Munira Yussuf dan suara seni kaum minoritas | Screenshot

Uswah

Munira Yussuf, Suara Seni Kaum Minoritas

Munira berupaya mematahkan stereotip dunia tentang Islam dan orang-orang kulit hitam

OLEH IMAS DAMAYANTI

Menjadi seorang Muslimah berhijab di negeri seperti Swedia tidak membuat Munira Yussuf minder dan rendah diri. Meski berada dalam struktur minoritas, sosoknya yang berdarah Afrika justru mampu menunjukkan eksistensi melalui dunia seni dan ilustrasi.

Dilansir dari Boredpanda, Munira merupakan ilustrator kreatif yang begitu gemilang. Dia mampu memadukan konteks digital ke dalam karyanya sehingga dapat dengan mudah dinikmati berbagai kanal media sosial. 

Berangkat dari aktivitasnya sebagai seniman, Munira memulai kiprahnya di dunia seni sejak usia 12 tahun. Ketertarikannya terhadap dunia seni mulai muncul ketika dia mendapatkan komputer pertama.

Komputer itu menjadi media yang menunjang aktivitas Munira sebagai illustrator digital. “Kecintaan saya pada desain grafis dan ilustrasi dimulai ketika saya mendapatkan komputer pertama," jelas dia.

Munira telah terbiasa menggambar sedari kecil. Dia terus terpacu dengan berbagai hal tentang teknologi yang aplikatif dengan bidang kesenian. Lewat komputer pertamanya itu, Munira mulai menguasai Adobe DreamWeaver dan berbagai software lainnya. Seiring berjalannya waktu, Munira pun semakin maksimal untuk meningkatkan skillnya. “Saya terus berkembang sejak saat itu,” kata dia.

Meski amat berbakat di bidang seni, kemampuan akademisnya tak begitu baik. Dia telah berkali-kali mendaftar ke sekolah maupun perguruan tinggi di bidang seni, tapi harus  gagal. Hingga akhirnya, Munira terpaksa harus mengambil jurusan sosial di sebuah perguruan tinggi.

Meski demikian, Munira tetap menggali bakat seninya. Dia justru berpikir bahwa menjadi seniman bukanlah mereka yang telah mempelajari dunia kesenian secara formal.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Munira Yussuf (munirayussuf)

Menjadi seniman, menurut Munira, adalah sebuah gairah dan modal imajinasi yang dapat diwujudkan dalam karya-karya di bidang itu.“Saya banyak melatih diri saya untuk terus berkembang dan mempelajari banyak tutorial,” kata dia.

Di Swedia, Munira bercerita, tidak seorang pun yang melihatnya sebagai seseorang yang perlu dihormati. Latar belakangnya sebagai seorang Muslimah  dari kalangan Afrika yang minoritas itu justru menyadarkannya jika kaum minoritas Swedia butuh media.

Dia pun bertekad menciptakan ruang seni bagi siapapun latar belakangnya, khususnya bagi kalangan minoritas. “Saya ingin menciptakan dunia untuk orang-orang seperti saya,” ujar dia.

Menurut Munira, menunjukkan identitas melalui karya seni sangat penting. Kalangan minoritas telah berkali-kali dibatasi, direduksi, dan dimasukkan ke dalam kotak yang sangat terbatas.

Dengan karya-karyanya yang terbuka, Munira berupaya mematahkan stereotip dunia tentang Islam dan orang-orang kulit hitam. Dia berharap, siapapun orang dengan latar belakangnya berhak untuk menunjukkan identitasnya. Mereka bisa merdeka dalam memilih kesenian yang sesuai dengan prinsip dan nilai yang mereka emban.

photo
Munira Yusuf berupaya mematahkan stereotip dunia tentang Islam dan orang-orang kulit hitam - (Screenshot)

 

PROFIL

Nama lengkap: Munira Yussuf

Tempat dan Lahir: Stockholm, 1994

Aktivitas: Menggelar pameran-pameran seni di dunia. Di antaranya Amerika Serikat, Swedia, Paris, Denmark, dan lainnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat