Atlet sepatu roda putri Papua Dhinda Salsabila memacu kecepatannya pada final nomor 200 meter individual time trial (ITT) putri PON Papua di Arena Klemen Tinal Roller Sport, Kota Jayapura, Papua, Selasa (28/9/2021). | ANTARA FOTO/Fauzan

Kisah Dalam Negeri

Dari Jawa ke Papua dengan Cinta

Kombinasi atlet putra daerah dan luar Tanah Papua telah menyumbangkan sembilan medali emas untuk Papua.

Yang namanya ajang olahraga multicabang nasional, tentu nama baik daerah masing-masing jadi pertaruhan. Namun, seperti pada helatan sebelumnya, kontingen-kontingen diisi mereka yang bukan putra daerah masing-masing.

Salah satunya Andri Abdul Rohman, peraih medali emas perdana untuk Papua pada PON XX Papua. Atlet terbang layang Papua ini berhasil menyumbang medali emas pertama bagi tuan rumah dari nomor precision landing schweizer SGS 126 putra pada Ahad (26/9).

Andri yang biasa dikenal dengan panggilan Ablay di antara rekan-rekannya tersebut sedianya seorang putra Sunda. Ia lahir di Subang pada 8 April 1991. Ablay mula-mula membela Papua pada PON XIX Jawa Barat pada 2016.

Sebelumnya, ia sempat juga ditawari bergabung dengan kontingen Sulawesi Utara pada PON di Kalimantan Timur pada 2008 serta mewakili Banten pada PON Riau 2012.

Dalam dua helatan tersebut, Andri tak berhasil lolos seleksi. Ia kemudian ditarik pelatih Paul Graham Manusefer untuk bergabung dengan kontingen Papua pada 2015.

photo
Atlet sepatu roda putri Papua Dhinda Salsabila (tengah), atlet sepatu roda putri Sumatra Utara Khansa Nayra (kiri), dan atlet sepatu roda putri Maluku Utara Nurul Nazwa (kanan) berfoto bersama saat upacara pengalungan medali usai final nomor 200 meter individual time trial (ITT) putri PON Papua di Arena Klemen Tinal Roller Sport, Kota Jayapura, Papua, Selasa (28/9/2021). - (ANTARA FOTO/Fauzan)

Di bawah asuhan pelatih Manusefer, Andri lolos seleksi di PON Jawa Barat. Meski begitu, ia hanya berhasil menduduki peringkat kelima dalam pertandingan pamungkas dan gagal meraih medali.

Tak menyerah, Andri menjanjikan tahun ini ia akan mengantarkan medali untuk Papua. Dan, yang ia mimpikan itu kemudian terjadilah.

Bersaing di Grup A cabang olahraga (cabor) aerosport disiplin terbang layang PON XX, di Lanud Yohanis Kapiyauw, Timika, Kabupaten Mimika, Andri mencatatkan total nilai 2444 dari batas nilai 2500. Nilai tersebut sudah cukup bagi Andri mempersembahkan medali emas pertama bagi tuan rumah Papua.

Andri mendapat sambutan hangat dari timnya. Bahkan, Ahad (26/9) sore itu, Andri tampak tak mampu membendung air mata bahagia. "Saya sangat bangga karena ini medali emas pertama yang saya persembahkan untuk tanah Papua tercinta. Saya orang Jawa, saya cinta Papua,” ujar Andri, seperti dilansir situs resmi PON XX Papua, kemarin.

Ia mengaku sangat bangga karena akhirnya bisa menyabet medali emas PON XX Papua. Kebahagiaan Andri semakin bertambah karena ia sedang menantikan kelahiran anak ketiganya. "Ini anugerah terindah dalam hidup saya yang tidak akan pernah saya lupakan,” ujar dia.

Pelatih kepala Paul Graham Manusefer mengaku bangga atas pencapaian atletnya. "Kita meraih medali emas di salah satu nomor bergengsi dalam terbang layang. Itu medali emas pertama untuk Papua dari atlet kita, Andri Abdul Rohman," ujar Manusefer memuji. “Saya sangat terharu dan bangga atas pencapaian Ablay.”

Sementara dalam cabang sepatu roda, Papua mengawinkan medali emas pada nomor individual time trial (ITT) 200 meter putra dan putri pada hari kedua penyelenggaraan di Klemen Tinal Roller Sport Arena, Kota Jayapura, Selasa (28/9).

Para penyumbang medali adalah Dhinda Salsabila dan Muhammad Bagus Laksmendra. Dhinda membuka emas pertama setelah berhasil mencatatkan waktu 16,742 detik. Ia mengalahkan atlet asal Sumatra Utara, Khanza Nayra Qatrinnada, yang mencatatkan waktu 17,783 detik, dan atlet asal Maluku Utara, Nurul Nazwa, yang menorehkan waktu 17,860 detik.

photo
Atlet panjat tebing Papua Abas Hamid (kanan) beradu cepat dengan lawannya asal Jambi, Dewa Putra Chanita (kiri) dalam babak kualifikasi Speed Klasik Tim Mix cabang panjat tebing PON Papua di Arena Panjat Tebing SP 2 Kabupaten Mimika, Papua, Senin (27/9/2021). - (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Sementara, pada nomor 200 meter ITT putra, Muhammad Bagus Laksmendra meraih emas dengan catatan waktu 16,276 detik, diikuti atlet Papua Barat Ghufran Martianza Wira Fawwaz yang mencetak waktu 16,342 detik. Posisi ketiga juga diraih atlet Papua Raehan Julio Putra dengan waktu 16,577 detik.

Perjalanan Dhinda bermula jauh dari lokasinya beraksi, tepatnya di daerah kelahirannya 18 tahun lalu, nun di Pekanbaru, Riau. Ia ingat saat itu kepincut menyaksikan para atlet sepatu roda beraksi dalam PON XVIII 2012 silam. Sejak itu, ia kemudian menekuni sepatu roda dan meraih berbagai prestasi.

Peraih medali di SEA Games Filipina 2019 itu bergabung dengan kontingen Papua pada tahun yang sama. Seusai laga, Dhinda mengatakan hasil ini merupakan buah dari kerja kerasnya selama menjalani pemusatan latihan.

Tak lupa, ia mengucapkan rasa terima kasihnya kepada penonton yang tak hentinya mengobarkan semangat kala bertanding. "Alhamdulillah, bisa meraih emas untuk Papua, terima kasih buat dukungan semua, termasuk penonton yang begitu antusias memberi dukungan," kata dia.

Ketua Pengprov Perserosi Papua, Jeffry Abel, ketika dihubungi Republika, menyatakan, Dhinda memang jadi tumpuan menambah pundi-pundi emas dari cabang sepatu roda. Dengan dua emas kemarin, total enam emas telah diraih kontingen Papua dari cabang ini. “Ini semua sudah kita capai. Lunas sudah janji saya kepada masyarakat dan pemerintah daerah Papua," ujar Jeffry.

Faktor tuan rumah, menurut Jeffry, juga memotivasi atlet meraih prestasi terbaik. "Kita dapat dukungan penonton, itu meningkatkan moral atlet. Kita juga diuntungkan dengan venue yang sudah kita jajal lebih lama dibanding atlet daerah lainnya," ujarnya.

photo
Sejumlah penonton dengan mengenakan masker dan jaga jarak menyaksikan pertandingan sepak bola antara Sulawesi Utara melawan Aceh pada babak penyisihan Sepak Bola Putra PON Papua di Stadion Barnabas Youwe, Sentani, Papua, Selasa (28/9/2021). Sulawesi Utara mengalahkan Aceh dengan skor akhir 2-1. - (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)

Bagaimanapun, terlepas dari atlet-atlet dari luar tersebut, putra-putri Papua juga punya prestasi tersendiri. Pada Selasa (28/9), “Spiderwoman” dari Papua Nesthy Stella Iriani didampingi atlet panjat tebing putra Abas Hamid meraih satu emas dari nomor speed klasik campuran (mix).

Rudy Fitryano selaku ketua I Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) mengatakan, pemenang untuk kategori speed klasik campuran didapatkan dari penjumlahan waktu tercepat masing-masing atlet, dengan perincian Abas Hamid meraih waktu 08,368 detik untuk jalur satu (lane A) dan 09,330 detik untuk jalur dua (lane B), kemudian Nesthy Stella Iriani Pedai (Papua) meraih waktu 17,066 detik untuk lane A dan 14,825 detik untuk lane B.

Jumlah catatan waktu keduanya yaitu 34,58 detik menjadi yang tercepat di nomor speed klasik campuran tersebut. Selanjutnya peraih medali perak atas nama kontingen Jawa Timur adalah Rahmad Adi dan Dorifatus Safiiyah dengan jumlah catatan waktu 34,59 detik. Sedangkan, peraih medali perunggu atas nama kontingen DKI Jakarta adalah pasangan suami istri Aspar Jaelolo dan Mudji Mulyani dengan jumlah catatan waktu 37,20 detik.

Kombinasi atlet putra daerah dan dari luar Tanah Papua sejauh ini telah menyumbangkan sembilan medali emas untuk Papua. Menempatkan kontingen itu sementara di puncak klasemen.

"Hal ini tentu menjadi amunisi yang sangat berharga bagi Papua dan juga Indonesia karena regenerasi terus dipupuk agar para atlet muda ini mampu dipersiapkan dengan matang untuk bertanding dalam taraf internasional," kata Gubernur Lukas Enembe yang menyatakan puas dengan prestasi kontingen Papua sejauh ini. 

photo
Ketua Harian PB PON Yunus Wonda mengalungkan medali emas ke tim kriket putri Papua di Stadion Kriket, Doyo Baru, Kabupaten Jayapura, Papua, Ahad (26/9/2021). Tim kriket putri Papua meraih medali emas, tim kriket putri Bali meraih medali perak, dan tim kriket putri DKI Jakarta dan Jawa Barat meraih medali perunggu pada PON Papua. - (ANTARA FOTO/Indrayadi TH)

Semangat Masyarakat Papua

Sementara Api PON XX Papua tiba di Bandara Mozes Kilangin, Mimika, pada Selasa (28/9) siang sekitar pukul 11.00 WIT. Api itu tiba setelah sebelumnya diarak di Pulau Biak, Kabupaten Biak Numfor.

Di Mimika, api yang diambil dari Klamono, Kabupaten Sorong, Papua Barat, itu dikirab oleh empat olahragawan yang pernah mengharumkan nama bangsa yaitu Julius Uwe (dasa lomba), Santia Tri Kusuma (balap sepeda), Maria Londa (atletik) dan Muhammad Bima Abdi Negara (tenis meja).

Mereka berempat tiba dan menjalani seremoni penerimaan Api PON XX Papua di rumah dinas Bupati Mimika pada pukul 12.30 WIT. Di sana, api tersebut lalu disulutkan ke obor berukuran besar, kira-kira setinggi pinggang orang dewasa, untuk nantinya dipertahankan nyalanya sampai PON XX Papua selesai. 

Api PON XX Papua kemudian diarak kembali keliling Mimika dan menyinggahi beberapa tempat seperti arena-arena pertandingan lalu berakhir di Lapangan Pasar Lama. Api itu akan diinapkan selama satu malam di Mimika, sebagai simbol "memberikan kehangatan" bagi seluruh rakyat Papua, sebelum dipindahkan lagi ke Wamena.

Wakil Sekretaris Umum PB PON XX sekaligus Ketua Pengarah Kirab Api PON XX Carolus Bolly menyebut bahwa Api PON XX Papua akan dibawa berkeliling lima wilayah adat Papua selama enam hari tepatnya pada 27 September-2 Oktober 2021. Api PON tersebut dikirab mulai dari Biak (wilayah adat Saireri), Mimika (Mee Pago), Wamena (La Pago), Merauke (Ha Anim), Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura (Mamta/Tabi) dan berakhir di Stadion Lukas Enembe, Jayapura.

"Api PON XX menempuh 3.367 kilometer perjalanan udara, 191 kilometer perjalanan darat dan 20 kilometer danau. Ini menjadi pesan bahwa pemerintah dan masyarakat adat Papua siap menyelenggarakan PON XX," tutur Carolus Bolly.

photo
Panitia PON XX membawa obor Api Abadi tanda dimulainya Kirab Api PON XX di Bandara DEO, Kota Sorong, Papua Barat, Senin (27/9/2021). Api Abadi PON XX yang telah diambil pada Sabtu (25/9/2021) di PLTMG Pertamina Klamono itu kemudian diserahterimakan dari pemerintah Provinsi Papua Barat kepada Panitia Besar PON XX untuk kemudian di kirab keliling Papua. - (ANTARA FOTO/Olha Mulalinda)

Bupati Mimika Eltinus Omaleng mengatakan bahwa Api PON XX Papua merupakan lambang dari semangat masyarakat lokal untuk menyukseskan pesta olahraga terbesar Indonesia itu. "Api ini menunjukkan tanggung jawab untuk menyukseskan PON demi mengangkat harkat dan martabat kami sebagai rakyat Papua," ujar Eltinus saat menerima kedatangan Api PON XX Papua di kediaman dinasnya, Mimika, Selasa.

Pria berusia 48 tahun itu yakin PON XX, yang berlangsung 2-15 Oktober 2021, dapat berjalan sukses. "Keraguan itu mesti dilawan dengan bukti nyata. Papua akan menjadi tuan rumah yang baik karena PON ini bukan sekadar pesta olahraga, tetapi juga untuk mempercepat pembangunan infrastruktur di Indonesia bagian timur," tutur Eltinus.

Warga Mimika Simon Natipia mengatakan bangga daerah mereka dipercaya menjadi salah satu tempat pelaksanaan PON XX Papua. Simon yang bersuku Kamoro, yakin PON XX Papua dapat berjalan lancar hingga tuntas. "Kami sangat bersuka ria Mimika bisa mengadakan acara sebesar ini. Papua, torang (kita-red) bisa!" ujar Simon di Mimika, Selasa.

Pelaksanaan PON XX Papua dipusatkan di empat wilayah yakni klaster Kota Jayapura, Klaster Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika dan Kabupaten Merauke. Di Mimika, dilaksanakan pertandingan 12 cabang olahraga yaitu aeromodeling, terbang layang, terjun payung, atletik, bola basket, panjat tebing, biliar, bola tangan, futsal, judo dan tarung derajat. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat