Ilustrasi banjir. | ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid

Bodetabek

Banjir Kepung Jakarta

Peran lurah dan camat sangat penting dalam penanggulangan banjir.

JAKARTA – Hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi mengguyur sejumlah wilayah ibu kota negara dan daerah penyangganya. Dampaknya, hujan yang turun sejak kemarin Ahad-Senin (7-18/11) itu menyebabkan terjadinya banjir dan genangan dengan ketinggian 50-200 sentimeter. Sejumlah warga pun dikabarkan mengungsi ke tempat yang lebih aman, meski tidak dilaporkan ada korban jiwa.

Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, masih ada sekitar 67 RT yang masih terendam air di seluruh wilayah DKI hingga Senin siang. “Informasi genangan saat ini ada 67 RT atau 0,220 persen dari 30.470 RT yang ada di DKI Jakarta,” kata Kapusdatin Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) DKI Jakarta Mohammad Insaf, kepada awak media, Senin (8/11).

Dari 67 RT itu, sekitar 52 di antaranya merupakan wilayah dari Jakarta Timur. Sedangkan sisanya, berada di Jakarta Selatan.

Khusus pengungsi, ada sekitar 65 jiwa dari 15 kepala keluarga (KK). Berdasarkan informasi, lokasi pengungsian berada di Aula Kantor Kelurahan Kampung Melayu dan Aula Masjid Ittihadul Ikhwan RW 008, Kampung Melayu.

Tak hanya di Ibu Kota, hujan dengan intensitas tinggi juga menyebabkan sejumlah wilayah di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) terendam banjir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangsel mencatat ada tujuh titik banjir yang ketinggian airnya mencapai hingga 100 sentimeter (cm).

“Ada tujuh titik kejadian banjir di Tangsel,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Tangsel Urip Supriatna saat dihubungi Republika.

Terkait penyebab banjir yang terjadi di ketujuh lokasi, Urip mengatakan, notabene lantaran kondisi hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi sejak siang hari. “Penyebabnya karena intensitas hujan lebat pada pukul 14.00 WIB dengan durasi kurang lebih satu jam, sehingga drainase tidak dapat menampung debit air,” ujarnya.

Pihak BPBD Kota Tangsel masih melakukan pendataan terkait jumlah warga yang terdampak dari kejadian banjir tersebut. Berdasarkan data sementara yang diperoleh, tidak ada korban jiwa serta nihil warga yang mengungsi.

Sementara, dari Bogor dilaporkan, Pemkot Bogor didesak agar membunyikan alarm siaga bencana, dengan menyiagakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor dan optimalisasi dana Bantuan Tidak Terduga (BTT) untuk tanggap bencana. Hal itu menyusul angka bencana alam yang tinggi di Kota Bogor sejak awal November.

“Alarm siaga bencana harus dibunyikan. BPBD harus standby dan selalu on call, siaga penuh dalam tanggap bencana dengan merespons cepat aduan warga,” kata Ketua DPRD Kota Bogor, Atang Trisnanto, Senin (8/11).

Tak hanya itu, Atang menyebutkan, peran lurah dan camat sebagai aparatur wilayah juga sangat penting dalam penanggulangan bencana ini. Menurut Atang, sebagai aparatur wilayah para camat dan lurah paham akan situasi wilayah masing-masing.

Berdasarkan catatan dari BPBD Kota Bogor, terdapat 24 bencana alam yang terjadi dalam sehari pada Ahad (7/11) kemarin. Adapun bencana terdiri dari sembilan kejadian tanah longsor, 11 kejadian banjir lintasan, satu kejadian pohon tumbang, satu kejadian rumah roboh, satu kejadian Tembok Penahan Tanah (TPT) ambruk, dan satu kejadian pondasi retak.

Masih terkait bencana hidrimeteoroligi, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Depok telah memetakan 22 titik banjir dan longsor akibat hujan deras. Puluhan titik tersebut sebagian sedang ditangani, sebagian lagi masih dikoordinasikan.

Menurut Citra, penanganan banjir dan longsor di sejumlah titik ini dikerjakan secara bertahap. Hal itu karena terbatasnya jumlah personel.

Ditemui terpisah, Menteri Sosial Tri Rismaharini menyebut, skema penyaluran logistik bagi korban banjir berbeda-beda di setiap daerah. Di Jakarta, kata dia, penyalurannya tak perlu dengan membuat gudang logistik (buffer stock), tapi cukup dengan menggunakan perahu.

Risma menjelaskan, ketika bencana berupa banjir ataupun tanah longsor melanda suatu wilayah, pihaknya akan berupaya memastikan semua warga terdampak mendapatkan makanan. Untuk wilayah yang akses jalannya rawan terputus ketika bencana, pihaknya akan membuatkan gudang logistik.

"Kalau di Jakarta mungkin tidak seperti itu. Hanya butuh perahu, misalkan," kata Risma kepada wartawan di Jakarta, Senin (8/11).

Dalam kesempatan sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut, Jakarta tidak boleh banjir apabila curah hujan tak lebih dari 100 milimeter per hari. Jika curah hujan lebih dari 100 milimeter, dia menargetkan banjir sudah harus surut dalam enam jam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat