Keluarga berdoa diatas pusara mantan atlet bulutangkis Hj. Verawaty Fajrin usai dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Ahad (21/11). Verawaty Fajrin meninggal dunia di usia 64 tahun setelah sempat menjalani perawatan akibat penyakit kanker paru-p | Republika/Thoudy Badai

Olahraga

Beristirahatlah dengan Tenang, Mbak Vera

Kabar mangkatnya Verawaty sontak menyedot perhatian.

OLEH FITRIYANTO 

Mega mendung benar-benar menyelimuti dunia bulu tangkis Indonesia akhir pekan kemarin. Kepastian Indonesia nirgelar di ajang Daihatsu Indonesia Masters 2021 membuat siapa pun patah hati. 

Namun, beberapa jam sebelumnya, selimut duka sudah terbentang lebih dulu di langit Indonesia. Ini berkaitan dengan kabar wafatnya mantan pebulu tangkis dunia Verawaty Fajrin yang berseliweran di pagi buta.

Verawaty adalah legenda. Namanya begitu harum dalam dunia bulutangkis di Indonesia. Prestasinya mengangkat citra negeri di mata dunia. Kabar mangkatnya Verawaty sontak menyedot perhatian.

Hingga akhirnya keluarga memastikan kabar tersebut dengan menginformasikan bahwa Verawaty mengembuskan napas terakhirnya pada usia 64 tahun di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta, pukul 06.58 WIB.

Verawaty layak dikenang. Sederet prestasi bertinta emas mampu ia tuliskan atas nama Indonesia di kancah dunia.

Selama bermain, sosok yang lahir pada 1 Oktober 1957 ini pernah tampil di sektor tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran. Di ketiga kategori itu, ia meraih sejumlah gelar.

Ucapan belasungkawa pun mengalir. "Keluarga Besar Komunitas Bulu Tangkis Indonesia (KBI) menyampaikan ucapan turut berbelasungkawa atas meninggalnya pahlawan bulutangkis Indonesia, Verawaty Fadjrin. Almarhumah adalah pemain yang memiliki prestasi besar di pentas bulu tangkis dunia," kata Ketua KBI Hariyanto Arbi.

Dari sederet prestasi multisektor, Verawaty pernah sangat berjaya bersama pasangannya di ganda putri, Imelda Wiguna. Sensasional, Verawaty dan Imelda berhasil menaklukkan dunia kala itu. Bersama Imelda, Verawaty menjadi juara All England 1979 setelah menekuk Atsuko Tokuda/Mikiko Takada (Jepang). Bersama Imelda pula Verawaty sukses merebut medali emas Asian Games VIII 1978 di Bangkok. 

Tak ayal, rasa sedih mendalam dirasakan Imelda saat mendengar kabar berpulangnya sang mantan rekan seperjuangan. Imelda pun berbagi kenangan. Dari sekian banyak, yang paling berkesan adalah ketika keduanya menangis di Bangkok, Thailand, pada 1978. Itu adalah tangis kebahagiaan setelah mempersembahkan medali emas untuk Indonesia di pentas Asia.

"Kami mewek (menangis—Red) bareng di podium tertinggi Asian Games 1978 Bangkok. Terharu mampu mempersembahkan emas untuk Indonesia," ujar Imelda ketika dihubungi Republika, Ahad (21/11).

Imelda yang ketika dihubungi sedang dalam perjalanan menuju TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, bercerita, pertemuan pertama dengan Verawaty terjadi pada 1976. "Saat itu dia pemain baru, Pelatnas saat itu di GOR Kemakmuran, Jakarta, karena Senayan sedang direnovasi. Dia pemain paling junior. Kami berpasangan akhir tahun 1976," kenang Imelda.

"Saya sempat keluar Pelatnas, namun kemudian masuk lagi. Tahun 1977 saya kembali berpasangan dengan Vera. Debut SEA Games 1977 mampu lolos semifinal. Maret 1978 kami ikut tur Eropa dan berhasil hat-trick juara di Belanda, Denmark, dan Skotlandia," kata dia menambahkan.

Dahulu, keduanya sering bermain rangkap. Imelda tampil di ganda putri dan ganda campuran, sementara Vera main di tunggal putri dan ganda putri. "Satu hal luar biasa, meski main rangkap, Vera tetap konsentrasi, tidak fokus tunggal saja, tetapi semua sektor yang diikuti sangat bertanggung jawab," kata dia.

Selepas pensiun, Vera sempat melatih di PB Ragunan. Ia juga masuk menjadi tim pelatih di Pelatnas PBSI Cipayung era kepemimpinan Joko Santoso, tapi kemudian keluar setelah Gita Wirjawan menjadi ketua umum.

Seiring bertambahnya usia, kegiatan Vera di bulu tangkis makin berkurang. Namun, ia ikut membawa obor jelang Asian Games 2018, mendampingi Presiden Joko Widodo.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Erick Thohir (erickthohir)

Selama setahun ke belakang, kesehatannya memburuk. Kanker paru-paru yang dideritanya membuat kondisi Vera menurun. Ia sempat kesulitan mendapatkan ruang perawatan karena bersamaan dengan merebaknya Covid-19. 

Dengan bantuan pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga, Vera akhirnya mendapatkan perawatan terbaik di RS Dharmais sejak 17 September lalu. Sejumlah bantuan mengalir untuk Vera. Banyak tokoh menjenguk, salah satunya Menteri BUMN Erick Thohir. Namun, setelah dua bulan dirawat, Vera akhirnya berpulang.

Erick pun menjadi sosok yang turut merasakan duka. "Saya turut berduka cita sedalam-dalamnya atas meninggalnya Mbak Verawaty Fadjrin, legenda bulu tangkis Indonesia," tulis mantan ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) itu.

"Teringat pertemuan terakhir kami belum lama ini, Mbak Vera bersemangat untuk menjalani pengobatan. Semoga Allah SWT mengampuni segala dosanya dan memberikan tempat yang terbaik di sisi-Nya," kata Erick.

Verawaty kini telah dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Beristirahatlah dengan tenang, Mbak Vera.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat