yang bertujuan ke Patung Kuda gagal berkumpul dan tersebar di banyak lokasi. Meski demikian, di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, terpantau mobil komando lengkap dengan beberapa pengamanan dari orang-orang berbaju putih di depannya.

Mereka, terus mencoba mengumpulkan massa yang tersebar untuk tetap bergerak menuju Patung Kuda, walaupun, akses menuju titik tersebut ditutup sejak Rabu (1/12) malam.

Mobil komando, akhirnya terus melaju sepanjang jalan Kebon Sirih dan berputar hingga MH Thamrin, tepat di depan Sarinah. Di lokasi tersebut, aparat kepolisian dan TNI lengkap dengan kendaraan bermotor dan senjata lengkap terus mencoba membubarkan massa. 

photo
Massa aksi Reuni 212 memadati kawasan Tanah Abang, Jakarta, Kamis (2/12/2021). Massa membubarkan diri sekitar pukul 10.00 WIB setelah berusaha melakukan aksi damai di kawasan Monumen Nasional. - (Republika/Thoudy Badai)

Di lokasi, Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Sambodo Purnomo Yogo mengatakan, upaya membubarkan massa itu agar menghindari kerumunan. Menurut dia, hal itu jelas akan mengganggu arus lalu lintas dan menciptakan kerumunan-kerumunan lainnya. “Kita imbau untuk tinggalkan lokasi di Kebon Sirih," ujar Sambodo di lokasi.

Dia menambahkan, dari berbagai massa itu sebagian besar bergerak dari bilangan Budi Kemuliaan, Tanah Abang, menuju ke Jalan Kebon Sirih. Namun demikian, dia menegaskan, hingga pukul 11.00 WIB memang masih ada massa reuni 212 yang terlihat di beberapa lokasi, di antaranya Stasiun Tanah Abang dan Jalan Kebon Sirih.

Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212, Slamet Ma’arif, menyatakan tiga tuntutan dalam aksi tersebut. Dalam orasinya di atas mobil komando, dia menuntut penghentian kriminalisasi ulama, meskipun, tak menyinggung tokoh tertentu. “Kita hari ini aksi bela ulama, nggak boleh ada ulama yang dizalimi dengan kasus yang dibikin-bikin,” kata Slamet di lokasi.

Tuntutan kedua, kata dia, pihaknya menyuarakan pembelaan kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) usai muncul narasi untuk membubarkan MUI. Menurut dia, salah satu anggota fatwa MUI yang ditangkap Densus 88, tidak bisa menjadi dasar pembubaran MUI.

photo
Petugas gabungan TNI, Polri berjaga di lokasi penutupan Jalan M.H Thamrin, Jakarta (2/12/2021). Penutupan akses jalan menuju Monumen Nasional (Monas) dan Patung Kuda tersebut dilakukan sebagai antisipasi kerumunan peserta massa aksi Reuni 212. Republika/Thoudy Badai - (Republika/Thoudy Badai)

Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Dudung Abdurahman, mendatangi lokasi massa aksi 212 di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Dalam kesempatan itu, Dudung menyebut jika dirinya berencana merekrut prajurit tamtama hingga perwira khusus para santri.

“Saya akan merekrut prajurit baik tamtama maupun perwira ini khusus para santri. Dari pesantren-pesantren termasuk dari lintas agama, khususnya dari Muslim. Kenapa saya merekrut ini, karena saya yakin kalau dari pesantren, yang sudah dididik agama sudah pasti terjaga masalah akhlak,” kata Dudung di lokasi.

Dudung mengatakan, hal itu menjadi misinya untuk berpedoman kepada delapan wajib TNI. Utamanya, untuk ramah dan bersikap sopan dan adil ke semua kelompok. “Ini bisa dilakukan kalau akhlak itu bagus, kalau kepribadiannya itu bagus. Maka nanti saya akan merekrut khusus Santri,” katanya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat