Sejumlah pekerja melakukan pengawasan dan pemeriksaan operasional di area sumur panas bumi situs Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lahendong Unit 5-6, Tompaso, Minahasa, Sulawesi Utara, Jumat (30/7/2021). PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) me | ANTARA FOTO/Adwit B Pramono/aww.

Ekonomi

RI Bangun Sentra Industri Energi Hijau

Jawa Barat menjadi pilot project sentra industri energi hijau dalam negeri.

JAKARTA — Indonesia berencana membangun sentra industri yang berbasis energi hijau. Langkah ini sesuai dengan rencana pemerintah mengurangi emisi karbon dan juga menangkap peluang investor yang lebih memilih pengembangan industri berbasis energi bersih.

"Pemerintah mengembangkan tiga wilayah percontohan yang bebentuk sentra industri berbasis green energy. Tiga wilayah tersebut adalah Jawa Barat, Sumatra Selatan, dan Banten,” kata Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I Pahala Nugraha Mansury kepada Republika, Senin (8/11).

Dunia industri saat ini sangat teliti soal emisi karbon. Sebab, di beberapa negara diterapkan pajak karbon bagi para industri yang menghasilkan karbon, sedangkan di Indonesia sendiri pajak karbon rencananya juga akan diterapkan pada tahun depan.

Kondisi ini menjadi kunci daya tarik bagi para investor berinvestasi di Indonesia. Ia mengatakan, Indonesia sudah punya sentra industri yang sumber energinya, dalam hal ini salah satunya adalah pasokan listrik yang berbasis energi bersih.

"Kita akan kerja sama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Pertamina Power Indonesia, dan beberapa kawasan industri BUMN dan swasta mengembangkan sentra industri berbasis green energy untuk menangkap peluang ini," ujar Pahala.

Pahala menyebutkan, Jawa Barat sebagai wilayah pilot project pertama sudah tersedia pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) baik yang dioperasikan oleh PLN dan Pertamina. Begitu juga di Sumatra Selatan.

Coporate Secretary Subholding Power and Renewable Energy Pertamina Dicky Septriadi menyetujui rencana tersebut. Sebab, kata Dicky, potensi kapasitas terpasang pembangkit EBT yang ada saat ini juga mampu memenuhi kebutuhan listrik sektor industri.

"Terkait potensi tersebut, tentunya kita akan support karena aspirasi dari Kementerian BUMN selaku ultimate shareholder kita," kata Dicky kepada Republika.

Saat ini Subholding Power & NRE sudah banyak mengoperasikan pembangkit berbasis EBT. Untuk di Jawa Barat sendiri, sudah ada PLTP Kamojang dengan kapasitas 235 megawatt (MW).

Sementara di Sumatra Selatan, Dicky menambahkan, Pertamina punya PLTP Lumut Balai dengan kapasitas terpasang 55 MW. Selain itu, ada PLTP Ulubelu dengan kapasitas terpasang 220 MW.

Senada dengan Pertamina, PLN juga menangkap potensi pengembangan sentra industri berbasis green energy dengan antusias. EVP Komunikasi Korporat dan TJSL PLN Agung Murdifi mengatakan, kapasitas terpasang pembangkit EBT yang ada saat ini mampu mendukung kebutuhan listrik sektor industri.

PLN sejak lama sudah memanfaatkan pembangkit energi baru terbarukan. Saat ini, PLN mempunyai total kapasitas terpasang EBT sebesar 12,5 persen. Bauran terbesar berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yaitu sebesar 6,6 persen dari bauran energi nasional.

Sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021–2030, PLN berkomitmen terus mendorong pemanfaatan EBT dan mencapai target 23 persen pada 2025.

“Pengembangan EBT dilakukan dengan tetap memperhatikan keseimbangan antara supply dan demand, kesiapan sistem kelistrikan, keekonomian, serta harus diikuti kemampuan domestik untuk memproduksi EBT,” kata Agung.

Salah satu proyek yang saat ini sedang dibangun adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata berkapasitas 145 Mwac. PLTS yang digadang-gadang sebagai PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara mempunyai harga jual listrik yang cukup kompetitif, yakni sebesar 5,81 sen dolar AS per kilo watt hour (kWh).

PLN juga sudah memiliki renewable energy certificate (REC). REC adalah salah satu inovasi produk hijau PLN untuk mempermudah pelanggan dalam pembelian serta mendapatkan pengakuan atas penggunaan energi terbarukan yang sudah ada di Indonesia. Melalui REC, PLN menghadirkan opsi pengadaan lain bagi pelanggan untuk pemenuhan target penggunaan energi terbarukan yang transparan dan diakui secara internasional.

"Dengan kapasitas terpasang EBT yang ada saat ini mampu memenuhi kebutuhan industri, khususnya Industri yang memang ingin memakai energi berbasis energi hijau," ujar Agung.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat