Calon penumpang pesawat terbang melakukan pemindaian kode batang melalui aplikasi PeduliLindungi sebelum memasuki area Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, Selasa (26/10/2021). Pemerintah sempat menjadikan tes PCR syarat wajib perjalanan untuk pengg | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Kabar Utama

Menkes: Libur Nataru Penentu Laju Pandemi

Agar kasus Covid-19 tak melonjak lagi, Budi meminta semua pihak menjalankan tiga langkah pencegahan.

JAKARTA -- Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang diperingati setiap 12 November diharapkan menjadi momentum semua pihak untuk bersama-sama memulihkan sektor kesehatan dari dampak pandemi Covid-19.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, libur Natal dan tahun baru (Nataru) 2021 akan menjadi ujian selanjutnya bagi Indonesia dalam mengendalikan pandemi. Tren penambahan kasus Covid-19 di Indonesia berada di bawah 1.000 kasus per hari sejak 4 Oktober 2021. Bahkan, kasus harian tercatat hanya di kisaran 500 kasus sejak 6 November lalu berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19. 

Dalam wawancara eksklusif dengan Republika, Kamis, Presiden Joko Widodo juga menekankan, Indonesia harus amat berhati-hati pada akhir tahun. Presiden meminta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy untuk membuat kebijakan yang efektif. “Tidak usah pakai penyekatan (mobilitas), tapi terkontrol,” kata Presiden.

Pandemi di Tanah Air, sambung Menkes, akan benar-benar terkendali apabila lonjakan kasus Covid-19 bisa diredam saat libur hari besar, seperti libur Natal (juga tahun baru) dan Idul Fitri. "Kalau kita berhasil melewati dua hari besar nanti, insya Allah, Indonesia sudah bisa mengendalikan pandemi ini. Ujiannya memang akan terjadi di dua hari besar tersebut," kata Budi saat upacara peringatan ke-57 Hari Kesehatan Nasional di Jakarta, Jumat (12/11).

Agar kasus Covid-19 tak melonjak lagi, Budi meminta semua pihak menjalankan tiga langkah pencegahan. Pertama, menjalankan protokol kesehatan secara disiplin, yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Kedua, melakukan pelacakan kasus. Tenaga kesehatan harus terus mendidik masyarakat agar mau menjalani tes Covid-19, pelacakan, dan karantina jika terbukti positif. 

Adapun langkah ketiga adalah mendorong masyarakat mengikuti vaksinasi. "Ketiga langkah itu sangat diperlukan agar kita bisa melampaui potensi lonjakan di liburan Nataru dan liburan Lebaran nanti," kata Budi.

Budi menilai saat ini masih banyak masyarakat yang abai terhadap prokes. Padahal, meski pandemi mulai terkendali, masyarakat tetap harus mematuhi prokes agar pandemi Covid-19 bisa menjadi endemi. 

Ia menyampaikan, hasil evaluasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 18 Juli 2021 memperlihatkan sebanyak 3,7 juta kasus pelanggaran prokes di area pasar. Kemudian, sebanyak 1,5 juta pelanggaran di kantor, 1,2 juta pelanggaran di jalan umum, 334 ribu pelanggaran di rumah, dan 281 ribu pelanggaran di restoran. 

Oleh karena itu, Budi berharap seluruh masyarakat mematuhi prokes, mengurangi mobilitas, dan ikut vaksinasi Covid-19 hingga dosis lengkap. Semua itu diyakini akan membawa transisi epidemiologi dari pandemi menjadi endemi di Indonesia. “Semoga peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-57 ini menjadi awal pulihnya berbagai sektor di masyarakat sehingga Indonesia bisa kembali sehat dan kembali tumbuh,” kata Budi. 

photo
Wadir Pelayaan RSUD dr. Iskak Tulungagung Zuhrotul Aini (kanan) bersama jajaran melakukan ziarah tabur bunga ke makam tenaga kesehatan yang meninggal akibat Covid-19 di pemakaman Desa Winong, Tulungagung Jawa Timur, Kamis (11/11/2021). Kegiatan tabur bunga pada 18 makam nakes korban Covid-19 itu digelar dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional yang jatuh pada 12 November sekaligus untuk mengenang jasa mereka sebagai pahlawan kesehatan. - (ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko)

Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes Abdul Kadir berharap HKN 2021 dapat menjadi momentum untuk mengedukasi, mengubah perilaku, dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan dan vaksinasi Covid-19. Kemenkes, kata dia, mengapresiasi semua pihak yang telah berkontribusi dalam penanganan pandemi Covid-19 ini.

Abdul menambahkan, pihaknya kini juga berupaya mendorong penguatan fasilitas layanan kesehatan dalam rangka mendorong kesehatan promotif dan preventif. “Sehingga seluruh komponen masyarakat dapat kembali produktif di era adaptasi kebiasaan baru,” katanya.

Asisten Deputi Kedaruratan dan Manajemen Pascabencana Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Nelwan Harahap mengatakan, Kemenko PMK masih merancang aturan pembatasan aktivitas masyarakat saat libur Nataru. Namun, aturan tersebut tak akan membatasi aktivitas masyarakat terlalu banyak.

"Kita memang tidak berharap untuk menekan lebih banyak aktivitas masyarakat karena prinsipnya ekonomi harus tetap jalan dengan pelaksanaan protokol kesehatan yang konsisten dan dapat dilaksanakan secara luas," kata Nelwan dalam diskusi daring di akun Youtube Forum Merdeka Barat, Jumat (12/11).

Peraturan tentang pembatasan tersebut masih dalam pembahasan. Kemenko PMK akan segera mengundang pihak-pihak terkait untuk membicarakan hal-hal teknis dalam aturan tersebut, termasuk membicarakan pembagian peran dengan pemerintah daerah yang merupakan ujung tombak dalam pengendalian protokol kesehatan masyarakat. "Hasil kebijakan ini nanti akan kita sosialisasikan secara luas," ujarnya.

Menurut Nelwan, sebenarnya pemerintah sudah mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 saat libur Nataru dengan mengeluarkan dua kebijakan. Pertama, penghapusan cuti bersama tanggal 24 Desember 2021. "Ini diharapkan dapat mengurangi pergerakan masyarakat untuk memanfaatkan libur akhir tahunnya," ujarnya.

Kedua, Nelwan melanjutkan, pemerintah membuat kebijakan yang melarang aparatur sipil negara (ASN) mengambil cuti saat momen akhir tahun. "Hal ini diharapkan juga bisa menunda niat masyarakat bepergian memanfaatkan libur akhir tahunnya," kata dia.

Harus berjuang

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir turut menyampaikan pesan di peringatan HKN. Haedar mengatakan, Indonesia masih harus berjuang memajukan kesehatan bangsa di tengah pandemi Covid-19.

Menurut dia, mengembangkan sistem kesehatan nasional yang tangguh dan dapat menyejahterakan kesehatan rakyat menjadi agenda strategis, terutama untuk mengatasi masalah-masalah krusial di bidang kesehatan di negeri ini. "Apalagi di saat pandemi Covid-19 yang kian menambah berat beban dunia kesehatan, yang meniscayakan usaha simultan dalam mengatasi dan mengakhirinya," kata Haedar, kemarin. 

photo
Warga berjalan di depan mural bertema penanganan Covid-19 di Mojosongo, Solo, Jawa Tengah, Jumat (12/11/2021). Melalui momentum Peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) 12 November 2021 Kementerian Kesehatan kembali mengimbau masyarakat agar senantiasa mematuhi protokol kesehatan dengan selalu mengenakan masker, mencuci tangan dan menjauhi kerumunan harapannya agar Indonesia sehat dan bebas dari Covid-19. - (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)

Oleh karena itu, ia berharap Hari Kesehatan Nasional dapat menjadi momentum seluruh komponen bangsa untuk bersama-sama membangkitkan gerakan kesehatan. Ia mengatakan, penularan Covid-19 memang mulai melandai dan Indonesia termasuk yang berhasil menekan angka Covid-19 melebihi negara-negara lain. Namun, Haedar menegaskan, pandemi belum berakhir. 

Haedar menambahkan, negara dan warga bangsa juga perlu memberikan penghargaan kepada para tenaga kesehatan dan sukarelawan yang berjiwa pahlawan dalam menghadapi pandemi. "Mereka berada di garis depan sekaligus benteng terakhir melawan Covid-19 yang mematikan. Demikian halnya dengan ikhtiar seluruh pihak yang berjibaku bersama dalam mengatasi pandemi yang menjadi musibah besar bangsa Indonesia dan warga dunia," ujar Haedar.

Muhammadiyah, ujar Haedar, termasuk organisasi kemasyarakatan dan keagamaan yang bergerak di garda depan dalam usaha mengatasi pandemi sejak awal wabah ini terjadi di negeri ini.

"Seluruh komponen Muhammadiyah, melalui MCCC, ‘Aisyiyah, organisasi otonom, majelis dan lembaga, amal usaha, serta seluruh warga berkiprah nyata menghadapi musibah berat tersebut, termasuk dalam memberikan panduan keagamaan dan beribadah di saat pandemi serta usaha mengatasi dampaknya," kata Haedar. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat