Seorang anak yatim memperlihatkan kartu vaksinasi usai disuntik vaksin Covid-19 di Kota Kediri, Jawa Timur, Jumat (17/9/2021). Anggaran bansos anak yatim Rp 11,6 triliun itu harus disetujui karena menyangkut anak yatim. | ANANTARA FOTO/Prasetia Fauzani

Nasional

Anggaran Bansos Anak Yatim Diajukan Sebesar Rp 11,6 Triliun

Anggaran bansos anak yatim Rp 11,6 triliun itu harus disetujui karena menyangkut anak yatim.

JAKARTA -- Menteri Sosial Tri Rismaharini mengusulkan anggaran bantuan sosial (bansos) 2022 untuk anak yatim, piatu, ataupun yatim dan piatu sebesar Rp 11,64 triliun. Anak yatim akibat Covid-19 termasuk dalam usulan anggaran.

Saat ini usulan anggaran tersebut belum masuk ke dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2022. Ketua Komisi VIII DPR Yandri Susanto mengatakan, anggaran bansos anak yatim Rp 11,6 triliun itu harus disetujui karena menyangkut anak yatim.

"Jadi kalau Menteri Keuangan (Sri Mulyani) tidak setuju, itu keterlaluan menurut saya," kata Yandri saat Rapat Kerja Komisi VIII DPR membahas penyesuaian rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga di DPR, Senin (20/9).

Pernyataan itu dilontarkan Yandri usai Risma menjelaskan usulan anggaran tambahan Kemensos 2022. Ia menerangkan, anggaran program bansos Atensi Anak Yatim 2022 sebesar Rp 11,6 triliun.

Target penerimanya adalah 4.386.893 anak. Rinciannya, 3.453.128 anak yatim usia sekolah dan 963.855 anak yatim belum sekolah. Jumlah anak calon penerima mengacu pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

Semua anak calon penerima itu, kata Risma, tidak hanya anak yatim akibat orang tuanya meninggal karena Covid-19. "Jadi sudah gabungan antara anak yatim korban Covid-19 dan anak yatim murni," kata Risma.

Besaran bansosnya, lanjut Risma, Rp 200 ribu per bulan untuk anak yatim usia sekolah selama 12 bulan. Sedangkan, anak yatim belum sekolah mendapatkan bansos Rp 300 ribu per bulan selama 12 bulan.

Risma juga mengusulkan anggaran tambahan untuk Program Kartu Sembako sebesar Rp 14.160.000.0000 dengan target penerima sebanyak 5,9 juta keluarga penerima manfaat (KPM). Indeks bansosnya Rp 200 ribu per bulan per KPM selama 12 bulan.

Total usulan tambahan anggaran Kemensos adalah Rp 25,8 triliun. Risma menyebut, usulan anggaran tambahan ini belum masuk ke dalam usulan RAPBN. Sebab, Kementerian Keuangan sudah telanjur menyampaikan usulan RAPBN kepada DPR.

"Akan kami usulkan kembali ke Kementerian (Keuangan) karena sebetulnya ini secara informal sudah disetujui," kata Risma.

Per 7 September 2021, Kemensos sudah mendata 25.202 anak yatim akibat orang tuanya meninggal karena Covid-19. Anak yatim piatu itu tersebar di seluruh provinsi.

Terbanyak ada di Provinsi Jawa Barat dengan 9.639 anak, lalu Jawa Tengah dengan 9.293 anak, dan DKI Jakarta 2.178 anak. Paling sedikit di Papua Barat dengan tiga anak.

Data tersebut dikumpulkan dari pemerintah kota/kabupaten. Proses pendataan dimulai usai Mensos mengirim surat kepada wali kota/bupati seluruh Indonesia pada 9 Agustus lalu. Data tersebut dipastikan Kemensos sangat mungkin berubah. Kemensos meyakini populasi anak yatim akibat Covid-19 jumlahnya lebih besar dari yang sudah dilaporkan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat