Petugas kesehatan bersiap melakukan tes swab antigen kepada jurnalis di Gedung Filantropi Dompet Dhuafa, Jakarta, Selasa (9/2/2021). Karena fundraising ini bagian dari dakwah, jadi ruhnya harus ruh berjuang. | Prayogi/Republika

Uswah

Kawal Dunia Fundraising

Karena fundraising ini bagian dari dakwah, jadi ruhnya harus ruh berjuang.

 

 

Filantropi tak pernah masuk dalam daftar cita-cita Arlina Fauzia Saliman saat kecil. Ia baru mengenal bidang ini ketika bergabung dengan Dompet Dhuafa (DD) pada 1999 lalu.

Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) ini sempat mengira DD merupakan bagian dari Republika. Belakangan, ia menyadari jika dua lembaga ini berbeda.

"Aku awalnya nggak tahu DD itu apa, tapi aku tahu Republika. Jadi setelah lihat iklan lowongan pekerjaannya di Republika, aku ngelamar aja, di bagian penghimpunan dana," kata dia saat dihubungi Republika, Selasa (14/9).

Dengan latar belakang manajemen pemasaran, Arlina membayangkan pekerjaan di bagian penghimpunan dana tidak jauh berbeda dengan pendidikannya dulu. Baru beberapa bulan bekerja, ia baru memahami jika pemasaran untuk produk tidak sama dengan pemasaran untuk lembaga sosial.

Ia juga sempat ikut ke lapangan menemui penerima manfaat dari program DD. Untuk pertama kali, ia pergi ke Lampung dan berbincang dengan petani singkong. Dari pengalamannya tersebut, Arlina mulai terbayang akan manfaat dari pekerjaannya meski masih dangkal.

Titik balik kecintaannya pada dunia filantropi dirasakan saat dia tinggal dan menginap di Desa Buana, pinggiran Bandara Soekarno-Hatta, selama tiga hari dua malam. Di lokasi ini, ia menemukan masyarakat yang kekurangan air bersih dan tidak mendapat listrik. Banyak anak di daerah itu terkena penyakit kulit.

Pada hari terakhir Arlina beraktivitas di desa itu, ia bertemu dengan seorang nenek berusia lebih dari 70 tahun. Nenek tersebut digambarkan berbadan mungil dan mengidap kanker stadium 4 di pipinya. Sang nenek dengan tetap semangat mengucapkan terima kasih. Dia malah mendoakan Arlina, DD, serta semua donatur agar dilimpahi keberkahan dan kebahagiaan.

"Ini titik balik bagi saya. Melihat nenek itu sudah susah dan diuji dengan sakit, tapi beliau tetap husnudzan terhadap Allah SWT, lembaga DD, serta orang-orang yang mau membantu mereka,” jelas dia.

Dalam dunia pemasaran barang, setiap orang tahu manfaat atau ''benefit" dari barang yang dijual. Namun untuk penghimpunan dana kemanusiaan, manfaat yang diperoleh berupa pahala saat ada gerakan kebaikan dan unsur dakwah di dalamnya.

Selaku pekerja kemanusiaan, ia merasa bertanggung jawab mengajak orang lain untuk bergerak dalam satu nilai yang sama, dimana fundraising tidak hanya dalam bentuk uang, tapi juga tenaga maupun jaringan.

photo
Filantropi tak pernah masuk dalam daftar cita-cita Arlina Fauzia Saliman saat kecil. - (Istimewa)

Berjibaku di dunia ini memiliki nilai tambah yang tidak bisa dinilai dengan kasat mata. Arlina menyebut selalu ada kepuasan tersendiri dalam melaksanakan tugasnya. Meski secara kasat mata uangnya tidak terlihat, manfaatnya bisa dirasakan dan kelihatan.

Sepulangnya dari Desa Buana, Arlina pun melakukan perenungan panjang. Olah pikirnya ini memutuskan dia harus konsisten di jalan tersebut. Ia meyakini lewat upaya mengajak kepada kebajikan bisa menjadi salah satu pemberat timbangan amalnya.

Menurut dia, kerja fundraising adalah gerakan kemanusiaan yang menghantarkan amanah dari manusia untuk manusia. Dari mereka yang berlimpah kepada mereka yang kekurangan. Kerja fundraising juga berarti membangun bangsa.

Setelah menyelesaikan tugasnya di Dompet Dhuafa, Arlina sempat beberapa kali pindah ke lembaga sosial lain seperti Aksi Cepat Tanggap (ACT), Baitul Maal Tazkia, IHAQI Peduli dan banyak lembaga filantropi lainnya. Pada 2013, Arlina pun mendirikan Institut Fundraising Indonesia (IFI). Institusi ini hadir karena keresahannya atas minimnya kaderisasi sumber daya manusia di bidang fundraising.

IFI juga lahir karena masih banyak lembaga sosial yang belum berkembang akibat tidak melalukan strategi fundraising dengan baik. Arlina berharap, hadirnya IFI bisa memberi warna kepada para lembaga kemanusiaan sehingga mampu tumbuh dan mandiri dengan fundraising publik dan dukungan masyarakat.

"Menurut aku, karena fundraising ini bagian dari dakwah, jadi ruh-nya harus ruh berjuang. Tidak bisa kalau semangatnya hanya untuk bekerja. Bekerja ada waktu dan batasnya, tetapi kalau berjuang atau dakwah itu dilakukan kapanpun dan dimanapun," ujar dia.

IFI  menargetkan agar lebih banyak generasi muda yang bergabung di dunia kemanusiaan. Dengan demikian, mereka bisa menjadi kader yang membantu masyarakat yang membutuhkan.

PROFIL

Nama : Arlina F Saliman

Tempat Tanggal Lahir : Ternate 9 Februari 1976

Alamat : Jl Cempedak No.54 Rt 04/01 Pasir Putih Sawangan Depok

Aktivitas : Direktur Institut Fundraising Indonesia

Pengalaman

Direktur Fundraising ACT 2013-2014

GM Dompet Dhuafa 2010 -2013

Konsultan Baitul MaalTazkia 2013-2014

LAZIS NU 2013-2014

Konsultan IHAQI Peduli 2015

Konsultan Uttuh Peduli Sesama 2015

Konsultan Dewan Dakwah 2016

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat