Petugas melakukan bongkar muat paket berisi vaksin Covid-19 Pfizer setibanya di PT Bio Farma (Persero), Jalan Pasteur, Kota Bandung, Jumat (17/9/2021). Sebanyak 1.755.000 ribu dosis vaksin Covid-19 Pfizer tiba di Indonesia melalui skema kerja sama bilater | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Internasional

Indonesia Siap jadi Hub Vaksin mRNA

Indonesia siap menjadi hub atau pusat manufaktur vaksin berbasis mRNA untuk kawasan Asia Pasifik.

JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi menyatakan, sudah saatnya negara berkembang seperti Indonesia dimasukkan dalam rantai pasokan vaksin global. Ia mengatakan, Indonesia siap menjadi hub atau pusat manufaktur vaksin berbasis mRNA untuk kawasan Asia Pasifik.

“Ini penting. Sudah saatnya negara berkembang dimasukkan di dalam rantai pasokan vaksin global,” kata Retno dalam briefing kepada awal media yang ditayangkan dalam akun resmi kementerian Luar Negeri RI di YouTube, Rabu (29/9).

Retno mengatakan, isu itu ia sampaikan dalam pertemuan virtual Gavi dan COVAX  Advance  Market Commitment (AMC) Engagement Group (EG) atau COVAX-AMC EG, yang dilakukan di sela kehadiran Retno di Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat, Selasa (28/9) waktu setempat. Retno saat ini menjadi co-chair atau ketua bersama wakil dari Ethiopia dan Kanada.

Menurutnya, pembentukan pusat manufaktur vaksin mRNA di Afrika Selatan seharusnya dilakukan juga di wilayah lain. Tujuannya adalah untuk mempercepat peningkatan produksi vaksin.

“Untuk kawasan Asia Pasifik, Indonesia siap menjadi hub,” ujarnya.

Dunia masih menghadapi kendala ketersediaan vaksin. Padahal, kata Retno, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus sudah berulang kali menyatakan, dunia memerlukan 11 miliar dosis vaksin Covid-19. Dosis itu diperlukan untuk memvaksinasi 70 persen populasi dunia pada pertengahan 2022.

Selain peningkatan kapasistas pasokan vaksin, Retno juga mengingatkan alternatif lain yaitu mekanisme dose sharing. Mekanisme ini sudah kerap ia ungkapkan. Dalam mekanisme ini, negara yang berkelebihan pasokan dosis membagikan vaksinnya kepada negara yang membutuhkan.

“Saya tekankan, negara-negara dengan kelebihan dosis harus membagikan dosisnya dengan lebih transparan, menyampaikan waktu pengiriman, dan menghindari berbagi dosis vaksin yang sudah akan habis masa berlakunya,” kata Retno menegaskan.

Diskriminasi vaksin

Retno juga menyampaikan kekhawatirannya akan tren diskriminasi vaksin Covid-19 di sejumlah negara. Ia juga menyebutkan kesiapan Indonesia untuk menjadi hub atau pusat  produksi vaksin berbasis mRNA untuk kawasan Asia Pasifik.

“Saya sampaikan tentang kekhawatiran Indonesia akan adanya tren diskriminasi vaksin,” kata Retno.

“Beberapa negara melarang pelaku perjalanan lintas batas, meski mereka telah divaksin dengan vaksin yang telah mendapatkan EUA (emergency use authorization atau Persetujuan Penggunaan Darurat, Red) dari WHO. Tetapi mereka masih tetap dilarang untuk masuk ke negara tersebut,” katanya, tanpa menyebutkan negara yang ia maksudkan.

“Atau mereka boleh masuk, jika mendapatkan booster atau vaksin penguat dari vaksin yang diakui otoritas negara-negara tersebut,” kata Retno.

Maka Retno mendesak WHO, Gavi, dan COVAX Facility melakukan upaya bersama untuk mencegah diskriminasi vaksin terus terjadi. Menurutnya, tren diskriminasi ini ternyata juga menjadi salah satu kekhawatiran Gavi. Gavi pun berjanji akan menanganinya bersama WHO.

Saat ini, salah satu negara yang masih membatasi jenis vaksin untuk pendatang ke negara mereka adalah Arab Saudi. Vaksin yang digunakan di Saudi adalah Oxford-AstraZeneca, Pfizer-BioNTech, Johnson & Johnson, serta Moderna. Pengunjung asing yang telah mendapat vaksin lain, diharuskan mendapat suntikan booster dari salah satu vaksin tersebut.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat