Priyantono Oemar | Daan Yahya | Republika

Kisah Dalam Negeri

Mulai Terancam, Belanda Lakukan Uji Coba Pemadaman Listrik

Uji coba pemadaman listrik oleh Belanda ini dipersoalkan di sidang Volksraad pada 10 September 1940.

OLEH PRIYANTONO OEMAR

Sebuah lokomotif sudah siaga di rel kereta dekat alun-alun Kota Purwodadi pada Senin sore. Kalender menunjukan tanggal 23 Januari 1939. Dua lokomotif lainnya ditempatkan di bagian lain kota. Begitu gelap datang, listrik tak ada yang menyala. Purwodadi gelap.

Rumah-rumah penduduk juga gelap, warga menunggu dengan cemas terhadap kemungkinan yang terjadi meski sebelumnya sudah diberi tahu tak ada perang. Rencana uji coba pemadaman listrik ini telah disosialisasikan kepada warga di gedung bioskop Sidodadi (“Nostalgia”, Republika, 5 September 2021).

Pamong praja dan polisi berpatroli, memastikan tak ada cahaya yang terlihat. Kendaraan yang masih di jalan, lampunya ditutup kain hitam. Di setiap pos jaga ada petugas dengan alat pukul kentongan.

Waktu berlalu, hanya kegelapan yang ada. Pada pukul 20.30 terdengar peringatan dari pengeras suara, “Bahaya udara. Bahaya udara.” Peluit lokomotif pun berbunyi tiga kali, disambut dengan titir, pukulan kentongan cepat berkali-kali, pertanda ada bahaya. Pukul 21.00 peluit lokomotif berbunyi lagi, lalu disusul lagi bunyi pukulan kentongan, tetapi tidak cepat. Bahaya udara sudah usai, listrik pun menyala lagi.

Tak ada helikopter di atas Kota Purwodadi seperti halnya di kota-kota lain. Purwodadi dianggap sebagai kota yang tak mungkin menjadi sasaran serangan udara. Uji coba pemadaman listrik tetap dilakukan sebagai bagian dari upaya latihan pertahanan udara.

Hal serupa juga terjadi di Kendal dan Blitar, sebagai kota yang dianggap tidak menjadi sasaran serangan udara. Di Kendal dan Blitar, uji coba pemadaman listrik juga tidak disertai dengan adanya pesawat dan bom udara.

 
Di Kendal dan Blitar, uji coba pemadaman listrik juga tidak disertai dengan adanya pesawat dan bom udara.
 
 

Di Cilacap, uji coba pemadaman listik dilakukan dalam tiga malam pada September 1938. Pesawat berputar-putar di atas kota. Ada tiga pesawat pengebom didatangkan dari Bandung. Ketegangan pun menyelimuti warga.

Di Batavia, uji coba pemadaman listrik malah membuat warga keluar rumah berkerumun menikmati kegelapan. Foto di beberapa koran menampilkan kerumunan warga di jalan daerah Kramat, saat uji coba pemadaman listrik di Batavia pada Mei 1939.

Saat uji coba pemadaman listrik di Cirebon, pos peringatan dibuat di Indramayu, Kuningan, dan Tegal. Uji coba pada Februari 1939 itu dilakukan pukul 18.00-23.00. Ini membuat kesal para pengendara karena harus menunggu lama di luar Kota Cirebon sebelum bisa melintas di atas pukul 23.00. Bagi warga Cirebon, boleh masuk kota, tetapi harus mematikan atau menutup lampu kendaraannya.

 
Foto di beberapa koran menampilkan kerumunan warga di jalan daerah Kramat, saat uji coba pemadaman listrik di Batavia pada Mei 1939.
 
 

Di Salatiga, saat uji coba pada Januari 1939, polisi menegur warga Belanda yang tetap menyalakan lampu rumah. Ketika bahaya udara diumumkan pukul 20.00 disusul ledakan bom udara di alun-alun, kentongan di berbagai tempat ternyata tak dipukul. Ini menjadi bahan evaluasi.

Suara pesawat terdengar di kejauhan, tapi tak melintas di atas Salatiga. Para pemuda menikmati kegelapan di kompleks pertokoan Cina dengan bermain cahaya lampu senter membuat polisi kesal. Pukul 21.00 lonceng gereja berbunyi dan listrik pun menyala lagi.

Seorang warga didenda polisi saat uji coba pemadaman listrik di Utrecht, Belanda, pada April 1938. Ia mengendarai sepeda lampu menyala. Polisi juga mematikan listrik di rumah warga yang menolak pemadaman.

Seorang warga melapor ke polisi karena kaca jendela rumahnya pecah dilempar batu saat pemadaman listrik. Di jendela itu terpasang poster De Nationale Jeugdstorm, organisasi pemuda sayap dari Nationaal-Socialistische Beweging, organisasi politik berhaluan Nazisme. Tentara Nazi bisa masuk Belanda disinyalir karena bantuan organisasi ini.

Sebelum negaranya diduduki Jerman, Belanda sudah khawatir terhadap keamanan wilayahnya, termasuk wilayah jajahan. Karena itulah, dilakukan uji coba uji pertahanan udara dengan pemadaman listrik di berbagai kota.

 
Sebelum negaranya diduduki Jerman, Belanda sudah khawatir terhadap keamanan wilayahnya, termasuk wilayah jajahan.
 
 

Pada Maret 1938, Nazi sudah memaksa Cekoslovakia agar kekuatan militernya berada di bawah Nazi. Setelah memprovokasi Slovakia merdeka, Jerman lantas menguasai Cek pada Maret 1939. Di Asia, Hindia Belanda terancam oleh Jepang yang pada Juli telah menginvasi Cina.

Perih yang dirasakan Belanda. Pemerintahan harus mengungsi ke London pada Mei 1940 karena serbuan Jerman. Di Hindia Belanda, orang-orang Indonesia menyambut kedatangan Jepang karena menganggap Belanda sudah tak ada ketika pemerintahannya mengungsi ke London.

Uji coba pemadaman listrik di Indonesia ini membuat RP Soeroso mempersoalkannya di sidang Volksraad pada 10 September 1940. Uji coba dilakukan saat rembulan gelap, sialnya, itu terjadi di tanggal-tanggal muda, ketika warga bisa berbelanja karena baru menerima gaji atau upah.

Banyak warga yang mematikan listrik dari siang yang berarti hanya buka toko —bagi warga yang berdagang— beberapa saat. Mereka kehilangan penghasilan ketika uji coba pemadaman dilakukan berhari-hari. Di Jawa Timur, disebut Soeroso ada uji coba selama lima hari pada 2-7 September 1940.

Namun, Jepang masuk Jawa dan Sumatra bukan dengan serangan udara, melainkan melumpuhkan pertahanan laut Hindia Belanda. Serangan udara ke Jawa justru dilakukan oleh tentara Sekutu dan Belanda setelah proklamasi kemerdekaan. Orang sudah lupa cara menyelamatkan diri saat ada serangan udara.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat