Ilustrasi Baznas. | ARI BOWO SUCIPTO/ANTARA FOTO

Kabar Utama

Baznas: BMD Jadi Alternatif Jeratan Pinjol

BMD Baznas telah dikembangkan di 10 titik yang tersebar pada delapan provinsi.

JAKARTA – Di tengah perkembangan teknologi informasi, masyarakat kian mudah mengakses berbagai fasilitas pembiayaan, termasuk pinjaman online (pinjol). Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Prof KH Noor Achmad mengatakan, kemudahan itu sering kali memperdaya sehingga banyak orang terjerat utang yang berbunga besar.

Karena itu, menurutnya, publik mesti terus diingatkan untuk menjauhi rentenir daring, apalagi yang berstatus ilegal. Baznas melalui program Baznas Microfinance Desa (BMD) berupaya mengurangi ketergantungan masyarakat pada pinjol. Ia menjelaskan, program itu telah dikembangkan di 10 titik yang tersebar pada delapan provinsi. Rata-rata, setiap unit itu melayani lima desa di sekitarnya.

Dalam setahun ke depan, lanjut dia, BMD akan semakin diperbanyak secara merata di Tanah Air. Harapannya, layanan keuangan mikro itu dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin berusaha agar tidak tertarik godaan pinjol.

“Kita sudah mengembangkan Baznas Microfinance berbasis perdesaan dan tempat kerja, terutama sekolah-sekolah. Harapannya, itu bisa mengurangi pinjol-pinjol yang marak di mana-mana. Sudah berjalan di 10 titik, nanti pada tahun 2022 insya Allah akan berbasis pasar-pasar besar,” ujar Noor Achmad kepada Republika, Selasa (2/11).

BMD merealisasikan pendayagunaan zakat untuk membantu permodalan usaha-usaha produktif milik masyarakat golongan lemah. Para penerimanya adalah mustahik yang dinilai memiliki komitmen untuk berwirausaha.

BMD tidak dikhususkan hanya untuk mereka yang terjerat pinjol. Noor menegaskan, tidak semua korban rentenir termasuk dalam golongan yang berhak menerima zakat. “Kita tidak berani, misalnya, apakah yang terkena (pinjol) termasuk gharim (salah satu penerima zakat –Red). Kita tidak tahu awal mulanya (mereka terjerat pinjol),” kata Noor.

Pada 2022 nanti, target unit pengumpulan zakat diprediksi akan kian meningkat. Dengan begitu, sambungnya, semakin banyak umat Islam yang disejahterakan melalui program-program Baznas. Harapannya, mereka tidak perlu lagi berpaling pada rentenir untuk mengatasi berbagai keperluannya.

Gelar Rakornas

Pada Senin (1/11), Rapat Koordinasi Nasional Unit Pengumpul Zakat (Rakornas UPZ) 2021 dibuka. Ia mengatakan, pertemuan itu mengagendakan antara lain penyusunan Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT) 2022, yang di dalamnya termasuk target penghimpunan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) untuk tahun mendatang.

Dalam pembukaan Rakornas UPZ 2021, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Prof Kamaruddin Amin, menyampaikan harapan agar setiap UPZ menjadi garda terdepan dalam pengentasan kemiskinan.

“Sebagai umat beragama kita punya kewajiban yang melekat pada diri kita untuk mengentaskan kemiskinan. Kita berharap, Baznas terus bersama-sama pemerintah dan masyarakat untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia,” kata Kamaruddin dalam jumpa pers di Discovery Hotel, Ancol, Jakarta Utara, Senin (1/11).

Dalam rapat tersebut, sebanyak 193 instansi UPZ melaporkan data pengumpulan ZIS nasional. Diketahui, jumlah pengumpulan ZIS per Oktober 2021 sebesar Rp 192.255.463.204. Adapun tren pertumbuhan penghimpunan UPZ periode 2016–2021 mencapai 699 persen. Menurut Ketua Baznas, angka itu menunjukkan, instrumen pengumpul zakat kian dipercaya masyarakat.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat