Ilustrasi Hikmah Hari ini | Republika

Hikmah

Petuah dari Seekor Anjing

Nasihat anjing itu menampar muka umat manusia yang selalu mengotori hatinya dengan nafsu.

Oleh PROF FAUZUL IMAN

OLEH PROF FAUZUL IMAN

Suatu ketika, terjadi dialog menarik antara seekor anjing dengan seorang ulama besar sufi, Yazid Busthomi.

"Wahai Syekh," seru anjing, "jika engkau kotori ujung serbanmu dengan jilatanku, engkau cukup membersihkannya dengan tujuh kali suci." Tapi, lanjut anjing, "Bila engkau mengotori dengan jiwa/nafsumu, kotoran itu tak akan lenyap walau dicuci dengan air sebanyak tujuh lautan."

Pernyataan anjing itu membuat Yazid Busthomi terkesima heran. Syekh Yazid pun merespons petuah sang anjing itu seraya memujanya. "Wahai anjing,  engkau terlihat najis hanya dari sisi lahir, sedangkan batinmu sungguh suci." “Tetapi,” lanjut Syekh Yazid, “aku hanya lahirnya saja yang terlihat suci, sedangkan batinku sungguh sangat kotor."

Dialog di atas dipetik dari kitab Tazkirat al-Auliya karya Imam Fariduddin Attar yang berasal dari cerita Maruf Al-Karkhi, seorang ulama sufi kenamaan yang hidup di masa Imam Sufyan Unainah. Dari metafora dialog ini terkandung pelajaran yang amat berharga bagi setiap orang untuk tidak meremehkan kehadiran mahluk ciptaan Tuhan.

Nasihat anjing itu telah menampar muka umat manusia yang selalu mengotori hatinya dengan nafsu. Mengotori nafsu merupakan perbuatan yang paling berat dibanding mengotori pakaiannya.

Jiwa yang selalu dikotori terlalu amat sulit dihilangkan ketimbang pakaian atau serban yang dikotori. Jiwa yang kotor sangat gampang menilai orang lain salah dan dirinya saja merasa paling bersih dan benar. Sedikit saja menempel kesalahan pada orang lain, jiwa yang kotor akan terus menggoreng dan menyebarkan kesalahan itu di tengah-tengah publik.

Jiwa yang dipenuhi penyakit kotor hanya lahirnya tampak bersih. Batinnya menyimpan siasat bahaya yang selalu bergolak ingin menjahati sesama dari belakang. Perilaku ini terjadi karena seseorang menilai sesama berdasarkan kebencian dan hasutan. Bisa saja sang penilai merasa tak berdaya dari mengatasi seluruh kebutuhan hidupnya, sehingga jiwanya tak tahan melihat kesuksesan orang lain.

“Sesungguhnya jiwa/hati seorang mukmin yang dibiasakan dikotori dengan setitik noda, makin lama jiwa/hati itu akan ditenggelamkan oleh noda itu." (HR Ibnu Majah).

Oleh karena itu, dalam situasi bangsa yang masih diadang oleh kemelut kemunafikan yang selalu merusak moral budaya dan aset bangsa, dibutuhkan SDM yang berkualitas, berkeadaban, dan bersih suci lahir batin. Tanpa semua itu, bangsa kita hanya akan menjadi bangkai busuk yang tak sedap baunya dirasakan oleh dunia.

Nauzubillah!

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat