Sejumlah kendaraan memadati jalan Margonda Raya menuju Jalan Kartini, Depok, Jawa Barat, Selasa (21/9/2021). | ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/aww.

Nasional

Waspada, Pergerakan Warga Kian Ramai

Penurunan level PPKM akan meningkatkan mobilitas masyarakat.

JAKARTA -- Pergerakan masyarakat di berbagai sektor mulai mendekati keadaan sebelum pandemi mendera pada awal 2021. Pemerintah dan masyarakat diimbau agar mewaspadai fenomena ini.

Laporan Mobilitas Masyarakat yang dilansir Google mencatatkan pergerakan masyarakat di sejumlah sektor sepekan menjelang 25 September 2021 sudah menyamai bahkan melampaui pergerakan pada Januari-Maret 2020. Dasar pengukuran itu merupakan waktu sebelum pandemi tiba di Tanah Air. 

Kunjungan masyarakat di sektor retail dan rekreasi (restoran, kafe, pusat perbelanjaan, taman hiburan, museum, perpustakaan, dan bioskop) misalnya, sudah sama dengan sebelum pandemi. Sementara kunjungan ke pasar tradisional, supermarket, toko grosir, dan apotek meningkat 23 persen dari sebelum pandemi. Tren mobilitas di wilayah pemukiman juga naik 4 persen sebelum pandemi. 

Tren mobilitas masyarakat yang masih lebih rendah dibandingkan Januari-Maret 2020 tercatat di taman-taman (minus 8 persen), kemudian pusat transportasi umum (minus 22 persen), dan tempat kerja (minus 7 persen). 

Tren mobilitas di masing-masing daerah juga makin tipis jaraknya dengan mobilitas sebelum pandemi, bahkan ada yang melampaui. Di DI Yogyakarta, misalnya, mobilitas di toko bahan makanan dan apotek serta area pemukiman yang lebih lebih tinggi dari masa sebelum pandemi. Sedangkan di DKI Jakarta, beda mobilitas di sektor retail dan rekreasi hanya terpaut 16 persen di bawah kondisi sebelum pandemi.

 

photo
Pengunjung berwisata di kawasan Kota Tua, Jakarta, Ahad (19/9/2021). Pengelola Kawasan Wisata Kota Tua belum membuka Kawasan Kota Tua untuk tempat masyarakat berolahraga karena masih menunggu kode QR Code PeduliLindungi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sebelumnya, Pengelola kawasan Kota Tua mengizinkan warga untuk berolahraga pada Sabtu dan Ahad 18-19 September 2021 mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB. - (ANTARA FOTO/Galih Pradipta/foc.)

Di Jawa Barat, mobilitas di mayoritas sektor sudah melampaui mobilitas pada Januari-Maret 2020. Kunjungan ke toko bahan makanan dan apotek melonjak 28 persen. Sementara kunjungan ke tempat kerja hanya terpaut 2 persen lebih rendah dari kondisi sebelum pandemi, dan mobilitas di transportasi umum selisihnya tinggal 13 persen. 

Di Jawa Tengah, mobilitas di tempat kerja hanya kurang 1 persen dari sebelum pandemi, sementara transportasi umum kurang 17 persen. Mobilitas di taman terbuka juga hanya kurang 5 persen. Sektor lainnya sudah melampui mobilitas pada awal 2020. 

Di Jawa Timur mobilitas di sektor retail dan rekreasi; toko bahan makanan dan apotek; serta area pemukiman sudah melampui masa sebelum pandemi. Kendati demikian, mobilitas di pusat transportasi umum masih lebih rendah 25 persen. 

Juru bicara Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Erlina Burhan meminta pemerintah lebih waspada terhadap mobilitas masyarakat menyusul berbagai pelongaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tersebut.

Ia mengingatkan, masyarakat tidak boleh terlena dengan banyaknya pelonggaran yang diberikan pemerintah dan tetap menaati protokol kesehatan 5M yakni memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. "Karena situasi pandemi ini belum sepenuhnya teratasi," kata Erlina dalam diskusi BNPB secara, Kamis (30/9).

Menurutnya, konsistensi penurunan kasus Covid-19 harus terus dijaga. Hal itu agar tidak terjadi lagi lonjakan kasus gelombang ketiga yang diperkirakan banyak ahli akan terjadi pada akhir tahun 2021 ini. "Nanti ada libur akhir tahun, sudah mulai banyak sekolah yang tatap muka, dan perlu kita usahakan cakupan vaksinasi kita masih di angka 24 persen, targetnya 70 persen" ujarnya. 

Pemerintah , lanjut Erlina, juga harus segera meningkatkan cakupan vaksinasi. Masyarakat pun harus tetap patuh protokol kesehatan karena virus Covid-19 juga masih terus bermutasi. Bahkan, tak menutup kemungkinan pula akan kembali terjadi gelombang ke-3 virus Covid-19 di Indonesia. 

"Jadi kalau kita masih bisa bahu membahu antara pemerintah dan rakyat, masyarakat sama-sama ingin terbebas menghadapi pandemi ini," kata dia menambahkan. Selain itu, lanjut Erlina, masyarakat juga harus bisa menaikkan sistem imun dan selalu menjaga kesehatan mental. 

Sementara Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menekankan, peningkatan mobilitas masyarakat yang terjadi kini, harus diiringi dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat untuk mencegah kenaikan kasus Covid-19. "Jangan pernah kasih kendor prokes demi perlindungan kita bersama,” kata Nadia. 

Nadia tak memungkiri, penurunan level PPKM dan adanya pelonggaran aturan kegiatan masyarakat akan meningkatkan mobilitas masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah akan terus melakukan pemantauan terhadap mobilitas, serta terus mengingatkan masyarakat dan pemerintah daerah agar tetap waspada, sehingga tidak terjadi kasus baru dan kenaikan kasus Covid-19. 

Upaya yang terus dilakukan pemerintah, kata Nadia, dengan meningkatkan cakupan vaksinasi Covid-19, mematuhi prokes, dan bekerja sama dengan petugas di lapangan untuk upaya pelacakan kontak, karantina, hingga isolasi. “Hal ini tidak lain adalah upaya kita untuk memutuskan rantai penularan Covid-19. Ingat setiap peningkatan mobilitas harus diiringi dengan protokol kesehatan yang ketat,” ujar Nadia. 

Sedangkan Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mengatakan pada pekan ini ada 18 provinsi mengalami penurunan indeks pengendalian Covid. Hal ini, kata Dicky, menjadi peringatan bagi pemerintah daerah untuk serius terhadap penanganan pandemi di wilayahnya.

"Indeks pengendalian pandemi di indonesia ada 18 provinsi mengalami penurunan skor indeks dan ini terutama di manajemen pengobatan," katanya kepada Republika

Penurunan indeks khususnya pada manajemen pengobatan ini menurutnya harus segera ditindaklanjuti. Sebab, dalam manajemen pengobatan itu berhubungan dengan angka kematian dan keterisian rumah sakit. 

photo
Grup musik hip-hop Asap Rio bernyanyi menghibur penonton pentas seni dan budaya PON Papua di kawasan Pasar Lama Timika, Kabupaten Mimika, Papua, Selasa (28/9/2021). Sejumlah pemusik dan penari baik kesenian tradisional dan modern tampil dalam acara untuk memeriahkan pagelaran olah raga nasional empat tahunan itu. - (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

"Artinya ini serius. Karena ini indikator akhir. Ini yang harus dicermati Indonesia dan daerah-daerah. Karena kalau bicara manajemen pengobatan yang pada saat penyusunan ini dalam kelompok ini adalah masuk indikator untuk melihat dan mengukur situasi di akhir," kata dia. 

Adapun, 18 provinsi yang mengalami penurunan indeks itu di antaranya adalah Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur. Kemudian Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. 

"Ini menjadi alarm untuk membenahi manajemen penanganan pandemi. Tidak boleh longgar dan abai, tidak boleh merasa sudah mereda," ujar Dicky menegaskan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat